Bab 46 - Saling Melepaskan Hasrat

8.7K 47 1
                                    

"Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan segera mendarat di bandara Juanda Surabaya, waktu setempat menunjukkan pukul 18.00, sebelum turun dari pesawat pastikan agar barang-barang yang anda bawa tidak ada yang tertinggal, ikuti petunjuk para crew pesawat, dan terima kasih sudah menggunakan jasa kami, selamat malam dan sampai jumpa lagi."

Suara pemberitahuan dari Kapten pilot menggema di kabin, beberapa penumpang mulai bersiap mengambil barang-barang yang di simpan di kantong kursi, Adam mencabut charger hpnya dan menyimpannya dalam tas, Adam melihat Anissa rupanya tengah tertidur lelap sambil menyenderkan kepalanya di kaca jendela, Adam mengguncang lembut bahu Anissa dan tak lama Anissa terjaga dan sedikit tersipu saat melihat wajah bosnya yang begitu dekat, menyadari posisinya yang tertidur pulas, Nissa segera merubah posisinya dengan gugup, "Duh mudah-mudahan gak ngiler ya, aduhh malu banget kalau sampai ketahuan pak Adam." Ucap Nissa dalam hati sambil memperbaiki wajah dan hijabnya.

Dua orang pramugari berjalan memeriksa posisi kursi penumpang, sesekali pramugari meminta penumpang untuk menegakkan sandaran kursi, para pramugari dengan seksam memeriksa dan memastikan seluruh penumpang telah menggunakan sabuk pengaman dengan benar, "Mohon maaf pak, tolong penutup kacanya dibuka, terima kasih.." Ujar pramugari berwajah cantik kepada penumpang yang tepat berada di depan Adam.

Pesawat mendarat sempurna di landasan pacu Bandara internasional Juanda Surabaya dan tak lama kemudian pesawat telah berhenti sempurna, para awak kabin meminta para penumpang untuk tertib saat meninggalkan pesawat, Adam dan Nissa masih duduk di kursinya menunggu antrian para penumpang yang keluar pesawat.

"Pak kalau saya nginap di rumah aja boleh gak ya?" Tanya Anissa saat dirinya dan Adam berjalan menuju pintu keluar.

"Loh kenapa? Kan udah dipesankan hotel nis, lagian nanti rapatnya kan pagi, apa kamu bisa datang tepat waktu?" Jawab Adam.

"Semalam bapak saya bilang katanya nanti nginap di rumah saja, untuk urusan kantor bapak bilang siap untuk mengantar." Ujar Anissa pelan

Adam menoleh kepada gadis cantik di sampingnya ini, senyum tersungging di bibirnya, "sepertinya saya paham kenapa bapak kamu nyuruh seperti itu."

Anissa menoleh tanpa bersuara, Adam terkekeh, "mungkin bapak kamu pikir kamu nanti sekamar Ama saya, apa jangan-jangan bapak kamu jemput ya?" tanya Adam, Anissa hanya mengangguk pelan.

"biar nanti saya akan bicara Ama bapak ya, sebentar Nis, saya Maghrib dulu." Lanjut Adam sambil berjalan menuju ke musholla yang tersedia di bandara tersebut.

Anissa menunggu duduk di kursi yang telah disediakan, lima belas menit kemudian, Adam muncul sambil menjinjing sepatu dan duduk di dekat Anissa, Adam meletakkan hpnya di bangku, rupanya Adam tengah menghubungi seseorang, sambil menunggu telponnya tersambung, Adam mengenakan sepatunya, Anissa sekilas sempat melihat nama orang yang dihubungi Adam, entah kenapa hatinya merasa sedikit kesal melihat nama yang tertera disana.

"Pak saya ke toilet dulu ya." Ucap Anissa, Adam hanya mengangguk sambil terus mengenakan sepatunya.

Di tempat lain, di dalam mobil, Maya dan Anto saling berpandangan penuh arti, Tatapan Maya sungguh terlihat penuh gairah, begitupun juga dengan Anto.

Pria penuh tatto itu menggenggam lembut jemari lentik wanita cantik yang bersandar manja di bahunya.

Hp Maya yang sedang di charge terlihat terang, Maya mengambil hpnya, pangilan dari suaminya, maya menoleh kepada Anto seolah meminta izin pria itu untuk menjawab panggilan tersebut, Anto hanya tersenyum mengangguk.

Maya kemudia mengangkat telpon dari suaminya, posisinya masih sama bersandar di bahu Anto, Maya sama sekali tak ingin merubah posisinya, padahal yang menelpon adalah suami syahnya, seolah Maya tak merasa bersalah dengan sikapnya saat ini.

Diary Seorang IstriWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu