i'm home

3.5K 431 126
                                    

Jisung memasuki kamarnya dengan perasaan marah pada dirinya. Ia lelah haruskan ia menyerah sampai saat ini? Apakah tuhan tak mengabulkan doanya? Usaha apa lagi yang harus ia lakukan untuk mempertahankan rumah tangganya? Apa ia benar benar harus menyerah? Tangis Jisung mulai keluar saat dirinya merasa benar benar lelah dengan semua ini, kenapa tuhan tak pernah memberinya petunjuk untuk mempertahankan rumah tangganya?

"Ayah, maaf"
"Ayah, apa boleh Jisung nyerah?"
"Usaha apa lagi yang harus Jisung lakuin?"

Tangis Jisung terdengar sampai luar kamarnya. Chenle yang sedari tadi berdiri disana, merasa tersayat. Tapi bukankah ini tujuannya? Menyakiti Jisung? Tujuannya akan tercapai sebentar lagi kenapa ia malah merasakan sesuatu yang mengganjal.

🐹🐬

Paginya Chenle bangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Kali ini ia bangun tanpa ada ketukan pintu yang membangunkannya. Ia menuju dapur untuk sarapan seperti biasanya. Namun langkahnya kembali terhenti saat melihat dapurnya yang kosong.

"Belum bangun? Tumben banget?" Chenle melanjutkan kembali langkahnya menuju lemari es besar hendak mengambil jatah susu paginya.

Matanya menemukan sebuah note yang tertempel di lemari es itu dengan sedikit pesan di sana.

Saya pergi dinas keluar kota untuk 2 hari kedepan, maaf tidak bisa pamit secara langsung, pengennya kemarin malem, tapi ngga bisa. Saya udah siapin sarapan, dan sedikit makanan beku di lemari es, dimakan ya, jangan keseringan jajan di luar. Love you

Tanpa Chenle sadari dia tersenyum saat membaca pesan tersebut. Bagaimana bisa suaminya masih seperhatian itu disaat ia sudah menyeakitinya secara terang terangan? Chenle merogoh saku piamanya mengambil ponsel dan menghubungi kekasihnya.

"Jo"

"Pagi sayangku, ada apa?"

"Abang dinas, main kesini ya? Temenin aku"

"Hari ini?"

"Hng"

"Maaf ya, aku lagi ke panti sama mama, besok ya"

"Yaaaah"

"Jangan gitu ah, ngga enak akunya"

"Iya iya"

Chenle langsung mematikan panggilannya dan menyantap sarapannya.

Hari kedua

Chenle menyantap roti panggang serta telur mata sapi yang gosong buatannya. Ia mencoba memasak menu sarapannya pagi ini, tapi sudah percobaan ke empat masih saja gagal. Karena kesal jadi mau tak mau ia harus menyantap hasil karyanya itu. Hari ini ia tak ingin melakukan apaun. Ia ingin menikmati hari minggunya dengan bersantai. Ia membatalkan janjinya pada Jonathan karena entah tiba tiba saja ia malas tak ingin melihat kekasihnya itu.

Chenle berjalan jalan kaluar rumah. Melihat lihat wilayah komplek perumahannya di pagi hari. Ngomong ngomong ia sepertinya belum pernah jalan jalan pagi di sini.

"Geulis, ya ampuuun, akhirnya teh kamu keluar rumah juga" sapa seorang ibu ibu tetangganya.

Chenle yang merasa canggung hanya tersenyum.

"Mamasnya kenapa? Kok tumben dibolehin keluar? Biasanya mamasnya yang belanja, aneh aja gitu"

"Mamas?" Chenle mengernyit bingung.
"O-oh suami saya? Lagi dinas" Chenle mencoba membaur dengan para tetangganya yang berada di tukang sayur.

"Oh pantesan, sering sering atuh geulis belanja belanja gini, kita tuh juga pengen ngajak ngobrol neng geulis ini"

"He.eh, bosen liat mamasnya mulu, ya walau ganteng sih" timpal ibu lainnya.

just you ✅Where stories live. Discover now