Final Episode

7.6K 81 32
                                    


Episode sebelumnya :

Maya menghadiri acara peresmian PT Serayu sebagai perwakilan guru, dan terkejut saat mengetahui kalau Adam adalah direktur PT Serayu, dirinya begitu emosional saat melihat sosok yang dirindukan kini tepat berada di depannya, Rindunya yang teramat besar pada Adam, membuat air matanya deras mengalir tanpa bisa di hentikannya, Maya sungguh tak tahan dengan perasaannya yang mengharu biru, rasa sesal dan rindu yang bercampur membuat hatinya bergejolak, Maya berlari menuju toilet, di sana Maya melepaskan semua beban yang berkecamuk dihatinya, namun di saat itupula Maya merasakan sakit yang teramat sangat di perutnya, bahkan Maya tak bisa untuk berjalan, dia merangkak menuju pintu sambil menahan perih diperutnya, Untung saja Ratih berada dalam waktu yang tepat, Ratih terkejut dan panik saat mendapati Maya mengerang kesakitan tengah berbaring di lantai toilet, Mata Ratih melotot panik melihat darah yang mulai menggenang di balik bokong Maya, Kepanikannya makin menjadi saat mendengar suara Maya yang merintih lemah meminta diantar ke rumah sakit.

Puncak hukuman Maya sepertinya datang saat itu, tim dokter dengan berat hati harus melakukan pengangkatan Rahim Maya sebagai upaya menyelamatkan nyawanya, Adam yang tiba di rumah sakit begitu terkejut dengan apa yang dialami Maya, saat Maya mulai dipindahkan ke ruang perawatan, Adam menemani istrinya itu dengan perasaan tak menentu, air matanya deras mengalir tak tertahankan melihat penderitaan perempuan yang dicintainya ini, kebencian dan kemarahannya seolah melebur dalam air matanya, Adam merasa menyesal telah begitu lama mengabaikan wanita yang dicintainya ini.......

***

Ruang Perawatan Maya

"Kamu baik-baik saja yank..?" tanya Adam setelah mulai bisa menguasai emosinya. Maya tersenyum, terlihat mata pria yang dirindukannya ini bengkak dan merah, "Maaf pertanyaanku bodoh ya, heheh.." Ujar Adam.

"Kamu apa kabar mas.." Tanya Maya.

Adam menatap tajam Maya, "Mas? Sejak kapan kamu panggil mas, apa kamu udah gak mau memanggilku yank, tadi saat baru sadar kamu panggil aku Yank, aku..aku...merindukan panggilan itu yank.." Ujar Adam.

"Apa aku masih pantas memanggil kamu yank?" Tanya Maya dengan suara lirih

"Kenapa gak? Sampai saat ini aku masih menjadi suamimu kan?" ujar Adam.

"Yank..." Ujar Maya lirih.

"Nah gitu dong..." Ucap Adam sumringah, di sekanya air mata Maya yang kembali datang.

"Yank...aku senang sekali bisa ketemu kamu.." Ujar Maya.

"Aku juga senang banget ketemu kamu.." Adam meremas jemari Maya dengan lembut. "kenapa kamu gak pernah nelpon aku yank? Apa kamu sudah melupakan aku gitu aja.." Lanjut Adam dengan suara parau menahan tangisnya.

"Aku pikir kamu marah ama aku yank, aku gak pernah melupakan kamu sedetikpun yank...aku pikir kamu pasti membenciku, aku perempuan nista yank...aku memang pantas dibenci yank" Maya kembali menangis tersedu-sedu.

"Saat itu aku memang marah padamu, namun disisi lain aku juga merindukan kamu yank, aku berusaha mencari keberadaan kamu, namun kamu seolah hilang begitu saja tanpa jejak yang bisa ku temukan, aku hampir gila yank...anehnya aku malah mencemaskan kamu, dimana kamu, sedang apa kamu, apakah kamu baik-baik saja? Setiap waktu berlalu pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengisi benakku, dan aku kemudian berada dalam satu kesimpulan kalau kamu memang sudah tak menginginkanku lagi bersamu, aku menyerah mencarimu.." Adam menciumi tangan Maya, air mata Adam kembali deras membasahi pipinya.

"Maafkan aku yank...maafkan atas semua kesalahan yang aku perbuat, aku rasanya tak pantas untuk meminta maaf padamu...aku begitu kotor....aku adalah perempuan nista yank..." Maya histeris dalam tangisnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Diary Seorang IstriWhere stories live. Discover now