XI. Titik Terang Di Kabut Gelap [2/2]

5 2 0
                                    

Kemunculan topan membuyarkan kegiatan mencekam tersebut, pula membubarkan tiga insan yang semula tengah berdiri di titik yang sama. Baik Shiina dan Apollya dengan tubuh Rin itu sukses menumpu diri meski terseret cukup jauh dan saling berseberangan.

Seribu sayang Ravn harus terguling akibat kedatangan empunya topan. Debu-debu tanah tak begitu tebal, mudah saja bagi mereka mendapati sepasang sosok yang berdiri tegap. Ternyata tak begitu jauh dari Ravn.

"Guru Wei ...." Maka ia tak ragu menggumamkan nama itu dalam batuknya.

Rasanya si pria muda tak sanggup memandang sosok yang satu, tetapi setidaknya sebelum utuh menutup mata ia bisa mendengarkan samar ujaran sang guru kepada sosok tersebut, "Kuang, atasi yang satu dan pastikan Ravn aman."

"Baik!"

"Hingga waktunya tiba, gelar Lapak Transportasi."

Pada akhirnya dua orang tersebut berpencar. Guru wanita berkepala pelontos lagi berbulu mata lentik tersebut membopong Ravn, meletakkannya ke tempat yang aman sebelum dengan lincah menyambar Shiina dengan tendangan angin.

Kuang Yue cukup terkesan tampaknya. Senyum bahkan ia sunggingkan tepat ia bertahan dalam adu kaki bersama Harenian pirang di hadapannya.

Justru yang dirasakan musuhnya merupakan kebalikan dari apa yang ia rasa. Shiina mendecih, sekuat tenaga mendorong Kuang Yue hingga si guru wanita berputar di udara.

Tak disangka betapa tenang ia melayang sebelum mendarat dengan lembut dengan menciptakan jarak yang lumayan.

"Akan sulit bagi angin untuk mendengarkanmu yang selalu penuh akan amarah," tuturnya menasihati. "Berhati-hatilah."

Enggan meredakan geram, Shiina melambung serangan mengindahkan perkataan Kuang Yue.

Dua wanita melintas di kejauhan punggung Wei Liwei. Dia masih berdiri tegak, jelas belum melakukan apa-apa terhadap sosok muridnya yang menyeringai tipis.

"Ah, keturunan naga angin ternyata. Pantas saja berani melawanku," celetuk Apollya enteng. "Setidaknya kebangkitan separuh jalan ini cukup menguntungkan."

Senyum kecil kemudian merekah di di balik kumis panjang. "Entah sebuah kehormatan atau penghinaan dikenal begitu baik oleh seorang anak yang datang dari Dia Yang Dijatuhkan Dari Kerajaan Langit. Pun, tidak disangka dia lebih paham menggunakan Mata Warisan."

Tampaknya iblis yang memilih muridnya sebagai inang itu tak tersinggung. Malah Apollya membalas dengan kekeh. Dia bertanya, "Jelas kau datang untuk menghentikanku menguasainya?"

"Tentu." Wei Liwei melangkah santai bersama tongkat yang mengetuk-ngetuk mengiringi jejak. "Sepatutnya kita mengembalikan semua sebagaimana semestinya."

Dengkus disambung sambaran bayangan yang hampir saja mengenai lengan sang keturunan naga angin jika ia tidak mengelak. Memang sulit baginya menerawang setiap bayangan yang kerap melambung kepadanya dalam gelap, tetapi Wei Liwei tentu tidak mengalah secepat itu.

Dia mulai mempersempit jarak. Beberapa sibak angin ia cipta sebelum berakhir membelakangi punggung musuhnya. Mereka juga tampak sepakat berputar di tempat sejenak hingga berpisah dan saling serang beradu elemen.

Di sisi Kuang Yue setiap pukulan, tangkis, hingga elakan masih belum berhenti. Tampaknya Shiina telah terbiasa dengan kemampuan musuhnya, mudah saja baginya mendikte semua gerakan guru wanita itu guna melawan.

Pemantul, batin Kuang Yue. Tubuhnya lekas berbaling di udara, menghempaskan sejumlah pisau yang tercipta dari angin.

Shiina menghindar. Kali ini dahan-dahan yang menjadi korban. Mengindahkan semua serangan yang sukses dielak, ia mulai meniru gerakan baling-baling yang Kuang Yue lakukan.

SeeressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang