Perihal Panas Hati - Aomine Daiki [Kuroko no Basket]

140 16 0
                                    

Tipe : One Shot (or ficlet maybe)

Judul : Perihal Panas Hati
Pairing : Aomine Daiki X Reader

Fandom : Kuroko no Basket

________________________

Berbeda sekolah dengan kekasih sendiri rasanya bagaimana, sih? Satu di Tokyo dan satunya lagi di Kanegawa, sungguh jarak yang menyebalkan.

[Name] bersekolah di Kaijo sedangkan Aomine di Touou. Keduanya dipisahkan dengan jarak. Jarang-jarang bisa bertemu muka secara langsung, untuk berkomunikasi pun hanya andalkan ponsel saja. Terkadang juga salah satu dari mereka mengirimkan kejutan berupa paket hadiah tanpa sepengetahuan.

Namun, hari ini sedikit beda. Aomine yang berhasil kabur dari Momoi akhirnya bisa pergi ke sekolah [Name], berniat untuk menjemputnya. Namun, sebuah pemandangan yang menyulut emosi tertangkap oleh netra biru gelap Aomine.

[Name] jalan bersebelahan dengan Kise. Mereka tampak baru saja pulang. Kise terlihat terus menjahili [Name] dengan terus tertawa, dia bahkan merangkul gadis itu tanpa canggung.

"Lepasin tanganmu dari pacarku, Kise," geram Aomine seraya menyingkirkan tangan pemuda pirang itu dari pundak kekasihnya. Menatap berang pada Kise.

Kise mengerjap untuk beberapa saat, siapa sangka Aomine jauh-jauh datang ke sekolahnya ini. "Lama tidak jumpa, Aominecchi," sapa Kise dengan senyum lima jarinya, sama sekali tidak marah dengan tindakan tidak sopan Aomine barusan.

[Name] lantas disembunyikan ke belakang Aomine. Tatapan tidak bersahabat masih terpancar dari iris biru gelap Aomine.

"Daiki, sedang apa kau di sini? Bukannya sekarang jadwal latihan, ya? Atau jangan-jangan kau membolos lagi, Daiki?!" tanya beruntun dilemparkan [Name] kepada sang kekasih.

"Memangnya kenapa? Tidak boleh?" balas Aomine.

[Name] menghela napas. Padahal ia hanya mengkhawatirkan kekasihnya itu karena tidak biasanya Aomine sampai datang ke sekolahnya. Dia kemudian mengusir Kise secara halus, isyarat untuk membiarkan dia dengan Aomine saja. Paham akan kode dari [Name], Kise pun pergi segera.

"Jadi kamu kalau tidak ada aku dekat dengan laki-laki lain begitu? Apalagi mendekati Kise, aku sangat tidak setuju, [Name]."

"Kau menuduhku selingkuh?"

Melihat Aomine yang bersikeras seperti itu, [Name] pun tersadar bahwa kekasihnya ini tidak lebih sedang cemburu. Seringai jahil terbit di paras ayu [Name].

"Atau ... Daiki cemburu?" tanya [Name] sekali lagi.

Aomine sejenak terlihat tersentak. "Ma-Mana mungkin aku cemburu!" elaknya dengan cepat.

Namun [Name] tahu jika Aomine hanya menghindar saja. Laki-laki itu tidak ingin mengakuinya.

"Ya sudah, aku pulang saja daripada ribut terus denganmu. Lagian ngapain, sih, kamu jauh-jauh ke Kanegawa? Aku yakin kamu juga bolos latihan, Daiki."

Sengaja memang [Name]. Ingin mengetes apa Aomine mau jujur atau tidak. Pura-pura merajuk untuk mengetahui reaksi sang kekasih.

"Masa aku mau ketemu kamu aja enggak dibolehin. Sekarang itu mumpung ada kesempatan tahu. Momoi tidak ada, Kapten ada urusan. Bebaslah aku," kilah Aomine.

Mata [Name] menyipit. "Tidak ada atau kamu ... yang kabur?"

Skakmat! Dugaan sang gadis tepat sasaran. Karena mau ada kapten atau tidak, latihan tetap dilaksanakan, begitu yang [Name] tahu.

Kian didesak oleh kekasihnya, Aomine semakin tersudut dan mati kutu. Dia yang biasanya bisa blak-blakan kini terkunci seribu bahasa. Bingung memilih kata yang pas untuk diutaran pada sang gadis.

Mengacak rambut gelapnya frustrasi, akhirnya Aomine mengaku, "Argh! Iya, deh, aku minta maaf. Soalnya ... soalnya ...."

"Soalnya?"

"SOALNYA AKU KANGEN. PUAS SEKARANG KAU?!"

[Name] tertawa kencang. Sangat puas bisa menjahili Aomine. Namun, akibatnya mereka menjadi pusat perhatian. Mana masih di lingkungan Kaijo. Sadar akan hal itu, [Name] pun menarik Aomine berlari menjauhi tatapan penuh selidik dari murid-murid Kaijo.

Keduanya berlari sampai dirasa cukup jauh dari Kaijo. Barulah [Name] melepas tangan Aomine dari genggamannya.

"Nah, mumpung kau sudah di sini, bagaimana kalau sekalian kencan? Yaa meski cuma sebentar karena tidak bisa lama-lama, kereta untuk balik ke Tokyo keburu kehabisan," kata [Name], menatap Aomine meminta jawaban.

Aomine dengan begitu ringan berucap, "Kalau kemalaman tinggal menginap saja di rumahmu. Apa susahnya?"

[Name] melotot. Mudah sekali mengatakannya. Mana mungkin kekasihnya diizinkan menginap oleh ayahnya.

"Enteng banget itu mulut."

Kekehan menguar. Dengan tangan besarnya Aomine mengacak rambut kasihnya penuh gemas, sehingga gadisnya itu merengut kesal.

"Udah, enggak usah cemberut. Temani aku main basket sebentar," kata Aomine, "hitung-hitung latihan. Seperti maumu."

Terlanjur sudah jauh-jauh menemuinya, [Name] hanya bisa pasrah untuk setuju. Lagipun dia sudah lama tidak menyentuk basket. Setidaknya dengan kedatangan Aomine yang mendadak ini mampu menghapus rasa rindu sejenak.

"Yang kalah harus traktir makan, ya!"

"EEH?!"

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

★ | Bansos Asupan Halu :: Chara x ReaderWhere stories live. Discover now