Bando emas - William Vangeance [Black Clover]

468 43 2
                                    

Nama donatur : Azzira
Akun donatur : ZiaFahrani09
Jenis bansos : Oneshot
Judul : Bando Emas
Character / Pairing : William Vangeance×Reader
Fandom : Black Clover

.

Malam ini kerajaan Clover sedang dilanda hujan yang amat deras. Para penyihir kesulitan menjalankan misi mereka karena curah hujan ekstrem.

Putri tunggal Novachrono hanya bisa memandang warga Clover yang agak kesulitan menjalankan aktivitasnya dari dalam jendela kamar. Ditemani sang ayah, Julius Novachrono. Namun tak dapat mengusir rasa bosannya.

"Papa, aku bosan" ungkap (name) seraya menelungkupkan wajahnya.

Julius yang tengah menandatangani setumpuk surat menoleh kepada (name). Dia mengelus surai putih milik sang gadis dengan lembut.

"Bagaimana jika berkunjung ke salah satu markas sahabatmu?" Tawar Julius.

(Name) memikirkan markas mana yang akan ia kunjungi, "ah! Aku akan pergi ke markas Wili-chan saja!" ucap (name) dengan gembira.

"Sepertinya kau cukup dekat dengan William"

(Name) mengangguk, "uhm! Wili-chan sangat baik kepadaku seperti No-chan dan Fue-chan!"

"Baiklah, akan kupanggilkan Cob. Sebaiknya kau bersiap-siap setelah itu temui aku di ruanganku" Julius bangkit dari duduknya dan beranjak keluar kamar (name).

Gadis pengguna sihir bayangan itu membuka lemari bajunya, dia memilih gaun lengan panjang berwarna hitam putih. Dia membiarkan rambut putih panjangnya tergerai bebas.

(Name) berjalan menuju ruangan Julius, disana sudah ada ayah nya dan Cob yang sudah menunggu dengan tersenyum.

"Tolong antarkan aku ke markas Fajar Keemasan" pinta (name) dengan sopan.

"Siap laksanakan!" Balas Cob seraya mengaktifkan sihir ruang miliknya.

"Papa, aku pergi dulu. Dadah!" Pamit (name) dengan melambaikan tangan kanan nya.

"Dadah" Julius ikut melambaikan salah satu tangannya.

Pintu besar terbuka, mereka berdua masuk kedalam dan sampailah mereka di markas Fajar Keemasan. (Name) memberitahu Cob jika nanti dia ingin pulang dia akan menghubunginya lewat William.

(Name) berjalan santai menuju ruangan William, dia sudah kepalang hapal dengan denah markas Fajar Keemasan. Bukan hanya markas Fajar Keemasan tapi markas Singa Merah Tua dan Elang Perak. Wong, mereka bertiga itu sahabat dekat (name) waktu kecil.

Para anggota Fajar Keemasan yang tak sengaja berpapasan dengan (name) membungkuk hormat padanya yang dibalas sopan oleh (name).

Gadis itu telah sampai di depan ruangan William, dia mengetuk pintu terlebih dahulu. Hey, walau sahabat dekat sekalipun (name) pasti akan mengetuk pintu terlebih dahulu jika ingin memasuki kamar seseorang.

"Masuk" ucap William dari dalam.

Kriieettt!

Pintu terbuka dan menampilkan sosok William yang sedang menenggelamkan wajahnya dilipatan tangan.

"Siapa?" Tanya nya.

"Ini aku, Wili-chan" balas (name).

William mengangkat wajahnya keatas, dia melirik ragu kearah topengnya. (Name) yang menyadarinya langsung bereaksi.

"Tidak usah dipakai, lagipula hanya aku kan yang melihatnya?" Kata (name).

William mengangguk pelan, "ada apa? Tumben kau datang" tanya William.

"Aku bosan" William terkekeh mendengarnya.

"Jangan tertawa!" Ancam (name).

"Maaf maaf"

(Name) menarik kursi di samping pemuda bersihir pohon itu, dia melirik kearah setumpuk dokumen yang berada di atas meja.

"Maafkan aku jika mejanya sedikit berantakan" ucap William.

"Iie, tidak apa-apa. Mau kubantu membereskannya?" Tawar (name).

"Tentu"

Mereka pun membereskan dokumen itu. Setelah semuanya selesai, (name) kembali memandang keluar lewat jendela kamar William.

"(Name)" panggil William yang hanya dibalas deheman dari sang gadis.

"Apa kau tidak takut kepadaku?" Tanya nya dengan pelan.

(Name) menoleh cepat kearah William, dia memandang pemuda itu dengan lekat.

"Untuk apa aku takut denganmu?" Tanya balik (name).

"Bukan begitu .... maksudku, apa kau tidak takut dengan wajahku yang seperti ini" William menundukkan kepalanya. (Name) tidak menjawab.

"Sudah kuduga, harusnya aku tidak pernah melepaskan topeng in---"

"Jangan memakai topeng itu" potong gadis itu dengan cepat.

William mengangkat kepalanya, dapat ia lihat (name) yang tersenyum lembut kepadanya.

"Aku lebih menyukai wajahmu yang tidak tertutup topeng" ucapan (name) berhasil membuat jantung William berdegup sangat kencang dengan wajah yang memerah.

"Ne Wili-chan, bagaimana jika kita bermain?"

"Bermain? Bukankah diluar hujan?"

"Kau tau kan, tidak semua permainan dimainkan diluar ruangan?" William mengangguk.

"Bagaimana jika kita balapan sampai ke ujung lorong markas? Yang menang boleh meminta apapun pada yang kalah?" Tantang (name).

William tersenyum, "ayo!"

Mereka berdua mengambil ancang-ancang, (name) menghitung aba-abanya.

"Satu .... dua .... tiga!"

Mereka berlari sangat kencang, (name) berusaha menyalip William namun sepertinya dia kurang cepat dengan pemuda itu. Alhasil yang memenangkan balapan ini adalah William.

"Baiklah, jadi apa yang kau inginkan Wili-chan?"

"Ikut aku" ujarnya seraya melangkah kembali menuju kamar.

Mereka berjalan kembali menuju kamar William, sesampainya disana pemuda itu menyuruh (name) untuk duduk di pinggiran kasurnya dan menutup matanya.

(Name) menuruti perkataan William, ia menutup rapat kedua matanya. Beberapa menit berlalu dengan sunyi, tapi (name) masih bingung dengan permintaan William.

"Wili-chan, apa aku boleh membuka mataku sekarang?" Tanya (name).

"Belum!" Balas William cepat, "sebentar lagi oke?" Sambungnya.

"Baiklah"

(Name) merasakan ada sesuatu yang ditaruh William di atas kepalanya. Dia ingin membuka mata namun William menahannya.

"Sekarang buka matamu, (name)" titah William.

(Name) membuka matanya dan menatap kearah William, "apa yang kau taruh, Wili-chan?" Tanya (name) dengan lugu.

William memberikannya sebuah kaca kecil dan mengarahkannya pada (name), "bagaimana? Apa kau menyukainya?"

Gadis itu melihat ke cermin, sebuah benda berbentuk melengkung dengan bahan dasar besi dan berwarna kuning keemasan terpasang cantik ditengah kepalanya.

Sangat cocok dengan surai putih miliknya.

"Aku sangat menyukai bando emas ini Wili-chan!" Seru (name) dengan mata berbinar-binar.

"Yokatta ne,"

"Tapi, aku masih bingung dengan permintaan mu Wili-chan" ungkap (name).

William tersenyum, "permintaan ku hanya satu, tolong jaga bando ini (name)"

"Uhm! Pasti! Arigatou Wili-chan"

Cup!

(Name) mencium pipi kanan William, membuat pemuda itu pingsan seketika.

★ | Bansos Asupan Halu :: Chara x ReaderWhere stories live. Discover now