Layaknya sebuah peran figuran yang hanya memiliki dua pilihan, mengganggu atau mengamati dalam diam. Aku pikir tidaklah buruk menjadi seorang pengamat.
Namun, tak disangka semua berubah berantakan. Pernah mendengar 'curiosity killed the cat'. Beraw...
Karena aku lagi seneng banget, aku hari ini double up guys😋😋
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
💜💜💜💜💜💜💜
Happy Reading!! .
.
. “You make me blush. I get tongue-tied every time you talk to me. Can’t you still tell that I have a crush on you?” –Unknown
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Loh, Kak Nio, kok berhenti disini?" panikku melihat mobilnya berhenti di salah satu restauran cepat saji.
"Gue laper pengen makan," terang Kak Nio. Lalu dia turun dari mobil, menatapku datar. "Cepet turun!"
Aku mengerjapkan mataku. "Kakak ngajak aku?"
"Kalau bukan lo siapa lagi? Jok mobil?" Kak Nio melipat kedua tangannya kedepan dada, menungguku turun dari mobilnya. Kami berdua berjalan–em lebih tepatnya Kak Nio berjalan mendahuluiku dan aku di belakangnya.
Setelah memesan makanan yang kami mau, aku mengikuti Kak Nio untuk segera duduk di salah satu tempat yang kosong. Ini cuma perasaanku aja apa gimana sih? Kok banyak yang liatin aku sama Kak Nio segitunya banget. Aku membuka kamera di handphoneku. Nggak ada yang aneh sama mukaku. Oh or maybe they're all caught up in his charisma. Aku mengangguk menyetujui pemikiranku itu sambil melihat Kak Nio.
