VIII. Ribu-ribu Tangga Penguji [1/2]

24 5 0
                                    

Kepada Ibu Gentiana terkasih,

Belasan tahun kita menyusun kasih bersama; saling melengkapi satu sama lain dengan ukiran di hati dan pikiran, untuk kita kenang kelak sembari bertukar rindu. Namun, baru saja melangkahi lima tahun sejak perpisahan yang sama sekali tak kuingat mengapa, aku masih terus merindukanmu.

Bersama dengan suratku, tentu bukan sekadar rindu yang hendak kusampaikan, tetapi juga kisahku yang cukup singkat. Katakanlah, aku pula mengirimkan sebuah kabar baik agar kau tidak perlu terlalu merisaukanku.

Kini perjalananku tidaklah lagi tertutup gelap. Ditemani seorang kawan seperjalanan baru, aku mengunjungi sebuah desa yang amat sangat hangat setiap perangai para penduduknya. Pun, aku diberikan kesempatan untuk bertemu dengan pahlawan yang membangun desa ini dari nol.

Sungguh, aku merasa sangat beruntung usai memberikannya penghormatan, lalu dilimpahkan sejumlah pelajaran baru oleh penduduk desa seperti memasak, juga mengenal budaya-budaya mereka.

Di sini amatlah hangat; seolah berada dilingkup rumah yang amat sangat besar. Akan tetapi, bukan berarti aku tidak ingin kembali ke panti asuhan; ke pelukanmu sehingga aku bisa menceritakan lebih banyak ketimbang isi surat ini. Sebab tentu aku tidak ingin membuat elang pos merasa keberatan dengan puluhan kertas yang kukirimkan.

Ibu Gentiana, kini jarak kita terpaut jauh. Barangkali aku akan menjejak jarak lebih panjang pula.

Sebenarnya aku sendiri tidak yakin apakah ini keputusan yang baik. Namun, seperti salah satu petuahmu, 'Tuntaskan teka-teki yang sempat kau singgung.'

Jelas tampaknya aku tak memiliki pilihan lain.

Ah, lagi pula kau mengenalku dengan baik. Kau pasti tahu kalau aku tidak pernah senang mengetahui sesuatu secara setengah-setengah.

Atas saran Ravn, kami akan mengunjungi Bukit Wei, di mana Kuil Wei Liwei bersemayam di sana. Kami akan menemukan jawaban perihal kekuatan yang bersemayam dalam diriku—yang jelas saat ini aku tidak mengerti mengapa aku memilikinya—juga mungkin akan mempelajarinya hingga dirasa cukup berguna bagi kami.

Mungkin pula berguna untuk semua orang.

Karenanya, Ibu Gentiana, kala surat ini telah jatuh ke tanganmu, berikanlah aku restumu agar segala-galanya dapat berjalan sesuai rencana. Doamu begitu merdu, pastilah puja-pujimu dijabah Para Empunya Tangan Pemurah.

Aku akan senantiasa memastikan diri ini baik-baik saja. Harap-harap kau bersabar menanti kabarku selanjutnya.

Penuh cinta,

Rin

Manik keemasan itu lekas mengarahkan pandangan kepada pekik lantang seekor elang melintas langit biru berhias awan putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manik keemasan itu lekas mengarahkan pandangan kepada pekik lantang seekor elang melintas langit biru berhias awan putih.

"Jangan khawatir." Beruntung, suara Ravn sukses menarik atensinya kembali lurus ke depan. "Suratmu pasti akan sampai. Satu Lotace perak dan tiga perunggu tidak akan sia-sia. Percayakan saja semuanya pada elang pos Pak Huang."

SeeressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang