Oh Ternyata Dia !? [Last]

2K 116 12
                                    

Tok tok tok...

Suara ketukan pintu itu membuat aku yang sedang menatap beranda Twitter sambil rebahan menoleh. Aku ingat tidak memiliki janji untuk bertemu atau keluar dengan siapapun. Lagipula ini sudah malam, siapa juga yang ingin bertamu di jam sembilan malam seperti ini.

Tok tok tok...

Tadinya aku berniat mengabaikan ketukan pintu itu, terlalu malas meladeni orang yang terus saja datang berkunjung. Ayolah, aku ingin menikmati hari liburku sejenak. Bahkan aku rela pindah ke tempat ini agar bisa tenang, tapi dia selalu saja datang menganggu. Katanya dia akan memberikan hadiah untukku, tapi aku tidak tahu itu apa.

"Senja aku tau kamu di dalam, cepat buka pintunya." Aku mendengus mendengar suaranya. Lagi-lagi orang itu datang ke apartemenku. Aku tidak tahu apa maunya, setiap datang dia hanya akan memasak atau membawa makanan dari luar lalu kami makan. Terus seperti itu selama hampir satu Minggu terakhir ini.

Dengan berat hati aku membuka pintu dan membiarkan gadis berambut sebahu itu memasuki apartemenku. Gadis itu berjalan lurus ke dalam, senyumannya merekah sesaat setelah meletakkan tasnya ke atas meja makan.

"Kau lama sekali membuka pintunya, apa kau tidak lapar huh?" Aku berjalan mendekat ke arahnya dan duduk di salah satu kursi meja makan itu, menatap dirinya yang sedang menyiapkan makan malam di atas meja.

"Mau apa lagi kau datang. Aku sudah malas bertemu denganmu." Kataku sambil merebahkan kepala ke atas meja.

Gadis itu menatap sinis ke arahku, kedua tangannya bersedekap ke depan dada. "Kalau aku tidak datang kau pasti akan kelaparan anak kecil." Katanya kemudian sambil menepuk pelan rambutku.

Aku mendengus lagi. "Aku bukan anak kecil. Aku sudah lima belas tahun kalau kau lupa."

"Anak berusia lima belas tahun yang bahkan membuat Indomie saja tidak bisa huh." Dia merotasikan bola matanya, menyebalkan.

Aku menegakkan badanku saat dia meletakkan sepiring nasi dengan beberapa lauk yang tertata di atas meja. Mataku menatap lurus kearah perempuan yang kini duduk di hadapanku itu. "Jadi mau apa lagi kesini."

Dia terlihat mengendikkan bahunya tak acuh sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. "Aku hanya memberi tahu bahwa projectnya sudah hampir siap, kalau tidak salah bulan ini sudah mulai pre order." Aku mengernyit bingung, projects apa yang dia maksud.

Dia menatapku dengan alis berkerut. "Jangan bilang kamu lupa ya." Katanya sambil meletakkan sendoknya ke atas piring.

Aku hanya tersenyum sambil mengusap kepala bagian belakangku. "Jangan salahkan aku, kau tidak pernah membicarakan project apapun selama ini."

Dia terlihat menghela napas, tapi kenapa? Aku tidak salah kan? Lagipula aku memang benar-benar tidak tahu projects apa yang dia maksud.

"Aku kan sudah meminta izin padamu Senja. Aku ingin menunjukkan seberapa kagumnya aku padamu. Aku ingin menunjukkan pada dunia tentang betapa kuatnya kamu. Aku ingin menceritakan pada mereka tentang kisahmu. Tentang Senja yang selalu dinantikan kehadirannya. Dan semuanya hampir selesai. Para pembaca menyukai dirimu."

Aku terdiam sejenak. Ah aku ingat itu, dia memang pernah mengatakan ingin menceritakan tentang aku dan kisahku. Tapi aku tidak berfikir sampai sejauh ini.

"Apa yang mereka fikirkan tentang aku?"

Dia menaikkan alisnya bingung. "Mereka menyukai kamu, diri kamu dan kepribadian mu. Mungkin jika mereka mengenalmu mereka akan jatuh cinta dengan mudahnya."

Aku terkekeh pelan lalu meminum segelas air di sebelahku, tenggorokan ku terasa kering sekarang. "Aku bukan apa-apa, kenapa mereka harus jatuh cinta. Seharusnya mereka tidak begitu karena mungkin mengenalku bisa menjadi petaka dalam kehidupan mereka."

SENJA [Di Terbitkan]Where stories live. Discover now