She's Gone

12K 742 24
                                    

Senja 01 - She's Gone

"Kita tinggal di dunia, dimana setiap pertemuan akan berujung dengan perpisahan. Dan di setiap perpisahan akan selalu ada pertemuan yang baru."
_Senja Relgio Atmagara

"_Senja Relgio Atmagara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

πππ

Pemuda yang baru menginjak usia empat belas tahun itu berdiri dengan tatapan kosong di depan sebuah ruang perawatan di gedung serba putih ini.

Bahkan dirinya masih mengenakan seragam putih biru khas murid sekolah menengah pertama. Penampilannya tidak bisa dikatakan baik.

Kemeja yang biasanya tertata rapi kini sudah acak-acakan hingga keluar dari celana. Dasinya sudah longgar dengan rambut coklat alami yang basah oleh keringat.

Nafasnya tersengal karena berlari menaiki tangga hingga ke lantai tiga. Hal itu disebabkan oleh lift yang begitu penuh.

"Senja sudah sampai? Kenapa nggak masuk?" Tanya seorang pria paruh baya yang baru keluar dari ruang perawatan pada Senja Relgio Atmagara nama pemuda berseragam putih biru itu.

"Ibu gimana Paman?" Pria itu tersenyum. Merasa tidak keberatan karena anak didepannya ini telah mengabaikan pertanyaannya.

Pria itu menghela napas dalam kemudian menuntun Senja untuk duduk di kursi tunggu, masih dengan senyuman yang sama.

"Maaf Senja. Tapi paman harus mengatakan ini pada kamu, paman tidak tahu harus mengatakan ini pada siapa selain pada kamu, karena hanya kamu keluarga ibu kamu yang kami tahu. Keadaan ibu kamu tidak baik-baik saja. Kanker otak bukan penyakit biasa, tapi ibu kamu terlalu lama mengabaikannya."

Senja terdiam mendengar perkataan Paman Dyo, tetangganya sekaligus ayah dari teman baiknya dan suami dari teman baik ibunya. Senja hanya tinggal berdua dengan ibunya, selama ini keluarga Paman Dyo lah yang selalu membantu mereka jika mengalami kesulitan.

"Apa Ibu bisa sembuh Paman? Aku mau ibu sembuh Paman." Paman Dyo menatap Senja prihatin. Senja adalah anak yang baik dan pintar. Dia adalah teman anaknya yang paling bisa dipercaya. Dyo merasa kasihan dengan takdir hidup anak ini. Rasanya Dunia terlalu keras dalam menempa hidupnya, Tapi sagangnya Dyo tidak bisa melakukan apa-apa Untuk merubah takdir.

Dyo hanya bisa mengusap rambut Senja tanpa bisa menjawab. "Masuklah. Ibumu menunggumu. Paman akan menemui dokter terlebih dahulu." Setelah itu Dyo pergi, meninggalkan Senja sendirian di koridor rumah sakit itu.

Senja memasuki ruangan berukuran 2x3 meter yang diisi dengan segala peralatan medis itu secara perlahan. Netra hitam legamnya dapat menangkap sebuah senyuman yang terukir di wajah ayu ibunya, senyuman yang selalu menemaninya selama empat belas tahun ini.

"Ibu, bagaimana keadaan ibu?" Senja memilih berdiri di samping brankar sambil menggenggam tangan kanan Ibunya. "Ibu cepet sehat ya. Hari ini Senja dinyatakan Lulus Bu. Senja dapet peringkat satu. Ibu harus datang ke sekolah kan." Senja mengembangkan senyumnya dengan kaku. Entah kenapa dia tidak bisa tersenyum semanis biasanya. Seakan dia kehilangan seluruh hormon endorfin yang ada dalam dirinya.

SENJA [Di Terbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang