VI. Awal Baru Di Negeri Perdamaian

11 5 2
                                    

"Tenanglah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tenanglah." Kembali terngiang sebersit ingatan perihal pertemuan terakhirnya dengan Arslan, Ravn mengerjapkan mata sembari ia mengenyahkan pandangan dari lembayung fajar. Ya, barangkali itulah akhir dari seluruh ingatan yang mesti ia embus jauh-jauh untuk sekarang.

"Aku akan baik-baik saja." Arslan menambahkan sembari berdiri. "Barangkali jika ada kesempatan, kita akan kembali berjumpa. Entah kelak aku akan kembali membantumu, atau malah sebaliknya.

"Harap-harap kekuatan yang kusalurkan ini cukup. Jadi, apakah kau siap menempuh jalan hidup yang kau dambakan itu?"

Senyum mengembang di wajah Ravn usai ia menyudahi ingatan perihal percakapan itu. Sayang sekali, kekuatan yang disalurkan itu sudah habis untuk melindungi gadis yang sedang terpulas di depannya. Konon jika masihlah tersisa sedikit, pastilah empunya manik karamel tersebut telah menyimpannya sebagai kenang-kenangan.

Namun, jelas niat itu mustahil diwujudkan, bukan? Kekuatan yang diberikan Penyalur memang dapat hilang dalam kurun waktu tertentu. Karenanya, tidaklah mungkin pula ia dapat mengembangkan Aora tersebut.

Alih-alih berpikir panjang atas kebebasan yang baru ia peroleh, Ravn pada akhirnya mendesah penuh keluh. Yah, untuk sekarang Enfierno boleh saja membebaskan mereka. Baik dirinya atau gadis yang ia bawa lari masihlah menjadi incaran sekutu terkutuk itu.

Kini pria muda pemilik rambut kecoklatan yang diikat ke bawah mengembalikan pandangan kepada sosok yang bersandar tak sadar di tengkuk Ruan. Telah ia dengar lenguh lemah darinya, pula ia dapati geliat sebelum utuh ia dapatkan kembali manik keemasan si gadis terbuka lebar.

Aneh rasanya melihat ia begitu tenang, merenung kepada langit yang sama sekali tak berhias awan. Lama tatapan sendu dari mata bulatnya berpaku, seolah amat sangat merindukan bentangan biru cerah yang sebentar lagi tiba.

Usai berpuas mengulurkan tangan pada langit, barulah ia melirik Ravn bersama senyuman. Ah, siapa sangka kalau si gadis memiliki senyum yang tak kalah manis dari Kracsny? Bahkan tanpa sadar Ravn menyambut senyum kecilnya walau sedikit canggung.

"Barangkali bergerak sedikit saja saya akan terjatuh," ujar empunya suara lembut. "Fonigxa ini akan repot kalau itu demikian terjadi."

Ravn terkekeh sembari mengulurkan tangan padanya. Rin dengan senang hati menerima, lantas bangkit duduk tegak untuk menyaksikan pemandangan di bawah mereka. Lekaslah berbinar sepasang mata emas terhadap apa-apa yang tersuguh di sana.

Padang pasir membentang luas. Desir angin menyapu, menciptakan gelombang bagai debur ombak di laut menutup habis jejak-jejak dari makhluk fana yang sempat melintas.

Sejuta rasa penasaran mengalihkannya ke pemandangan lebih jauh. Namun, apa daya tak lebih kabut-kabut pasir yang ia peroleh lewat terawangnya.

Meski demikian senyumnya masih enggan surut, malah bertambah lebar atas rasa syukur yang ia panjatkan dalam hati, sebab ia mampu menyaksikan apa-apa yang sempat ia baca dalam buku-buku pinjamannya.

SeeressWhere stories live. Discover now