Upon a Time

6.6K 644 16
                                    

Senja 03 - Upon a Time

Senja 03 - Upon a Time

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading!

"Masa lalu itu sudah berlalu. Tidak ada yang bisa kita salahkan pada masa lalu. Karena sejatinya, apa yang terjadi di masa lalu adalah jalan takdir yang tidak bisa dihindari."

πππ

"aku membutuhkan penjelasan Ayah." Eren berusaha melepaskan pelukan Relgio padanya. Mereka masih berada di ruangan Pribadi Relgio. Juga masih ada Paman Dyo disana.

"Ayah akan menjelaskan semuanya. Setelah ini bersikaplah dengan bijak. Jangan berusaha mengalahkan siapapun, karena tidak ada yang bisa merubah semua yang sudah terjadi."

Eren terdiam. Dirinya hanya menginginkan penjelasan sejelas-jelasnya dari Relgio, pria yang hampir delapan belas tahun menjadi suaminya.

Relgio menarik napas perlahan dan mulai menceritakan segalanya. "Sekitar Lima belas tahun yang lalu, sembilan bulan setelah kelahiran Iris, tepat pada hari kecelakaan Ahnan. Saat itu kamu berada di singapura bersama anak-anak.-

Malam itu jalanan begitu sepi karena sudah melebihi waktu tengah malam. Tapi dua motor besar itu masih melaju dengan kecepatan tinggi, saling berkejaran memecah keheningan malam yang terasa dingin.

"Nan. Lo jangan gila! Berhenti woy." Relgio terus berteriak meminta Ahnan untuk menghentikan laju kendaraannya.

Masalah hati memang bisa serunyam ini. Ahnan kehilangan kendali dalam dirinya karena sosok gadis yang akan dia lamar ternyata berada di sebuah tempat hiburan malam bersama laki-laki lain. Relgio tahu hal ini menyakitkan, tapi haruskah Ahnan melakukan aksi kebut-kebutan yang membahayakan nyawanya ini.

Jalanan memang lenggang, tapi bukan berarti tidak akan ada kendaraan yang melewati jalan ini. Terbukti di sebuah persimpangan dengan jarak dua ratus meter dari posisinya sekarang sebuah truk besar sedang melintas. Membuat Relgio langsung mencengkeram rem motornya dengan kuat. Tepat di depan matanya, Relgio melihat bagaimana Ahnan menabrak sisi kiri truk membuat sahabatnya itu terpental.

Relgio langsung turun dari motor besarnya dan menghampiri tubuh Ahnan. Sopir truk itu juga langsung berhenti dan menghubungi ambulance.

"Nan. Astaghfirullah, bangun Nan." Relgio memangku kepala Ahnan yang sudah berlumuran darah.

"Gi.."

"Iya Nan. Lo sabar bentar lagi ambulance dateng."

Ahnan menggeleng perlahan. Tangannya yang lemas mulai terangkat untuk menggapai tangan Relgio. "Tolong jagain Hana Gi. Jangan biarin hana hidup sendiri dan kesepian. Hana keluarga gue satu-satunya. Gue percaya lo bisa jagain dia."

Relgio meneteskan air matanya tanpa busa dicegah. "Gio bakal bantuin lo terus Nan. Lo bakal terus jagain Hana setelah ini. Please bertahan, sebentar lagi ambulance dateng."

SENJA [Di Terbitkan]Where stories live. Discover now