XIV. Undangan Angin [2/2]

4 2 0
                                    

Batu tertata rapi di sepanjang jalan mulai dari gerbang masuk. Benar kata Ravn mengenai orang-orang melintas. Bahkan di sini jarang terlihat orang yang hendak lewat kecuali pelayan yang memang memiliki keperluan keluar.

Kompleksnya lumayan padat, rumah-rumah pula memiliki atap bermodel selaras. Rasanya satu rumah cukup untuk ditempati empat sampai lima orang. Kala berusaha mengintip dari sela-sela tembok yang terbuka, Rin dapat beberapa di antara mereka ternyata rajin bercocok tanam. Tidak sedikit di antara pekarangan rumah memelihara beberapa pot bunga serta menanam pohon yang telah bertumbuh rindang.

Kereta kuda telah sampai di pusat kompleks. Terdapat kolam dengan air jernih, pula teratai dengan daunnya yang lebar mekar tepat waktu di musim semi ini menambah keindahan kolam. Beberapa bangku juga terlihat di setiap sisi kolam, sepertinya memang sengaja disediakan untuk mereka yang hendak mengamati ikan koi yang hidup di sana.

Ai Qing menunjuk ke jalur kiri, mengatakan mereka akan tiba setelah berhenti di samping gang usai melewati tiga rumah. Kembali Ravn memarkirkan kuda, kali ini persis di bawah pohon yang penuh dengan rumput. Terdapat tempat minum untuk kuda di sampingnya, sehingga ia tidak perlu khawatir kuda Tuan He kehausan.

Baru mereka bergegas ke belakang gerobak untuk mengambil lampion pesanan, terdengar suara derik pintu yang disambung dengan derap langkah.

"Oh, saya kira siapa yang datang menjelang tengah hari ini!" Lantas suara wanita paruh baya menyusul, mengundang ketiga tamu yang baru saja selesai mengosongkan gerobak menoleh padanya.

Seorang wanita berdiri di teras rumah. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki penampilannya begitu rapi. Semburat kelabu sudah tampak di antara rambut serta keriput menghias wajahnya, tetapi dari cara berdiri yang tegak menandakan ia masih bugar.

"Selamat datang, Nona Ai Qing." Langkahnya lumayan cepat untuk umurnya kala menuruni tangga pendek. Tidak disangka perawakannya agak jangkung kala mendekat. "Sepertinya Nyonya Dong Bai memesan lebih banyak dari biasanya sampai Anda memerlukan orang untuk membantu."

"Begitulah, Nyonya Li. Saya berpikir ini cukup untuk lima gang di sekitar pula!" Ai Qing menanggapi. "Mereka teman-teman saya. Kebetulan sedang berlibur dan mampir, jadi mereka ikut serta."

"Begitukah? Salam, saya kepala pelayan di rumah ini." Katanya sembari menoleh kepada kedua orang yang begitu asing baginya. Sedikit Nyonya Li mencondongkan badan seraya menelengkan kepala kepada Rin. "Anda memiliki mata yang cantik."

Sekadar senyum yang mampu Rin kembangkan. Akhirnya, Nyonya Li mempersilakan mereka masuk.

Meski tampak lebih besar, ternyata desain interior rumah ini cukup mirip dengan milik Ai Qing, hanya saja memiliki lebih banyak ruangan. Beberapa partisi telah diturunkan ke ruang utama, masih berjajar rapi. Sepertinya memang dibutuhkan untuk suatu acara.

Perhatian Rin tertarik kepada suara lonceng yang merdu. Tergantung di jendela satu genta lonceng tertiup sepoi-sepoi angin, dengan kaktus-kaktus kecil yang tumbuh dengan baik menemaninya.

Tampaknya selain teras yang tampak ditumbuhi pohon-pohon hiasnya, di sini juga nyaris serupa, tetapi hanya terdapat di sudut-sudut tertentu.

Manik keemasan terpaksa berhenti di bangku-bangku yang tersusun sedemikian rupa tepat indra pendengaran menangkap suara langkah kaki mendekat. Dia menoleh, lantas mendapati seorang wanita yang lebih muda dari Nyonya Li terengah dalam langkah anggunnya.

"Sudah datang? Maaf, keadaannya selalu berantakan ketika kau datang," katanya tepat menghentikan langkah. "Letakkanlah lampionnya di meja yang sedang menganggur. Mari kita ke halaman belakang saja."

Lekas mereka menurut. Lantas tanpa berbasa-basi lagi, sosok bersanggul rapi yang Rin yakini Nyonya Dong tersebut berbalik memandu jalan. Berduyun mereka melewati lorong yang agak lapang untuk lima orang. Tak membutuhkan waktu lama pula bagi mereka sampai di halaman belakang.

SeeressOn viuen les histories. Descobreix ara