XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [1/2]

6 2 0
                                    

Terkadang ada masa di mana setiap orang paham akan firasat buruk yang hendak menimpanya.

"Apakah itu sebuah benda yang serupa?" Gentar suara Rin bertanya, lekas ia telan bulat-bulat setiap perasaan kurang menyenangkan dalam diri sebelum meneruskan dengan pasti, "Mungkin saya bisa mencarikannya kalau Anda berkenan memperlihatkan yang satunya."

Kala firasat yang menghantui itu mulai datang mengganggu, beberapa orang memilih untuk menghindarinya.

Senyum melebar di wajah Shiina. Sisi kebaikan gadis di hadapannya, memang menguntungkan. Ditambah mudah saja mengelabuinya yang sama sekali tak tahu-menahu anggota Serangkaian Api dari Enfierno.

"Entahlah. Dia tidak begitu mirip," balas Shiina kemudian.

Sukses mata keemasan yang memiliki nuansa lebih hangat di hadapannya mengerjap. Dia mengerti, kalau sesuatu ini bukanlah benda, melainkan seseorang.

"Maaf, tetapi sepertinya saya tidak dapat membantu ... saya masih awam terhadap orang-orang di sekitar sini, jadi—"

"Oh, tanpa perlu mengenali mereka pun, kau tetap bisa membantuku."

Namun, tidak menutup kemungkinan kalau ada yang memilih abai terhadap firasat buruk itu ....

"Sungguh? Bagaimana bisa, Nona?"

Tidaklah lagi ragu diri Shiina mempersempit jarak. Tatkala angin bertiup kencang menyibak dedaunan yang berserak di tanah, telinganya peka terhadap deru napas Rin yang tak beraturan.

Baginya, segala sensasi yang tengah hinggap pada Rin begitu menghiburnya. Demikian Harenian wanita tersebut mencengkeram lengan Rin terlebih dahulu, mendapati si gadis menaikkan bahu. Seolah bulu kuduk yang telanjur meremang serta peluh dingin yang meluncur dari pelipis tak cukup menggambarkan ketakutannya sekarang.

Lantas menyesalkah mereka memilih jalan yang salah?

"Umpannya ada di sini."

Sebab kini salah satu dari mereka itu terlambat untuk berlari.

Patah kata terlontar, gelap mulai menggulung sore tanpa lembayung sementara si gadis sama sekali tidak sempat berteriak.

Jadi, ini salah siapa?

Kendi-kendi air masih kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kendi-kendi air masih kosong. Tiada pertanda sedikit pun bahwa si gadis akan kembali. Tidak membutuhkan waktu bagi Ravn berlari menuruni tangga, dengan gesit membawa pedang pendek yang ia sembunyikan dalam lengan baju yang lebar itu.

Angin berdesir lebih sejuk dari biasanya, membangkitkan bulu kuduk si pria muda yang teringat akan Rin tak pernah tahan dingin. Ditambah kawasan sungai tidak berada dalam perlindungan Wei Liwei, makin kalap dirinya.

Melalui setiap jalan yang dilalui Rin, sebentar lagi ia sampai. Namun, hendak ia menjejak langkah meninggalkan tangga terakhir, Ravn berhenti. Bukan sebab angin yang mendadak berembus kencang, bukan pula ia tengah mendapati sosok hantu di depan mata.

SeeressWhere stories live. Discover now