On Distant Tides - Todoroki Shouto x Reader [BNHA]

200 16 1
                                    

Nama Donatur : Ra
Akun Donatur : rainotherland
Jenis Bansos : One-shot
Judul : On Distant Tides
Character/Pairing : Todoroki Shouto x Reader
Fandom : Boku No Hero Academia

[Pirates AU!]

"Lihat anak itu," ucap [Name] dari tempatnya berdiri di samping Midoriya Izuku, Kapten dari Kapal One for All.

"Kau percaya bahwa dia hanya orang biasa?"

Midoriya mendesah. Mata mengikuti pandangan sang first-mate yang terarah pada awak baru mereka. Seorang laki-laki dengan bekas luka di sisi kiri wajah. Dia dengan cekatan mengikat tali-temali yang membentangkan layar One for All. Sesekali membenarkan topi yang menolak dia lepaskan.

Saat Midoriya menanyakan namanya, dia hanya memberi satu kata.

Touya.

Kapten muda itu mendesah lagi. Lalu menengok ke [Name]. Gadis tersebut tersenyum seperti kucing yang baru menangkap kenari.

"Sepertinya kau juga punya ide siapa dia sebenarnya, huh?"

"Yep." Jawaban Midoriya singkat jelas dan padat. Jemarinya rileks di atas kemudi kapal.

"Tetapi kita tidak akan membawanya kembali."

"Apa?!" seru [Name] protes. Matanya melotot. "Izuku, bayangkan berapa banyak uang yang Gubernur Enji berikan untuk—"

"[Name]...," desah Midoriya. "Gubernur Todoroki tidak akan memberikan imbalan apapun. Kita perompak. Satu-satunya hal yang dia berikan pada kita hanya tiang gantungan."

"Ugh, aye Cap'n," dengus sang tangan kanan. Namun gadis itu tetap berkacak pinggang. Kembali mengamati kelasi baru mereka.

"Tetap saja, apa tidak masalah kita biarkan Touya ini ikut?"

"Tidak masalah." Midoriya tertawa. "Toh, mungkin dia di sini memiliki alasan juga. Sama seperti kita."

Alis [Name] terangkat. "Jika 'alasan' itu ternyata untuk memata-matai kita, akan kupenggal kepalanya dengan pedangku sendiri."

"[Name]!"

"Apa?! Kita perompak, Cap'n! Berhentilah menjadi terlalu lembut!"

***

Bulan purnama malam itu bersinar terang. Membuat permukaan laut berkilat keperakan.

[Name] berdiri di haluan kapal. Membiarkan angin malam memainkan rambutnya. Serta mengirim partikel air asin yang sesekali menampar wajah gadis itu.

Tidak ada orang lain di dek. Hanya dia sendirian. Derak kayu yang diayun oleh ombak sedikit membuatnya rindu akan belaian sang ibu. [Name] berdecak. Sayang itu tidak cukup untuk menidurkannya.

"Masih terjaga?"

Suara itu membuat [Name] berbalik.

Wajah berbekas luka menyapa. Merona dibawah cahaya bulan.

"Yep," jawab gadis itu singkat. Mata menatap penuh selidik. "Kau sendiri kenapa? Merindukan ranjangmu yang empuk di rumah?"

[Name] melihat bahu anak di depannya menegang. Sudut bibir gadis itu tertarik ke atas. Sepertinya dia menekan tombol yang benar.

Touya menarik napas panjang. "Aku tidak tahu apa yang—"

"Ah, tidak perlu berkelit lagi, Touya. Atau sebaiknya kau kupanggil—"

Kalimat meluncur bagai pedang.

"Todoroki Shouto?"

Pria di depannya tersentak. Melangkah mundur dengan terkejut. Kayu dek berderak di bawah kakinya.

"Apa—? Bagaimana bisa—?"

"Pertama, menggunakan nama kakakmu yang sudah mati sebagai samaran bukan ide bagus," kata [Name]. Tangan terlipat di dada.

"Kedua, kau naif kalau berpikir kami memakan bualanmu. Dari cara berjalanmu saja, kau sudah berbeda dari rakyat jelata."

Touya—Shouto—berjengit. Dia sudah tertangkap basah. Tidak tahu harus apa, dia hanya menatap [Name]. Menuggu. Saat tensi di udara menjadi terlalu berat, akhirnya Shouto mendesah.

"Sekarang apa? Kau akan membunuhku? Mengembalikanku pada Gubernur Todoroki?"

Diam lagi. Lalu—

[Name] terkekeh.

"Blimey, yer a fucking moron, mate! Aku tidak akan melakukan itu!" seru sang first-mate. Kemudian, nada suaranya turun satu oktaf. Lebih serius. "Ya, aku benci Todoroki Enji karena sudah memburu kita seperti sebuah permainan. Tetapi, sejauh ini kau tidak melakukan apapun. Belum melakukan apapun."

Anak laki-laki itu meringis tersinggung. Belum sempat dia membantah, [Name] menyela.

"Aku hanya ingin tahu, kenapa?"

"Kenapa?"

"Ya, kenapa kau disini dan meninggalkan kehidupan serba ada sebagai anak gubernur yang memiliki harta dan kuasa? Apa yang kau inginkan?"

Shouto terdiam. Kepala menunduk. Tangan terkepal. Sejanak dua awak kapal itu saling pandang. Sementara ombak menggoyang geladak dengan lembut. Seakan mengantisipasi jawaban.

Kemudian kepala anak itu terangkat. Memberi [Name] lirikan singkat sebelum pandangannya beralih ke laut.

Mata heterokrom menatap samudra dengan ribuan emosi yang tidak bisa dijabarkan

Dan pada saat itu—

[Name] terhenyak. Tersadar.

Itu matanya.

Itu matanya. Dan mata Izuku. Dan mata semua orang yang menginjakkan kaki ke One for All. Mata yang mendambakan birunya laut juga petualangan yang dibawa oleh ombak. Mata yang menantang takdir dan menginginkan lebih.

Mata yang mengincar kebebasan.

"Ah, begitu," ucap [Name] sembari mengulum senyum. Shouto memiringkan kepala.

"Aku belum mengatakan apapun—"

"Tidak perlu," tandas si gadis. Dia berjalan melewati pria yang masih terkejut itu. Lalu berhenti tepat di samping telinganya.

"Tetapi ingat ini, Todoroki Shouto. Jangan pernah khianati kami. Jika kau berani, aku janji kau akan berakhir di ujung cutlass-ku dan berpikir bahwa Loker Davy Jones adalah pilihan yang lebih baik. Just do yer job and keep yer head down. Savvy?"

Dia bisa mendengar Shouto menelan ludah. Kepala mengangguk cepat. [Name] tersenyum puas.

"Welcome to our crew, mate."

***

The End.

***
.
.
.
.

Addendum :
Aye, Cap'n --- Baik, Kapten

Blimey, yer a fucking moron, mate! --- Oh astaga, kau sangat bodoh, kawan! ('Blimey ' adalah eksklamasi keterkejutan.)

Just do yer job and keep yer head down. Savvy? --- Hanya lakukan tugasmu dan tundukkan kepalamu, ok? ('Tundukkan kepala' berarti tidak menarik perhatian.)

Loker Davy Jones --- Metafora untuk dasar laut. Merujuk kepada kematian dengan tenggelam atau kapal karam. Mengirim seseorang ke Loker Davy Jones berarti mereka mati di dasar laut.

★ | Bansos Asupan Halu :: Chara x ReaderWhere stories live. Discover now