3

5.7K 484 84
                                    

Sekretaris Karen masuk ke ruang kerjanya, menyodorkannya sebuah amplop besar berisi draf perjanjian pranikah. Apapun isinya, Karen akan menandatangani perjanjian tersebut. Dia tidak peduli seandainya ada pasal yang merugikannya, asalkan dia bisa masuk ke kehidupan Dante dan...

Menyingkirkannya hidup-hidup.

Setelah sekretarisnya keluar, Karen membuka amplop tersebut dan membaca draf itu. Tidak ada Pasal yang memberatkannya, malah menurutnya ini merugikan Dante. Pada perjanjian itu terdapat pernyataan Dante siap diceraikan jika dia menganiaya Karen secara fisik. Jika penganiayaan terjadi, Dante akan menyerahkan keseluruhan harta yang dimilikinya.

Menarik. Apakah dia ada pengalaman memukul istrinya, pikir Karen penasaran. Mengapa dia sampai membuat Pasal ini? Apakah ini upayanya untuk menahan dirinya?

"Indy, aku memang tidak cinta padamu, tapi aku takkan bermain tangan terhadapmu, kecuali jika malam ini kau gagal membuatku klimaks, paham?"

Ancaman itu. Ancaman yang setiap diingat Karen membuatnya merinding. Dante tidak pernah sampai melakukan kekerasan padanya, sebab Karen akan berusaha melayaninya dengan baik dan sekalipun Dante tidak bisa puas, dia hanya memproyeksikan kemarahannya dengan membanting benda apa saja yang di dekatnya.

Hari itu juga Karen ditelepon Dante. Pria itu mengundangnya untuk makan malam di rumah pria itu. Karen mengecek jadwalnya yang padat, dia memberitahu Dante untuk lain kali saja, sebab pertemuannya malam ini juga tak kalah pentingnya. Dia ada janji dengan investor besar.

Dante meminta Karen membatalkan apapun yang membuatnya sibuk. "Jika itu ada kaitannya dengan bisnis, katakan pada saya berapa kerugiannya. Akan saya ganti sepuluh kali lipat."

Kau masih sama seperti dulu, menilai segala hal dengan uang, pikir Karen.

"Apakah malam ini begitu mendesak?" tanya Karen berusaha terdengar sesabar mungkin. "Kalau tidak, kita bisa makan bersama besok, kan?"

"Saya ingin hari ini, dan jika kau tidak bersedia meluangkan waktumu untuk saya, saya akan membatalkan rencana pernikahan kita dan itu artinya saya tidak mau mendanaimu untuk melunasi utang perusahaanmu. Kau mengerti, kan, Karen?"

"Malam ini seharusnya saya bernegosiasi dengan investor perusahaan saya," kata Karen menjelaskan. "Cukup besar modal yang ingin dia keluarkan. Apakah Anda bersungguh-sungguh untuk menggantinya sepuluh kali dari modal itu? Hanya untuk ingin makan malam bersama saya?"

"Berapa pun akan saya keluarkan untuk calon istri saya. Lagipula sudah terang kan dari awal, jika kau ingin uang saya?"

Karen menghela napas berat. Alangkah mudahnya menjadi istrinya jika aku tetap memiliki dendam, pikirnya. Jika aku jatuh hati padanya aku pasti akan menderita seperti dulu. Dia masih sama saja, mengatur orang lain karena dia punya uang. Aku penasaran, apa yang akan terjadi jika dia kehilangan uang yang selama ini menjadi dewa penyelamat baginya?

"Oke, clear kalau begitu. Saya akan ke rumah Anda malam ini."

"Satu lagi. Saya tidak suka dibantah, tidak peduli seberapa masuk akalnya argumenmu, kau harus terbiasa menunduk pada saya."

"Ada lagi?" tanya Karen jemu.

"Itu saja yang dulu yang perlu kau tahu."

Pria itu mematikan sambungan. Karen mendengus kesal, lalu memandang foto anaknya yang ada di atas meja kerjanya. Valerie, gumamnya. Mama rela mengorbankan apapun agar kau hidup layak, termasuk sekali lagi menjual diri Mama pada ayahmu yang bajingan itu.

Karen mengirim pesan singkat pada anaknya, menanyakan kabar anak itu dan memberitahunya bahwa dia akan menikah. Karen juga menambahkan anaknya tak perlu datang, sebab suami baru ibunya tidak menyayangi Valerie. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi.

Ex Wife's Revenge #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang