5

5K 390 65
                                    

"....kau mau kan mengantarku ke kamarku setelah makan?"

Kau belum berubah, Dante, gerutu Karenina miris. Kau masih mementingkan hawa napsumu ketimbang harga diri. Kau pikir, sekali pun aku ingin uang kau, aku mau tidur dengan kau sebelum aku mendapat kepastian terkait hubungan kita?

Di masa lalu, kau juga seperti ini. Merayuku. Menganggap membuat kau bahagia adalah kewajibanku. Kau mensyaratkan aku untuk membuat kau melupakan Jena agar kau bisa mencintai aku!

"Kenapa kau tidak mau disentuh?" Suara Dante terdengar tersinggung. Tatapannya penuh amarah di hadapan Indy. "Kenapa? Kau tidak percaya padaku?"

"Ma-maaf," jawab Indy kikuk. "Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu dengan menolakmu. Aku tidak terbiasa melakukannya tanpa ikatan yang pasti."

"Kau ingin kunikahi?" Sorotan Dante padanya berubah serius.

"Bu-bukan begitu. Aku tidak melakukan hal intim di luar perkawinan. Itu saja!"

"Kau pikir kau siapa?" Dante mendengus jengkel. "Siapa kau sampai aku harus merelakan kebebasanku untuk kau? Jena juga dulu begini. Meyakinkan aku soal perkawinan tapi dia memilih untuk meninggalkan aku!"

Mendengar nama Jena tak urung menimbulkan rasa nyeri di hati Indy. Dia menggigit bibirnya. Wajahnya berubah masam. "Aku bukan Jena, Dante. Aku tidak akan membohongi kau untuk soal serius seperti pernikahan!"

"Sudahlah, aku tidak mau bicara lagi. Semua perempuan sama saja! Sama-sama penipu!"

"Kau sebut aku penipu?" tanya Indy getir.

"Ya, apa lagi? Nanti jika aku sudah merencanakan pernikahan dengan kau, kau malah kabur! Apa jaminannya kau takkan pergi?!"

"Bagaimana caranya biar kau percaya padaku?"

"Berikan tubuhmu! Kehormatanmu. Harga dirimu. Biarkan dirimu percaya padaku agar aku bisa percaya padamu juga!"

"Itu tidak akan pernah, Dante!"

Bagi kau hubungan badani adalah hal yang mutlak dalam sebuah hubungan, pikir Karen mengingatkan dirinya. Aku tidak akan terbuai lagi, Dante. Aku takkan menyerahkan diriku pada kau di luar pernikahan. Baik sekarang, dulu maupun nanti!

Karen menggenggam tangan Dante, sangat erat sampai pria itu meringis kesakitan. "Saya rasa Anda bisa berjalan sendiri ke kamar Anda."

"Kenapa? Kau takut aku apa-apain?" Dante melepaskan tangannya dari jeratan Karen. Dia tertawa kering. "Pria buta sepertiku mana bisa melakukan hal yang tidak senonoh pada orang..."

Yang buta kan hanya mata kau, maki Karen dalam hati. Bagaimana dengan napsu birahimu? Tanganmu? Bibirmu? Apakah mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang tidak seharusnya? Selain itu.. mengapa aku merasa deg-degan? Aku jadi takut... Ya, takut. Bagaimana jika aku terayu lagi oleh sentuhannya? Kecupannya? Ya Tuhan. Sebaiknya aku segera meninggalkan dia.

"Saya harus menyatakan dengan jelas, Pak Dante, bahwa saya tidak akan mau tidur dengan Anda sebelum kita menikah," sahut Karen tegas.

"Kenapa? Kau takut saya tinggalkan?"

Ya, salah satunya.

"Saya akan berikan uang pada kau, terserah mau kau gunakan untuk apa. Asal kau tidur dengan saya malam ini."

"Anda menganggap saya pelacvr?"

Dante terlihat jengah mendengar pertanyaan Karen yang gamblang. "Ah, jangan menganggap hubungan kita seperti hubungan antara pria hidung belang dan pekerja seks komersial."

Ex Wife's Revenge #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang