Menguntit

9.6K 86 0
                                    

"Mas, tolong antar saya ke kantor suami saya, untuk menghilangkan semua gelisah ini saya rasa saya harus melihatnya dengan kepala saya sendiri." Ujarku saat air mataku telah sedikit reda, Anto hanya mengangguk, tangannya masih mengelus jemariku, aku segera melepaskan tanganku yang digenggamnya.

"Maaf kak, saya gak bermaksud apa-apa, hanya ingin agar kakak lebih tenang, mohon maafkan kelancangan saya telah menyentuh kakak." Ujar Anto lembut.

"Gak apa mas, saya mengerti, gimana mas, bisa antar saya memata-matai suami saya malam ini? Jangan kuatir berapapun biaya yang mas Anto minta akan saya bayar." Kataku mencoba memastikan.

"Jangan Kuatir Kak, saya akan membantu kakak semampu saya, yuk kita berangkat sekarang, sepertinya hujan telah berhenti." Ajak Anto sambil berdiri, aku pun ikut berdiri dan memperbaiki penampilanku yang terlihat kusut akibat menangis.

Kita berdua berjalan menuju motor, Anto mengambil kanebo dari bawah jok motornya, dikeringkannya jok motor yang basah, Setelah itu Anto memberikan Helm padaku, dan lagi-lagi tubuh Anto begitu dekat denganku, aku bisa mencium aroma maskulin yang terpancar dari tubuhnya, aroma maskulin yang menghanyutkan.

Anto membantuku memasang pengaman Helm, "Nah sudah selesai, sebentar saya putar motor dulu."

***

Anto melajukan sepeda motornya dengan cepat, aku hanya bisa memegang erat ujung jaket dipinggangnya, aku tak ingin memeluk pinggang pria ini, aku merasa sungkan untuk melakukan itu, Anto melajukan kendaraannya menuju kantor Mas Adam.

Tak butuh waktu lama untuk kami tiba di halaman kantor Mas Adam, dari kejauhan aku masih melihat mobil mas Adam terparkir disana, hampir 15 menit kami menunggu, akhirnya kulihat Mas Adam keluar dari gedung kantornya menuju mobil.

"Loh katanya rapat sama klien, kenapa dia pergi sendiri, bukankah katanya dia harus menemani bosnya rapat." Batinku, Dadaku bergemuruh cepat, lalu aku mencoba menelponnya, dari tempatku berada, aku melihat Mas Adam menjawab panggilan telponku.

"Halo yank, kamu udah pulang?" Sapa Mas Adam.

"Ohh belum yank, ini sebentar lagi aku mau pulang, oh ya kamu jadi rapat gak?" tanyaku.

"Jadi yank, ini aku bersama bosku, kita mau ke tempat klien, kebetulan Klien big nawarin makan malam, ya mau gak mau kita harus memenuhi undangannya." Jawab suamiku, padahal dengan mata kepalaku sendiri, aku melihat dia hanya sendiri di depan mobil, tidak ada bosmya disana.

"Ohh gitu, ya udah, trus nanti kamu pulang jam berapa yank." Tanyaku lagi.

"Hmm ya secepatnya acara selesai, aku langsung pulang ke rumah yank, oh ya kamu pulang hati-hati ya, eh udah dulu ya yank, bosku udah mau berangkat. Bye I love You." Mkesalas Adam menutup telponnya.

Aku memandangnya dengan perasaan kesal, bisa-bisanya dia membohongiku seperti ini. "gimana kak? Sepertinya mobil suami kakak segera jalan tuh, apa kita jadi mengikuti dia?" Ucapan Mas Anto menyadarkan lamunanku.

"Ya mas, kita ikutin dia ayuk.." aku segera naik kembali ke motor, Mas Anto mengikuti mobil Mas Adam dari jarak yang cukup aman, kecekatan mas anto mengendarai motor membuatnya tak kehilangan jejak mobil Mas Adam, kami melihat mas Adam memasuki komplek Ruko, Mas Anto berhenti sejenak, dia memandang sebuah plang besar, aku mengikuti pandangannya, aku terkesiap, Plang itu adalah penunjuk nama Tempat yang sama dengan kartu nama yang kutemukan, kembali hatiku berdebar-debar, walau aku curiga, namun mendapatkan kenyataan yang sama dengan kecurigaan adalah sesuatu yang menyakitkan. Aku mencoba menahan gelisahku.

Mas Anto memandangku, matanya bertanya apakah kita akan masuk ke dalam kompleks ruko ini? Aku mengangguk cepat, "kita masuk mas!" Ujarku tegas.

Setelah memarkirkan motor, kami berdua berjalan menuju Ruko tempat panti ijat itu berada, namun bukannya berjalan terus, tiba-tiba Mas Anto membawaku ke sebuah restoran fried Chicken ternama, "kenapa dia malah membawaku kesini, apa dia lapar?" Tanyaku bingung dalam Hati.

Diary Seorang IstriWhere stories live. Discover now