X. Pelatihan Intensif [1/2]

11 3 0
                                    

Memang bukan hal biasa jika Ravn dan Rin sewaktu-waktu berpisah selain di kala jam tidur. Kali ini Ravn sedang berjalan berdampingan bersama Wei Liwei, baru saja keluar dari ruangan sang guru untuk menceritakan kronologi kekuatan yang sebarkan Rin.

Ya, tentu dengan sedikit bumbu kebohongan agar Wei Liwei tidak lekas mengeluarkan mereka yang sebenarnya berasal dari cengkeraman Enfierno. Beruntungnya Rin memang tidak memahami apa-apa perihal itu, sehingga mengarang bebas menjadi hal yang mudah bagi Ravn.

"Begitu," tanggap Wei Liwei atas segala cerita yang nyaris direkayasa. "Berdasarkan ceritamu, tampaknya dia memang memiliki kekuatan tersembunyi yang besar."

"Namun, mengapa ia tidak dapat menggunakannya kembali?"

"Kemungkinan Aora yang bersemayam pada diri Rin bagaikan bara. Barangkali hasrat di dalam dirinya pula memercik kekuatan yang ia miliki itu."

"Hasrat?"

"Ya."

Baik ketukan tongkat Wei Liwei dan langkah mereka nyaris serentak terhenti di halaman utama. Sama-sama pandangan mereka tertuju kepada gadis yang menghadap ke mana matahari hendak terbit. Takzim ia berdiri dengan kedua tangan yang saling bergenggam di dada, betapa khidmat ia memejamkan mata memanjatkan doa.

"Hasrat untuk membantu kalian semua dari serangan perampok," sambung Wei Liwei kemudian. Suaranya terdengar rendah, jelas menghormati kegiatan Rin yang berdoa sesuai dengan kebiasaan si gadis berasal. "Percikannya membesar bagaikan api. Betapa pun, apinya bisa padam sebab tidak memiliki fondasi yang cukup untuk menahannya saat itu."

Ravn mengernyit kala berusaha mencerna segala macam metafora yang dilontar sang guru.

"Tidak perlu khawatir," ujar Wei Liwei, kali ini menghadapkan tubuhnya kepada Ravn yang tampak kebingungan. "Setidaknya dasar muasal Aora milik Rin tetap tertinggal. Sekarang aku hanya perlu mengasahnya sedikit agar bisa ia kembangkan kelak secara mandiri.

"Kupikir itu juga berlaku padamu." Sang Guru membelai jenggotnya. "Pembelajaran otodidak memanglah bagus. Pastilah aku akan menemukan hal menarik darimu. Dengan begitu, aku bisa membantumu mengembangkannya pula."

"Sebuah kehormatan bagi saya, Guru Wei," balas Ravn.

Percakapan terhenti tepat empunya nama yang disinggung dalam percakapan menyudahi doa. Demikian ia menoleh ke belakang dengan wajah penuh seri sebelum menghampiri keduanya untuk memberi hormat kepada sang guru.

"Cuaca yang sangat bagus untuk memulai hari latihan pertama." Bersama uap yang mengepul dari mulutnya akibat menahan dingin, Rin berujar. "Tidakkah Anda berpikir demikian, Guru? Bagaimana denganmu, Ravn?"

Baik yang tua maupun muda di hadapannya saling lirik, mengumbar senyum sebelum berakhir salah satunya menjawab. "Sepertinya kita bisa mulai sekarang supaya semangat yang meluap itu dapat menguap dengan suka cita."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SeeressWhere stories live. Discover now