mulai kisah

2.7K 393 100
                                    

Jisung mengemudikan mobilnya menyusuri jalanan sore. Di sampingnya sudah ada box kue dengan banyak toping buah di atasnya. Ia hendak menuju rumah si manis kali ini. Ia sudah berniat ingin meluluhkan hati simanis bukan? Demi menebus baktinya pada sang ayah.

Jisung sudah berdiri di depan pintu megah rumah keluarga Zhong kali ini. Merapikan penampilannya sedikit sebelum mengetuk pintu megah itu.

"Siapa?"
"Oh Park Junior" kali ini papa Chenle yang membukakan pintu megah itu.

"Selamat sore pa, Chenlenya ada?"

"Chenle? Dia baru aja keluar sama temen temennya"
"Kalian ada janji?"

"Eh eng-engga kok pa, ini tadi Jisung baru pulang ketemu client trus mampir sapa tau Chenlenya ada" bohongnya agar tak malu.

"Oh gitu"

"Ah iya, Jisung nitip ini aja buat Chenle, tadi ngga sengaja liat kue cantik ini trus keinget si manis" cengirnya.

"Kamu beneran mau nerima perjodohannya?" Tanya sang papa dengan nada serius.

"Kayanya walau ngga karena perjodohan Jisung tetep bakal kejar si manis deh pa"
"Ijinin Jisung ya pa?"

"Pasti" ujar si papa dengan perasaan yakin.

----

Setelah Jisung mendapat restu dari keduanya Jisung semakin gencar untuk mengejar Si manis, bahkan hampir di setiap akhir pekan ia sebisa mungkin mengajak Chenle untuk pergi berjalan jalan atau berbelanja kebutuhan bulanannya. Jisung berharap dengan pendekatan ini bisa membuat hati Chenle luluh, namun nyatanya tidak, Chenle masih saja menganggapnya orang asing yang tak ingin ia ajak bicara.

Bahkan pendekatan mereka sudah berjalan 3 bulan namun masih saja belum ada tanda tanda pencairan dari perasaan si manis. Hingga di minggu ke 14 Chenle memintanya untuk datang ke cafe langganan Chenle. Mendapat kabar itu tentu saja Jisung senang, ia berdandan serapi dan sebagus mungkin. Ini pertamakalinya perjalanan akhir pekan yang di rencanakan Chenle.

Mereka sudah duduk di sebuah cafe hampir 15 menit dan belum ada obrolan apapun.

"Saya seneng kamu punya rencana akhir pekan kaya gini, lain kali kamu bisa bilang mau kemanapun yang kamu mau bakal saya turuti" ujar Jisung mencoba memulai percakapan.

"Tapi kayanya ngga bakal ada lain kali deh" Chenle berbicara dengan nada seriusnya.
"Mas bisa ngga berhenti aja?"
"Jujur, aku ngga suka"
"Seperti perjanjian awal, 3 bulan kan? Ini udah lewat 3 bulan dan aku belom ada rasa apapun"
"Jadi, udah ya mas, udah ngejar akunya"

"Maaf, boleh saya tau apa alasan kamu sebenci itu sama saya?" Ya sebenarnya Jisung masih penasaran apa alasan pria manis ini begitu membencinya padahal ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk meluluhkannya.

"Mas yakin nanya itu? Mas ngga sadar?"
"Alasan yang bikin aku benci sama mas itu karena mas ngga pernah jagain ayah pas ayah sakit, aku ngga suka sama anak yang ngga berbakti sama orang tuannya"
"Orang tuanya aja ngga dijagain apalagi aku nanti mas?"
"Mas ngga sadar itu udah jadi poin minus buat mas?"
"Mas juga bukan type aku"
"Jadi udah mas, udah ngejar akunya"
Setelah mengutarakan kebenciannya, Chenle langsung pergi meninggalkan Jisung yang hanya diam tanpa tau harus bereaksi apa.

------

Setelah mendapat peringatan dari Chenle, Jisung benar benar berhenti. Tidak pernah menemui Chenle dan tak pernah menghubunginya. Akhir akhir ini ia disibukkan dengan mengurus sang ayah yang langsung drop saat ia memberitahu jika ia tak bisa lagi mengejar si manis. Jisung semakin merasa bersalah, tapi ia juga tak mungkin memaksa Chenle.

just you ✅Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu