IX. Pemanasan [EX]

14 3 0
                                    

Matahari hampir seutuhnya tenggelam. Sempat-sempatnya cahaya yang memancar menyoroti jejak-jejak yang tertinggal merusak rerumputan.

Muasalnya ialah pasang-pasang kaki yang berhenti di satu titik tepat di kawasan hutan bagian Batu Giok. Meski tampak berpencar dengan di antara mereka yang berusaha mengendalikan Serw*, tetap saja siapa pun dapat menandai bahwa mereka sekelompok.

Sebagian dari mereka masih mengelilingi sejumlah bagian bersama serigala tanpa mata itu yang terus mengendus-ngendus tanah. Salah seekornya berhenti pula di pinggir kemilau kemerahan yang mewarnai permukaan tanah. Dia lalu dilepaskan, dibiarkan berkeliling sebelum berakhir mengikuti sepercik abu bergemilang kilau yang sudah surut itu.

Sementara beberapa orang dengan pakaian zirah lengkap sukses menemukan keping-keping zirah yang diduga memiliki keselarasan terhadap zirah yang mereka kenakan pula. Lantas seseorang memberikan tanda, lekas menunjukkan bilah pisau dengan sisa-sisa elemen bayang menyelimutinya.

Begitu Shiina mulai tertarik merebut benda tersebut selagi mereka melanjutkan pencarian pecahan dan beberapa bagian baju zirah. Senyumnya mengembang lebar kala ia menguarkan elemen angin, menyibak utuh bayangan dari pisau.

Tidak salah lagi. Pisau hasil penemuan anak buahnya merupakan pisau yang mereka temukan pula pascapenyerangan beberapa bulan lalu di markas Shavena.

"Bu, kami berhasil mengumpulkan semua pecahan baju zirah." Seseorang membuyarkan bayangan atas asumsi di dalam kepala Shiina. "Hal terpenting, kami menemukan ini."

Sembari menunduk dalam-dalam, tangannya memberikan seonggok lempeng yang cukup besar dari baju zirah. Mudah sekali Shiina mengangkatnya dengan satu tangan. Lantas matanya meneliti bagian yang cukup krusial dirasa prajuritnya hingga mereka tak segan melapor.

Pemilik mata kekuningan itu menduga kalau potongan ini merupakan bagian punggung. Biasanya prajurit Enfierno—terutama mereka yang berhasil mencapai pangkat tertinggi—memiliki guratan simbol persis di pangkalan tengkuk, tersembunyi oleh kekuatan elemen empunya.

"Aku membutuhkan masing-masing satu orang berelemen bayangan dan api."

Segera dua orang menghadap, Shiina hempas lempengan itu ke tanah. Saling bergantian, keduanya menyalurkan elemen persis ke bagian pangkal lempengan. Baik bayangan dan api saling bertahan, memilih bercampur membentuk simbol pedang dengan percik-percik di sekitar bersama lambang api yang berkobar.

Ternyata firasat Shiina tak salah.

Ravn berada di sini.

Bilah-bilah pisau, juga satu dari dua pedang yang ditinggalkannya cukup membuatnya makin yakin atas pernyataan itu. Ditambah bau yang menguar di sekitar—terima kasih kepada hidung Harenian-nya—sepatutnya Ravn tidak begitu jauh, lagi belum lama meninggalkan tempat ini.

Sesungguhnya Shiina sempat terbahak sebab kawanan Serw mendeteksi bau darah hewan yang berhenti di tepi sungai, sukses menyita penyelidikan. Benarkah Ravn kembali datang semata-mata meyakinkan mereka bahwa dia mati di sini bersama si Wadah Benih Kehancuran?

Ha! Berani betul ia meremehkan indra penciuman para Serw dan seorang Harenian. Wanita itu bahkan mendengkus bersama senyum, sembari mengusap rambut yang ia ikat tinggi ke belakang.

"Kupikir ia tidak berlari jauh," katanya memecah hening.

Sementara seekor Kagac* bermata emas melintas dan memutuskan bertengger di dahan pohon persis di hadapannya.

Barulah Shiina melanjutkan sembari melempar pandang kepada Kagac yang mengepak-ngepak sayap di tempat, "Sebenarnya aku berasumsi mereka tengah bersembunyi di Desa Harapan Kecil, mengingat Laskar Angin telah berjaga di sana. Namun, kupikir tidaklah mungkin ia mengorbankan kembali keluarga besarnya itu."

Kagac bermata keemasan menelengkan kepala mendengarnya. Sosok mungil itu tertawa kecil, mengeluarkan suara yang cukup familier di telinga sekaligus sukses membuat anak-anak buah Shiina menghadap dan memberikan hormat padanya.

"Kupikir kau memang tak salah," ujar Kagac itu. "Dia barangkali memang tidak berada di sana, tetapi jika ia memang berada di Heyuan, ke manakah ia kini menurutmu, anakku?"

Shiina berpaling, memperkirakan setiap kemungkinan.

Memang terdapat beberapa desa yang belum utuh dilindungi Laskar Angin. Akan tetapi, untuk apa mereka berlindung di tempat yang lembek pertahanannya? Sementara perkotaan pastilah amat sangat mencolok, tidak mungkin pula mereka tengah menempuh perjalanan ke ibu kota jika Ravn masih menyempatkan diri untuk kembali ke sini.

Bau pria muda yang tertinggal—sebagaimana Shiina berasumsi—cukup membuktikannya, kalau mereka belum pergi begitu jauh.

Sontak sepasang maniknya mengerjap ketika pikirannya kembali buyar oleh laung Kagac yang mirip dengan koak-koak gagak. Namun, senyum miringnya merekah tepat mengembalikan pandangan kepada sang tuan.

Jelas ia menemukan jawabannya dalam sekejap. Pun, sepertinya ia tidak bisa berlama-lama sebab Kagac sendiri memiliki durasi yang kian terkikis untuk mengantarkan suara penggunanya.

"Tampaknya kau sudah firasat yang kuat ke mana mereka pergi ...," kata si Kagac.

"Ya, Ayah. Aku berasumsi kalau tempat-tempat itu memang tempat yang aman walau tidak ada Laskar Angin berjaga di sekitar. Pastilah salah satu dijadikan tempat perlindungan bagi mereka," balas Shiina. "Namun, tampaknya aku membutuhkan waktu untuk menangkap pengkhianat ini."

Kekehan melantun dari sang Kagac. "Tidak masalah, anakku. Selama Benih Kehancuran masihlah aman, ulurlah waktu sepuasmu. Tetaplah berhati-hati, dan utamakan misi."

Percakapan terhenti kala Kagac berkedip. Warnanya utuh berubah menjadi gelap yang memenuhi hingga ke setiap sisi. Demikian ia terbang dengan koak-koak, tak lagi berbicara maupun mendikte segala ucapan Lucian.

Mereka menyudahi hormat dan mulai berkumpul menghadap Shiina.

Pemanasan sudah selesai.[]

Serw : Serigala tanpa mata yang biasa ditemukan di Dravarest, hampir punah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Serw : Serigala tanpa mata yang biasa ditemukan di Dravarest, hampir punah. Memiliki penciuman yang jauh lebih tajam dari serigala biasa, tetapi sayang taringnya tidak setajam indra penciumannya.

Kagac : Gagak sihir yang bisa membeo ucapan penggunanya dari kejauhan dengan membakar bulunya yang sudah dicabut. Selama kemampuannya dimanfaatkan, mereka akan mengubah warna mata sesuai milik pengguna. Memiliki jambul kelabu di kepala, hanya dapat membeo dalam durasi tertentu.

SeeressWhere stories live. Discover now