daily

3.5K 445 151
                                    

"Morning sayang" sapa Jisung sembari mengecup pelipis Chenle.

Kehidupan normal mereka sudah berjalan satu bulan. Chenle juga sudah terbiasa bangun pagi untuk menyiapkan teh hangat serta roti lapis untuk sarapan mereka. Ya walau ia belum bisa memasak setidaknya ia sudah bisa bangun pagi untuk membeli sarapan mereka.

"Nanti jadi kan mas?" Tanya Chenle sembari memberikan teh hangat untuk Jisung.

"Habis kantor kita langsung ke sana ya"

Chenle mengangguk antusias. Mereka berencana pergi ke toko perabot, Chenle ingin mendekor ulang kamar mereka. Kamar ayah yang awalnya hanya punya single bed ia ingin menggantinya dengan ukuran yang lebih besar. Ya walau Jisung selalu mendekapnya di saat tidur ia takut jika sewaktu waktu mereka akan jatuh. Itu tidak lucu kan?

______

Chenle dan Jisung sudah berada di toko perabot saat ini. Jisung dengan sabar mengikuti langkah kaki Chenle yang memutari semua lorong.

"Apa sayang? Ambil aja ngga papa kalau kamu pengen" tegur Jisung saat Chenle meletakkan kembali sebuah cangkir dengan motif lumba lumba.

"Nda ah, nda terlalu penting"

"Ngga papa ambil aja kalau kamu suka" kini Jisung yang mengambil cangkir itu dan dimasukkannya dalam keranjang.

"Mas iiihh, nda usah uangnya buat beli yang lebih berguna aja, aku tadi cuma penasaran aja sama cangkirnya"

"Tapi mas pengen beliin buat kamu" jika sudah begini Chenle hanya bisa pasrah suaminya itu mudah sekali mengeluarkan uang untuknya hanya untuk hal hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Seperti minggu lalu saat mereka pergi jalan jalan dan Chenle melihat sebuah boneka dino yang sangat besar dan ia berkata bahwa itu lucu. Tanpa pikir panjang Jisung langsung mengambil boneka itu dan membawanya ke kasir. Suaminya memang semudah itu mengeluarkan uang.

"Mas suka model ranjang yang mana?"

"Mas nurut aja, kalau kamu suka mas juga suka"

"Jangan ngikut terus, aku juga butuh pendapat mas, mas pasti juga lebih paham sama bahan bahan yang di buat, aman atau engganya" kesal Chenle.

"Yaudah, kamu pilih dulu model yang mana, nanti mas jelasin tentang bahannya"

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam untuk pilih pilih, mereka akhirnya menghabiskan uang yang hampir menyentuh 30 juta. Ini semua ulah Jisung yang selalu membeli apapun yang Chenle anggap menarik. Sampai di jam jam terakhir saat Chenle ingin melihat barang lucu ia urungkan mengingat suaminya yang akan dengan mudah membeli itu tanpa perlu persetujuannya.

"Jangan cemberut gitu" goda Jisung saat Chenle masih saja cemberut dan bersendekap dada.
"Mas cuma pengen penuhi kebutuhan kamu" tutur Jisung sembari fokus pada pengemudinya.

"Itu bukan kebutuhan mas, itu semua nda penting, aku juga nda pengen bantal yang isinya bulu angsa, aku tadi cuma pengen tau aja se empuk apa, eh malah dibeli"
"Trus juga, kursi yang sandarannya kelinci tadi, buat apa maaasss~~" rengek Chenle kesal.

"Y-ya karena kamu bilang itu lucu, ya mas jadi pengen beliin, nanti kan bisa kamu pake di meja rias atau dintaruh teras kan bi-"

"Semua udah ada kursinya"
"Kan jadi sia sia kan"
"Mas iiihh, nda suka aku" Chenle kembali bersendekap dada dan menatap Jendela sembari memunggungi Jisung.

"Sayaaang~"
"Maaf, maaf ya" bujuk Jisung
"Mas, cuma kesenengan aja bisa belanjain kamu"

"Tapi kan sayang uangnya, kedepannya kita masih banyak keperluan"
"Jadi jangan mudah keluarin uang cuma buat hal hal yang ngga terlalu kita butuhin" omel Chenle yang malah membuat Jisung tersenyum, jiwa keibuannya malah membuat Jisung salah tingkah, bukan malah takut pada omelan Chenle.

just you ✅Where stories live. Discover now