Our Little Brother

6.3K 634 4
                                    

Senja 06 - Our Little Brother

Senja 06 - Our Little Brother

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kamu pikir kami perduli. Kalau mereka tidak menyukaimu itu urusan orang dewasa. Yang kami tahu kamu adalah adik kami mulai sekarang."
-The Brother

πππ

Kini Senja duduk sendirian di ayunan emas itu. Nenek baru saja berpamitan untuk ke dapur sebentar.

Senja memilih tetap diam sambil memperhatikan kedua kakaknya yang sedang berkumpul dengan saudara mereka di teras belakang, tidak jauh dari posisinya.

Pikiran Senja mulai melayang kembali mengingat ibunya. Hidup bersama Ayahnya tanpa kehadiran Ibunya membuat Senja merasa ada yang kurang dari kebahagiaan ini.

Terlalu tenggelam pada lamunan membuat Senja tidak sadar akan kehadiran Sky yang sekarang berada disampingnya.

"Kenapa disini sendirian sih Dek? Gabung sama yang lain yuk." Sky merangkul pundak Senja memiliki pemuda itu tersentak dari lamunan.

Senja tersenyum kaku kearah Sky. "Nggak papa Kak. Senja disini aja." Senja tersenyum kearah Sky, walau terlihat sekali kalau senyuman itu begitu dipaksakan.

"Kenapa sih Dek? Nggak suka ya sama kita?" Tanya Sky. Sky menyadari kalau Senja memang merasa canggung jika berhadapan dengan dirinya ataupun Iris. Bahkan ketika bersama sang Ayah, Senja juga terlihat kurang nyaman.

Senja menggeleng keras. Inilah kelemahan Senja, dia terlalu bodoh dalam hal bersosialisasi, membuat orang-orang yang mendekati dirinya merasa seakan Senja tidak menyukai mereka.

Padahal sebenarnya Senja hanya bingung harus melakukan apa saat bersama mereka. Senja bingung ingin membicarakan apa dengan mereka, dan akhirnya mereka memilih menjauh dan menjaga jarak dari Senja.

Sejak kecil hanya ada dirinya dan ibunya. Senja selalu berusaha untuk tidak membuat Ibu bersedih. Dia selalu berpikir berulang kali sebelum mengatakan sesuatu pada sang Ibu.

Dia selalu menyimpan sagala hal yang menurutnya akan membuat Ibunya sedih. Hal itu membuat Senja terbiasa memendam segala masalahnya.

Hingga akhirnya dia terlalu terbiasa untuk memendam segalanya, dan membuat dirinya kesulitan untuk berekspresi dengan orang lain.

"Bukan gitu kak.. Senja gak bermaksud begitu" remaja empat belas tahun itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia sendiri masih dilanda kebingungan sekaligus rasa canggung yang sangat tidak dia sukai.

"Kalau gitu gabung sama kita. Tenang aja kalau ada yang bikin kamu nggak nyaman biar Kakak yang ceburin ke kolam. Gimana?" Senja menatap ragu kearah Sky hingga akhirnya dia mengangguk.

Sky menggenggam tangan Senja kemudian menarik pemuda itu untuk bergabung dengan saudaranya yang kini sedang berkumpul di teras belakang sedang berbagai camilan yang berserakan diatas karpet berbulu tebal itu.

SENJA [Di Terbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang