Tea time on Autumn - Oukawa Kohaku [Ensemble Stars!!]

198 20 4
                                    

Nama donatur : Lily
Akun donatur : Fujimalily
Jenis bansos : Oneshot
Judul : Tea-Time on Autumn
Character/pairing : Kohaku Oukawa x reader
Fandom : Ensemble Stars!!

DAUN-daun kemerahan berjatuhan dibawa angin sore itu. Seekor kucing kelabu lalu-lalang dengan tenang, sesekali menjilati kaki depannya. Manik kuning tajamnya lantas bergerak mengerling, telinganya yang tinggi bergerak tatkala terdengar suara langkah. Milik manusia.

"Ah, Sakura, akhirnya ketemu!" insan yang baru saja tiba di taman itu tampak girang, berlari menghampiri si kucing. Gadis bersurai (h/c) itu mengulas senyum puasnya, lantas meraih kucing tersebut. "Kau ini, kenapa suka sekali kabur saat ada tamu, sih? Dia itu temanku, tahu. Dasar bodoh. Dia tidak jahat."

Kucingnya yang Ia sebut Sakura tadi mengeong, lantas mengalihkan pandangannya. Dia akan memberikan apa saja kepada sang Pencipta agar dia bisa menghela napas kala itu. Namun sayang, dia hanya kucing. Hanya bisa pasrah ketika gadis itu memeluknya, ingin beranjak pulang.

Gresek!

[Name], gadis tadi, menolehkan kepalanya ketika mendengar suara langkah lain yang menginjak dedaunan rapuh di tanah. Mengerjap, dia menyadari satu-satunya orang disana adalah dia. Berusaha untuk menenangkan diri, dia menghela napasnya perlahan.

Namun, sekali lagi, suara tersebut terdengar. Dia mulai merasakan tiupan angin menerpa tengkuknya, membuatnya tambah merinding. Sekali lagi, dia mencoba menghiraukan.

"[Name]-han?"

Dia menoleh lagi. Kali ini suara manusia, atau lebih tepatnya suara sahabatnya, pemuda bersurai merah muda yang baru saja tiba. Tangan mungilnya tampak mengusap helaian rambutnya sesekali, sementara manik ametisnya menatap heran.

"Sakura sudah ketemu? Daku lelah menunggu di rumahmu sendirian," mulutnya dimajukan, Oukawa Kohaku tampak semakin manis tatkala sedang kesal. "Tehmu juga sudah dingin."

"Ah, ya, maaf," [Name] berucap riang, lantas menunjukkan kucing dipelukannya. "Lihat, sudah ketemu. Dia tadi bermain disini."

"Baguslah, kalau begitu." Kohaku mendengkus, memutar langkahnya, mulai berjalan di jalan setapak yang tadi Ia lewati demi menuju kesana. [Name] berlari kecil, mencoba menyelaraskan langkahnya dengan sang wira. "Lagipula, teh yang kau buatkan untukku itu pahit sekali. Maksudmu apa menjamu oramg dengan minuman begitu?"

"Oh, ya? Kurasa tidak terlalu kelat, deh," [Name] bergumam. Oh, apa jangan-jangan kau hanya sedang gatal mengatai orang? Soalnya mulutmu pedas─"

Kohaku mendesis, "Urusai," menyuruh diam. [Name] menurut, menutup mulutnya sembari melihat Kohaku yang berjalan santai disampingnya, tampak biasa saja dikatai bermulut pedas.

Tak lama hingga mereka mulai meninggalkan jalan setapak itu, kembali ke perumahan besar tempat [Name] tinggal. Langit tampak berubah kemerahan layaknya dedaunan yang juga berjatuhan disini. Sembari menurunkan kucingnya ke lantai, [Name] membuka pintu rumahnya, lantas mempersilahkan Kohaku untuk masuk.

Ternyata benar, teh yang Ia sajikan di meja sudah mulai dingin. Namun sesungguhnya masih enak. Sudah diduga, Kohaku hanya sedang sedikit sebal hingga membuatnya semakin menyebalkan. Aneh, tapi nyata.

Bibir pemuda bersurai merah muda itu menyentuh pinggir cangkir, meminumnya. Lantas sedikit mengernyit. Meletakkannya kembali di meja, lantas larut dalam pikirannya. Mengabaikan beberapa kue kering yang disajikan [Name] untuknya.

"Daku kesini untuk membicarakan sesuatu," ucapnya. [Name] menoleh, melihat raut Kohaku yang tampak begitu serius. "Kau tahu, soal calon suamimu─"

"Tak bisakah kau membahas yang lain saja?" intonasi [Name] berbicara mendadak berubah, menjadi luar biasa dingin. Kohaku terpaku, bibirnya berhenti sebelum melanjutkan kalimatnya tadi. "Aih, kupikir kau disini hanya menghiburku atau apa, ternyata malah ... "

Senyap. Semua mulut bungkam. Hanya suara Sakura si kucing kelabu sedang mencakari gorden yang terdengar.

[Name] hanya memerhatikan genangan kecoklatan yang berada di cangkir Kohaku. Lantas mengerjap ketika cairan itu mendadak beriak, seolah dijatuhi air setetes. Dia mengangkat wajahnya, menemukan wajah Kohaku yang sudah berurai air mata.

Cangkir yang berada di pegangan gadis itu jatuh, pecah tatkala bertemu ubin dingin. Ia refleks bergerak maju, mendekap Kohaku. Tubuhnya gemetar hebat, namun Ia paksakan untuk bergerak, mengusap surai merah muda yang lembut nan indah itu. Perutnya mulai terasa dijungkir-balikkan ketika dia mendengar isakan yang teredam. Rasanya kedua lengan Kohaku juga sudah melingkari tubuhnya, memeluknya erat.

"Apa ...," gumam Kohaku, suaranya sama bergetarnya seperti tubuhnya. "apa yang harus kulakukan ... ? Dadaku benar-benar sesak mengingat [Name]-han harus pergi, daku tak mau ditinggal sendiri .... "

[Name] tak memberi respons. Hanya mencoba menenangkan lewat sentuhan tatkala Kohaku mulai berucap lagi tentang tak bergunanya dirinya sendiri, betapa dia mencintai [Name], atau lainnya. Dia tak sanggup membalas.

Lagipula, teh yang dingin ketika dipanaskan kembali menjadi tidak sehat. Begitu pula hubungan mereka yang bagaikan acara minum teh di musim gugur.

Suatu saat, pasti akan berakhir.


END

A/N; yaah, ini pendek banget, sih. But i hope u enjoy, pren. Salam dari luar angkasa~

★ | Bansos Asupan Halu :: Chara x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang