15. Grinning Like a Shot Fox

5.1K 472 22
                                    

Jangan lupa VOTE & KOMEN ya
Yang mau follow boleh juga
🤭🤭
.
.
.
Happy Reading!!

"I couldn't take my eyes off him. Like a desert wanderer afraid of mirages, I gazed at my oasis, but he was real."
-Laura Whitcomb

"Guys, besok jadikan ngerjainnya di rumah gue?" tanya Janne sambil memasukkan semua barang yang ada di mejanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Guys, besok jadikan ngerjainnya di rumah gue?" tanya Janne sambil memasukkan semua barang yang ada di mejanya.

"Jadi dong," sahut Sesil cepat sedangkan aku hanya menganggukinya dengan semangat.

"Oh iya, Sha, lo beli jaket baru?" Pertanyaan Janne membuatku diam, ini semua karena insiden 'tembus', aku jadi harus memakai jaket Kak Nio yang tadi ditolak saat aku mau mengembalikannya.

Aku sebenarnya juga membawa jaket, tetapi tingkah Sesil membuat jaketku harus menjadi korbannya. Tadi di kantin dia tidak sengaja menyenggol gelas yang berisi susu coklat yang sebelumnya dia pesan, buru-buru dia langsung mengambil barang yang ada di sebelah kursinya untuk mengelap meja. Padahal itu jaketku yang aku lepas karena aku dan Janne tengah memesan makanan untuk kami bertiga. That's the end story of my jacket that she use to wipe the tables clean.

"Tapi kalau gue liat-liat kayaknya gue nggak asing sama jaketnya deh." Sesil mengerutkan keningnya, berpikir keras. "GILA!! Lo pake jaket Kak El?!" teriaknya melotot ke arahku dan membuat beberapa teman sekelasku yang masih di dalam kelas menoleh pada kami bertiga dengan raut bingung.

"Ap-apaan sih? Ja-jangan bilang yang enggak-enggak deh! A-aku duluan ada latihan," kataku lalu dengan segenap kekuatan aku lari terbirit-birit keluar dari kelas. Dan mereka berdua langsung mengejarku.

"Sha, jangan lari lo?! Ranesysha Laksita Bratadikara berhenti gak lo!"

"Bohong kan lo?! Woi, Ranesysha gue tau ya itu jaket Kak El! Soalnya yang punya jaket kayak gitu dan sering make cuma Elenio Cakala Argani seorang."

Teriakan Sesil bergema sepanjang jalan, untung saja aku harus cepat-cepat masuk ke gedung ekstrakulikuler. Semoga saja dia tidak mengejarku sampai sini. Noted. I feel like I'm running from one crisis to the next.

***

Ini nih yang aku tidak suka saat datang bulan. When I got my period, I will definitely have menstrual cramps for the first day. Seperti sekarang, aku duduk menundukkan kepala merasakan perutku yang sudah tidak karuan di bangku sebelah Kak Dara yang sibuk menghafal dialognya.

Sepertinya dia menyadari keanehanku, dia mencolek bahuku agar aku melihat kearahnya. "You okay?"

Aku ingin menegakkan tubuhku but I can't jadi aku hanya bergumam pelan tidak jelas.

"Nadya, Dara, Esysha sekarang giliran kalian." Bu Tia menyuruh kami bertiga maju. Aku tak mau membuat khawatir banyak orang, jadi aku menahan nyeri di perutku dan segera menempatkan diri.

CHOOSEWhere stories live. Discover now