BAB 59 - Kegusaran Santoso

2.3K 30 5
                                    

Didalam pesawat jet pribadi yang mereka tumpangi, terasa sekali suasana begitu tegang dan diliputi kemurungan , tak ada satupun yang saling berbicara, mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, Maya yang duduk berseberangan dengan Santos...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Didalam pesawat jet pribadi yang mereka tumpangi, terasa sekali suasana begitu tegang dan diliputi kemurungan , tak ada satupun yang saling berbicara, mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, Maya yang duduk berseberangan dengan Santoso menyenderkan kepalanya di jendela pesawat, pikirannya kosong memandang kearah luar yang gelap gulita, air matanya terasa telah kering, Suasana hatinya sedikit lebih tenang, perasaan dan pikirannya dipenuhi kecemasan tentang nasib Adam, dia merasa bersalah pada Adam, suami yang begitu baik padanya.

"Apa yang dilakukan suami kamu hingga kamu memperlakukannya seperti itu Maya! Dia hanya bercinta dengan pelacur beberapa kali dan itu berdasarkan transaksi jual beli, Adam melakukan itu karena uang, tapi kamu..melakukan itu karena begitu menikmatinya dan bahkan kamu memberikan uang sebanyak itu untuk orang yang belum lama kamu kenal?" Suara hatinya terasa gencar memarahinya.

"Suami kamu kecelakaan, kamu malah asik bercinta dengan orang lain, dimana moral kamu, untuk apa jilbab yang kamu kenakan jika kamu obral kemaluanmu pada orang yang gak berhak." Maya memejamkan matanya, hati kecilnya terus menghujat perilakunya.

Maya teringat semua yang dilakukannya beberapa hari lalu, saat bertemu kembali dengan Anto, ada perasaan untuk meninggalkan suaminya, Maya merasa hidup bersama suaminya hanya akan membuatnya terus membohongi dirinya, Maya saat itu sudah bulat untuk meminta cerai dari suaminya dan hidup bersama dengan pria yang membuat gairahnya terpuaskan, namun kini semua terasa lain, tiba-tiba Maya merasa sangat bersalah dengan Adam suaminya, Maya merasa dirinya telah kotor, sungguh saat ini Maya merasa takut kehilangan Adam, masa-masa indah mereka bagai video yang terputar terus dibenaknya.

Maya teringat betapa Adam sangat baik padanya, betapa Adam begitu menyayanginya, kini Maya merasa dirinya tak pantas untuk menemani suaminya lagi, Maya merasa dirinya begitu kotor dan hina, Maya seolah tersadar atas semua perbuatannya, "Baru sadar kamu! Sudah terlambat non..mungkin saja suami yang menyayangimu itu tak akan hidup lagi? Mungkin aja sekarang dia hanya sedang menunggu kamu datang, lalu mati..puas kamu! Itu kan yang kamu inginkan, suamimu mati dan kamu bisa ngentot sepuasnya sama kekasih gelapmu itu dasar perempuan binal!"

"Gak..gak.." Maya menundukkan wajahnya, kedua tangannya menutupi wajahnya, kembali isak tangis terdengar, Santoso hanya menatap Maya tanpa berkata apapun, hanya helaan napasnya yang terdengar.

Murad yang duduk dibelakang memandang Maya dengan mata tajam, wajahnya terlihat sinis, "perempuan busuk, aktingnya udah kayak artis papan atas, kemarin ketawa-ketawa di pelukan curut got, sekarang nangis kaya gitu, andai lu jadi bini gua, bakalan gua bakar hidup-hidup lo berdua ama si curut got." Batin Murad, tiba-tiba Rebon yang duduk disebelahnya menjatuhkan kepalanya di pundaknya, Murad melihat temannya itu tertidur dengan mulut mengangga, didorongnya kepala botak rebon dengan kasar, "Sue lo..iler lo kemana-mana botak."

***

"Ya pak...baik, ya saya paham pak, terima kasih, ya selamat malam juga." Anissa meletakkan kembali hpnya.

Diary Seorang IstriWhere stories live. Discover now