Grandfather & Grandmother

5.1K 545 9
                                    

Senja 15 - Grandfather & Grandmother

"Jika kamu terluka, maka kamu harus sembuhkan luka itu, bukan menyalahkan orang lain karena luka itu."

πππ

Relgio duduk diam di kursi tunggu UGD. Wajahnya memang datar seperti biasa, tapi tak dapat dipungkiri bahwa matanya memancarkan kekhawatiran yang mendalam.

Belum ada satupun pihak dokter dan perawat yang memberitahukan keadaan Senja sejak tiga puluh menit yang lalu memasuki UGD.

"Relgio." Pria itu menoleh ketika rungunya mendengar sebuah suara yang menyebut namanya. Matanya menyorot datar seorang pria yang berdiri di dekatnya.

"Ayah mau apa lagi?" Tanya Relgio tanpa ekspresi. Dia merasa marah melihat keadaan senja yang tidak baik, ditambah keberadaan kedua mertuanya disana. Relgio tidak ingin berprasangka buruk, tapi otaknya tidak bisa berhenti memikirkannya.

"Anak itu.."

"Dia anakku. Ayah mau apa? Kalaupun ayah menolak dia tetap anakku. Darahku mengalir dalam tubuhnya." Relgio memotong perkataan pria berusia tiga perempat abad itu.

Relgio berdiri kokoh di depannya dengan tatapan sinis yang tidak ditutupi lagi. Relgio tidak perduli dengan siapa dia berhadapan. Prinsipnya tetap sama, siapapun yang mengganggu keluarganya harus berhadapan dengannya.

"Dia terlalu manis untuk menjadi anak dari seorang pria seperti kamu." Ares, ayah mertua Relgio itu duduk dengan santai di kursi tunggu depan UGD. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan sinis Relgio.

"Apa yang Ayah lakukan pada putraku. Ayah tau aku tidak akan diam saja melihat keluargaku terluka."

Ares menatap teduh pada Relgio yang berdiri menjulang di hadapannya. "Aku tidak melakukan apapun padanya. Tapi aku berterimakasih karena putramu itu sudah menyelamatkan nyawaku. Aku tidak pernah membenci kehadirannya Relgio. Aku hanya menginginkan penjelasan darimu. Karena jika kamu memang tidak lagi mencintai putriku, aku masih mampu menghidupinya."

"Ayah berkata seolah aku sudah tidak mampu menghidupi keluargaku."

Ares menghela nafas panjang. Relgio memang keras kepala dan memiliki jalan pikiran yang tidak bisa ditebak. Hal itu membuat dia sering kewalahan jika berhadapan dengan pria itu.

"Ayah tidak mengatakan begitu Gio. Jika kamu memilih hidup dengan Senja dan istri keduamu, maka lepaskanlah putriku, biar aku yang menghidupinya." Mata hitam itu menyorot serius pada Relgio. Seolah mengatakan bahwa itu adalah yang terbaik.

"Tidak perlu repot-repot ayah. Aku mampu menghidupi dan memberikan perhatian pada Anak dan Istriku. Kau tidak perlu khawatir Eren akan terlantar."

"Lalu bagaimana dengan Senja dan ibunya, kamu-"

"Tugasku adalah merawat Senja karena dia anakku. Istri keduaku sudah meninggal dan apapun yang terjadi aku akan tetap merawat Senja. Aku tidak butuh bantuan ayah sama sekali. Bisa ayah pahami sampai disini."

"Jadi-"

Untuk kesekian kalinya ucapan Ares harus terpotong karena kehadiran seorang dokter yang baru keluar dari ruang UGD.

"Keluarga pasien atas nama Senja?"

Relgio mengangguk saat dokter itu menyebut nama anaknya. "Bagaimana keadaan anak saya dok?"

"Untuk sementara tidak ada cidera serius. Hanya beberapa luka luar biasa dan sudah kami tangani."

"Tidak ada yang serius tapi kenapa lama sekali?" Dokter itu sedikit meringis mendengar pertanyaan yang membuat dirinya mengingat kejadian tadi.

SENJA [Di Terbitkan]Where stories live. Discover now