Part 64 - Rencana Maya

3.1K 44 3
                                    

Proses pemindahan Adam ke Jakarta berjalan lancar, tanpa ada kendala berarti, pengaruh uang dan kekuasaan sangat berperan dalam hal ini, pihak rumah sakit PadaMaya telah siap menyambut kedatangan pasien, setibanya di rumah sakit, Adam langsung dim...

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Proses pemindahan Adam ke Jakarta berjalan lancar, tanpa ada kendala berarti, pengaruh uang dan kekuasaan sangat berperan dalam hal ini, pihak rumah sakit PadaMaya telah siap menyambut kedatangan pasien, setibanya di rumah sakit, Adam langsung dimasukkan ke ICU untuk memantau kondisinya, Tim Dokter ingin memastikan proses hibernasi Adam tak terganggu akibat perjalanan dari Surabaya ke Jakarta.

Maya, Anisa dan Santoso yang ikut dalam helikopter berlari kecil mengikuti gerakan paramedis yang sangat lincah dan sigap membawa Adam ke ruangan ICU.

Selama perjalanan dan kini menyusuri lorong rumah sakit, tak henti-hentinya Dokter dan Perawat memantau fungsi vital Adam melalui monitor, dokter yang ikut mendampingi terus berkomunikasi dengan profesor Suharso untuk melaporkan parameter yang tertera di monitor, profesor Suharso sendiri tidak ikut menemani ke Jakarta, beliau telah mempercayakan penanganan Adam pada koleganya di jakarta, kapanpun dibutuhkan profesor Suharso siap ke Jakarta.

Maya duduk menunduk di depan ruang ICU, terlihat mulutnya komat Kamit seperti membaca doa, begitu juga Nissa,walaupun terlihat tenang, namun jelas sekali gadis cantik itu gelisah. Sedangkan Santoso berdiri mondar mandir wajah Santoso terlihat tegang, walau perangainya keras, namun apa yang menimpa sahabatnya membuat hatinya sedih, apalagi dia memergoki sendiri istri sahabatnya itu malah asyik bersenang-senang dengan pria lain, kesal, marah, geram dan cemas tergambar dari raut wajahnya yang tegang.

Terdengar di kejauhan suara langkah sepatu semakin mendekat, Maya menoleh dan tersenyum melihat kedatangan sahabatnya Milla, perempuan itu datang ditemani suaminya, Maya berdiri dan menunggu Milla, segera mereka berpelukan, tangis Maya tumpah di pelukan sahabatnya itu. Milla hanya mengelus punggung sahabatnya itu, setelah reda tangis Maya, mereka duduk menjauh dari depan ruang ICU.

"Makasih ya Mil, udah dateng.." Ujar Maya sambil menggenggam jemari sahabatnya itu.

"Gue pasti datang say, baru aja gue mau cari tiket ke Surabaya, gimana keadaan Mas Adam." Tanya Milla, Maya menjelaskan mengenai prosedur yang dilakukan oleh tim medis, Milla hanya mengangguk, walau tak mengerti istilah yang diucapkan Maya, namun dia tahu kalau kondisi Adam sangat serius.

"Lu sabar ya say, gue yakin Mas Adam akan kembali pulih kayak semula, pokoknya jangan putus doa, gak ada yang kita bisa lakuin secara medis, tapi kita bisa berdoa untuk kesembuhan orang yang kita cintai say." Ujar Milla mengusap punggung tangan sahabatnya itu.

"Thanks ya Mil, oh ya gimana kabar Fajar, sori banget gue gak bisa nemenin lo.." Ucap Maya.

"Alhamdulillah Fajar baik-baik saja, ternyata apa yang di prediksi dokter salah, dokter juga bingung, tapi gue rasa itu jawaban dari setiap doa yang gue panjatkan May, dan gue yakin Mas Adam bakalan baik-baik saja." Jawab Milla.

Milla melihat wajah sahabatnya ini sangat pucat dan letih, lingkaran hitam samar terlihat di bawah kelopak mata Maya, "May..lu juga harus mikirin diri sendiri juga, kalau lu ikutan sakit kan malah berabe, muka lu tuh pucet banget." Ujar Milla lagi.

Diary Seorang IstriDonde viven las historias. Descúbrelo ahora