Bab 31 - Kebohongan Lagi

5.8K 58 0
                                    

Maya menggeliatkan tubuhnya, sesaat dia kebingungan dengan keberadaannya, matanya menatap sekeliling kamarnya, Maya mulai mengenali dimana dirinya sekarang, seulas senyum terukir di wajah cantiknya, "Duhh..." Maya mengaduh saat berusaha menggerakkan kakinya, otot pahanya terasa tertarik, Maya meringis sambil mengurut-urut pahanya, sesaat kemudian wajahnya merona, ketika teringat penyebab kakinya kram, senyum tersipu, namun kemudian senyum itu segera menghilang saat Maya sadar bahwa ini adalah kamarnya, dan dia takut kalau suaminya menangkap rona wajahnya, jawaban apa yang akan dia berikan kalau suaminya bertanya, Duh!!

Maya menoleh ke sisi sebelah tempat tidurnya, tak ada suaminya disana, kening Maya berkerut, "Lho mas Adam kemana, apa jangan-jangan..." Maya melihat jam dinding yang ada dikamarnya, Jam dinding itu menunjukkan pukul 5.30, Walau kakinya sedikit kebas karena kesemutan, Maya berusaha turun dari ranjangnya, dipakainya sendal kamar berwarna pink, Maya menuju kamar mandi yang ada di kamar, namun tak ada siapapun disana.

"Yankk...kamu dimana..." Maya keluar kamar, tak ada sahutan dari suaminya, Maya berjalan menuju pintu keluar, melalui gorden diintipnya suasana depan rumah, terlihat Pajero putih suaminya terparkir di luar, "Kemana sih nih orang, mobilnya ada." Maya kemudian menuju dapur, seperti biasa dia akan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suaminya, Maya mengambil ikat rambut di atas kulkas, saat sedang mengikat rambutnya, Maya termenung, buru-buru dilihatnya tangan kanannya, Maya melotot ketika melihat jari manis kanannya hanya ada bekas cincin.

"Duh cincinku kemana?" Maya sedikit panik dan berlari ke kamar, di carinya tas yang dipakainya kemarin, isi tas dikeluarkannya di atas kasur, namun cincinnya tak terlihat disana, wajah Maya mulai menegang, saku celana dan blus yang dipakainya kemaren segera diobrak-abrik, namun cincin yang dicarinya juga tak ada disana, Maya terduduk di kasur, wajahnya pucat pasi, bukan karena harga ccncin yang mahal yang membuat Maya pucat, cincin itu sangat berarti untuk dirinya terlebih untuk Adam suaminya, Maya bingung bagaimana menjelaskan kepada suaminya, dan Maya yakin suaminya itu pasti marah besar kalau tahu cincin ini hilang.

Diatas kasur maya menggigit telunjuk dan jempolnya, dadanya berdegup kencang, raut wajahnya begitu pucat dan panik, "Tenang Maya..tenang.....ingat-ingat dimana terakhir kamu taruh cincin itu." Maya berusaha keras untuk mengingat, terakhir saat di apartemen Anto, sebelum bersetubuh dengan pria selingkuhannya itu, Maya selalu melepas cincinnya, "Ya pasti tertinggal disana, aku ingat terakhir aku taruh di meja, dan ya..aku pasti lupa memakainya kembali.." Maya bangkit dan mencari hpnya yang tengah di charge, Maya menyalakan hpnya, Maya sedikit tak sabar menunggu hpnya loading.

Maya menelpon Anto melalui whatsapp, terlihat hanya tulisan memanggil, sepertinya Hp Anto tidak aktif, Maya mencoba menelpon kembali, dan sama seperti tadi hanya tulisan memanggil yang muncul, Maya lalu menulis Chat pada Anto untuk menanyakan cincinnya, chatnya hanya centang satu, Maya menghela napas sedikit lega karena yakin cincinnya tertinggal disana.

Maya kemudian melihat satu notifikasi muncul, ada pesan suara dari nomor yang tak dikenal, Maya membuka pesan itu, terdengar suara yang dikenalinya, suara Mas Adam, "Yank..aku lagi di IGD, tadi karyawan yang menemaniku pingsan setelah rapat selesai, ini aku lagi di IGD.." setelah itu sebuah foto suasana ruang IGD terlihat, dalam foto itu ada seseorang tengah berbaring, beberapa perawat dan dokter tengah memeriksa orang yang berbaring itu.

Notifikasi baru muncul kembali kali ini voice note dari nomor Suaminya, "Yank..kamu pasti ketiduran ya, pasti belum makan, aku juga belum makan, nih aku beli martabak kesukaan kamu, kita makan berdua ya.."

Maya menoleh ke meja makan, ada sekotak martabak yang belum dibuka dari plastiknya, Maya menghampiri martabak itu, dikeluarkannya kotak itu dari plastik, terlihat martabak telur yang masih utuh, "Pasti Mas Adam juga belum makan, nih masih utuh.., tapi dia dimana sekarang?" Tiba-tiba hati Maya berdesir, perasaan bersalah muncul tiba-tiba menyesakkan dadanya, suaminya itu memang benar-benar rapat dan terlambat pulang karena harus mengantarkan stafnya ke IGD.

Diary Seorang IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang