BAB 58 - Wajah Familiar

2.1K 35 2
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Beberapa Saat Sebelum Insiden

Sepeninggal Adam, Anissa membereskan piring-piring bekas makan, gadis itu membawa piring-piring itu ke dapur untuk dicuci, ibunya membereskan makanan yang masih ada untuk disimpan, makanan yang kering dikumpulkan menjadi satu, Ibu Anissa membawa peralatan makan yang kotor ke dapur, di pintu dapur, ibu Anissa melihat putrinya sedang mencuci piring sambil bernyanyi kecil, kebahagiaan terlihat dari wajah cantiknya, sebagai orang tua yang melahirkan, sang ibu tahu benar apa yang sedang dirasakan anak gadisnya itu, perlahan wanita paruh baya itu mendekati Anissa.

"Udah bu, istirahat saja, biar Nissa yang beresin semua, ibu pasti lelah kan.." Anissa melirik ibunya yang sedang membantu mengeringkan piring yang baru saja dicuci oleh Nissa.

"Ndak apa nduk, ibu juga belum ngantuk.." perempuan setengah baya itu tersenyum dan melanjutkan mengeringkan piring-piring yang masih basah itu.

Anissa hanya tersenyum dan membiarkan ibunya melakukan apa yang di sukainya, "Nduk...ibu ingin kamu berhati-hati.." ucap Ibu Anissa, suaranya terdengar pelan bagai bisikan, Anissa menoleh pada ibunya itu.

"Ibu bicara sesuatu?" Tanya Anissa.

"Hmmm, ibu Cuma bilang agar kamu berhati-hati nduk." Ucap ibunya.

"Berhati-hati? Emangnya aku lagi nyebrang jalan bu, hihihi...ibu ini ada-ada aja." Ujar Anissa sambil tertawa.

Ibu Anissa melihat ke arah putri cantiknya itu, lalu memegang kedua tangan anak gadisnya itu, "Nduk, ibu tahu apa yang kamu rasakan, ibu juga tahu apa yang membuat hati kamu sangat senang hari ini, makanya ibu minta kamu hati-hati.. ibu gak ingin kamu terluka sayang.."

"Maksud ibu apa sih, kok ibu tiba-tiba minta aku berhati hati terus.." Nisa memonyongkan bibirnya yang indah.

"Hmmm, siapapun yang kamu pikirkan saat ini, ibu hanya berharap bahwa itu tetap kamu simpan di dalam hatimu saja ya, jangan sampai lebih dari itu, hmmm ibu ke dalam dulu ya nduk," Ibunya kemudian masuk kembali kedalam rumah.

Anissa hanya diam, pandangan matanya mengikuti langkah ibunya, kata-kata ibunya tadi terngiang-ngiang di kepalanya, begitu dalam makna kata-kata itu baginya, "Ya ibu benar, aku harus tetap menyimpan semua ini di hati, gak boleh lebih dari itu.." Nisa mencuci tangannya dan kemudian menuju kamar mandi untuk berwudlu.

***

"Ya Allah, ampuni aku yang memiliki perasaan ini, harusnya aku tak membiarkan perasaanku tumbuh membesar, namun aku juga tak kuasa menghentikan ini semua ya Allah, ampuni aku ya Allah..." tiba-tiba NIssa mendengar suara orang mengetuk pintu rumahnya dengan terburu-buru, Nissa membuka mukenahnya dan melipatnya dengan rapih, terdengar suara bapaknya membuka pintu, Nissa tiba-tiba terkejut ketika mendengar suara bapaknya seperti panik, perlahan Nissa membuka pintu kamarnya untuk melihat apa yang terjadi, di ruang tamu Nissa melihat seorang Pria yang rupanya tetangganya sedang berbincang dengan bapak, pria itu adalah pak Parmin, tubuhnya terlihat basah kuyup karena kehujanan, Nissa mencoba mendengarkan percakapan kedua pria itu.

Diary Seorang IstriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora