awal kisah 2

2.4K 378 51
                                    

Pukul 5 sore Jisung mengantar Chenle pulang kerumahnya setelah satu minggu menginap dirumahnya.

"Biar saya bawakan" tawar Jisung saat Chenle menyerat tasnya, dan langsung di lempari tatapan tajam oleh Chenle
"Engga saya ngga modus, sayang kalau tasnya rusak"

Chenle melepas tasnya dan langsung dibawa oleh Jisung.

"Sore pa" sapa Jisung saat bertemu sang papa yang menunggu di ruang tamu.

"Duduk sini bentar papa mau tunjukin sesuatu ke kalian" ujar sang papa sebelum melenggang pergi.

Jisung dan Chenle duduk berhadapan. Jisung hanya memaikan kuku kuku nya sedangkan Chenle asik dengan handphonenya. Mengobrol? Mana mungkin.

"Nih, kalian pilih yang mana?" Tanya si papa setelah kembali.

Papa menunjukkan dua buah kertas dengan motif keemasan serta sebuah pita yang mengikatnya.

"Maksudnya pa?" Tanya Jisung yang kebingungan saat melihat kertas undangan di meja.

"Buat acara kalian lah"

"Papa apa apaan sih, aku kan ngga mau" bentak Chenle.
"Papa tuh emang ngga pernah ngertiin aku ya, ini diatur itu di atur, sampe nikah pun papa juga mau ngatur aku?"
"Aku benci sama papa" tukas Chenle lalu melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.

"Pa, batalin aja ya, ngga tega liat Chenle marah kaya gitu" pinta Jisung.

"Itu salah satu permintaan ayahmu loh"

"Tapi ngga harus maksa si manis buat ngabulin permintaan ayah, ayah pasti juga paham sama kondisinya si manis"

"Itu permintaan terakhirnya loh"

"Tapi Jisung ngga mau maksa Chenle"

"Biar itu jadi urusan papa"

---------

Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Jisung dan Chenle melangsungkan pernikahan mereka 1 bulan setelah sang papa memberi sample undangan. Jisung senang bisa mengabulkan permintaan sang ayah. Memboyong Chenle pulang ke rumah walau ayah sudah tiada. Namun ia juga merasa bersalah pada Chenle. Anak itu benar benar marah besar, membenci papanya dan semakin membencinya. Jisung juga tak tau apa yang membuat Chenle mau melangsungkan pernikahan ini. Itu masih menjadi pertanyaannya sampai saat ini.

Saat ini mereka berdua sedang duduk di meja makan di kediaman Jisung. Mereka baru saja merapikan kamar masing masing.

"Aku mau bikin peraturan, dan mas harus patuhi peraturan itu"

"Jika saya bisa akan saya patuhi"

"Ngga, ini harus, mau mas bisa atau engga tetep harus mas patuhi"

Jisung hanya mengangguk, tak ingin membuat si manis marah.

"Pertama, aku mau kamar sendiri, dan jangan pernah masuk ke kamar aku, aku butuh privasi"
"Kedua, jangan pernah ikut campur urusan aku, mau itu tentang kuliah atau apapun, ngga usah tanggung biaya kuliah aku, aku masih ada tabungan"

"Tapi kamu sekarang udah jadi tanggung jawab saya, yang itu saya ngga bisa patuhi" sanggah Jisung.

"Jangan bikin aku makin kesel ya mas, nurut aja bisa ngga sih?" Bentak Chenle karena peraturannya di bantah.

"Tapi kamu tanggung jawab saya" tukas Jisung dengan nada tak kalah tinggi, ia merasa bertanggung jawab untuk Chenle saat ini.

"Hhhh...."
"Ketiga, aku ngga jago masak, jadi jangan pernah nyuruh aku masak"
"Ke empat, aku masih muda, aku masih butuh main, jadi ngga usah ganggu jam main aku"
"Kelima, jangan pernah kasih tau ke orang lain kalau kita udah nikah"
"Ke enam, kalau kita ketemu di luar ngga usah saling nyapa, anggep aja orang asing"
"Paham kan? Di inget, di patuhi, jangan ingkar"
"Sekarang giliran mas yang buat aturan"

just you ✅Where stories live. Discover now