17

3K 240 26
                                    

Valerie bukan anak yang polos. Keingintahuannya terkait apapun sangat tinggi. Dia masih penasaran dengan foto yang ditemukannya di buku. Foto itu masih dia simpan di laci meja belajarnya.

Waktu senggangnya di rumah sangat banyak. Sebelum ibunya pulang kerja, dia masuk ke ruang kerja ibunya, mencari sesuatu yang bisa menjawab rasa penasarannya. Tak banyak yang bisa dia temukan selain buku-buku tua yang tidak menarik perhatiannya. Sampai dia menemukan sebuah kotak kardus ukuran sedang.

Kardus itu tidak dilakban hingga mudah baginya untuk membuka. Terdapat koran dan foto-foto. Dikeluarkannya barang-barang dari kardus. Kebanyakan berita di koran itu terkait Dante Amran. Valerie mengamati tahun yang ada di koran-koran tersebut.

Sejak empat belas tahun lalu Mama sudah menyimpan berita tentang Oom Dante, gumam Valerie. Untuk apa? Mungkinkah Mama sudah mengenal Oom Dante selama itu? Bukan hanya kenal Oom Erik?

Valerie kemudian memperhatikan foto seorang wanita menggendong bayi. Wanita yang sama yang dengan wanita yang bersanding dengan Oom Dante di foto yang sebelumnya. Dan bayi itu... Mata Valerie beralih ke foto bayi yang menggantung di dinding. Fotonya saat bayi.

Diperhatikannya lagi foto yang ada di tangannya. Wanita di foto itu dibalut baju rumah sakit yang khas dan menggunakan infus. Jelas sekali wanita inilah yang melahirkan bayi yang digendongnya.

Wanita ini.. siapa, pikir Valerie semakin bingung. Mungkinkah dia ibu kandungku? Lalu siapa ibu yang kupanggil Mama selama ini? Atau wanita ini... Mama? Bagaimana mungkin?

Valerie terkesiap saat dia mendengar suara ibunya. Dia segera memasukkan semua yang dikeluarkannya ke dalam kardus. Ditaruhnya kardus itu ke tempat semula.

Dia hampir saja keluar dari ruang kerja ibunya sampai dia mendengar suara Oom Erik. Dari pintu yang sedikit terbuka, dia melihat ibunya sedang berpelukan dengan Oom Erik. Mereka memang sudah lama bersama dan Valerie cukup sering melihat kemesraan dua orang dewasa itu. Tak heran dia sering bertanya pada ibunya kenapa tidak menikah dengan Oom Erik saja.

"Erik, tidak mungkin kita melakukannya. Aku sudah secara jelas memberitahumu aku tidak melakukannya di luar pernikahan!"

"Come on. Sebentar lagi kau menjadi istri Dante. Berikan kenangan terakhir bagiku!"

Valerie memperhatikan ibunya yang menatap Oom Erik sejenak. Ibunya lalu menjawab, "Bagaimana jika kita menghabiskan waktu di kamar? Valerie sepertinya sudah tidur dan aku tidak mau membangunkannya!"

"Ah, percuma juga di kamarmu, kita tidak akan melakukan apa-apa," kata Oom Erik terdengar kecewa.

"Who knows," sahut ibunya.

Setelah dilihatnya ibunya dan Oom Erik berlalu ke kamar ibunya, Valerie keluar dari ruang kerjanya. Dia tidak mau ibunya mengkhianati Oom Dante seperti itu. Walaupun dia belum terlalu mengenal Oom Dante, dia merasa apa yang dilakukan ibunya dengan Oom Erik adalah hal yang salah.

Oom Dante buta dan dia akan mengeluarkan uang untuk perusahaan Mama, pikir Valerie. Sekali pun dia orang yang paling jahat, tetap saja dia membantu Mama. Mengapa Mama tega malah bersenang-senang dengan sepupu Oom Dante?

Valerie kembali ke kamarnya. Dia menyimpan nomor Oom Dante. Sebelum calon suami ibunya pulang, Oom Dante sempat meminta anak buahnya memberikan nomor rumahnya pada Valerie. Melalui ponselnya Valerie menghubungi Oom Dante.

Yang mengangkat anak buah Oom Dante, namun tak lama kemudian terdengar suara Oom Dante.

"Valerie! Ada apa menelepon malam-malam begini?"

"Aku baru ingat, aku ada tugas selama liburan. Kalau tidak dikerjakan sekarang takutnya tidak selesai."

"Lalu?"

Ex Wife's Revenge #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang