🐹💚🧡🐬

3.8K 438 136
                                    

Jisung terbangun dari tidur nyenyaknya saat indra penciumannya menyium bau gosong yang sangat menyengat. Ia segera lari menuju dapur, apa ia semalam lupa tak mematikan kompor? Dan bagaimana bisa ia bangun jam setengah enam? Tidak biasanya tidurnya senyenyak ini.

Jisung semakin panik saat melihat asap tebal di area dapurnya. Jisung langsung membuka beberapa jendela di sana membiarkan asap asap itu keluar perlahan. Saat asap asap itu mulai mereda matanya menangkap sosok yang sedang menutupi matanya, dengan piama baruang andalannya.

"Ka-kamu ngga papa?" Tanya Jisung ragu.

"Periiiih~~" rengeknya.

"Saya bantu basuh ya, sebentar" Jisung menuntun Chenle menuju westafel air membasuh wajah cantik itu dengan telaten.

"Udah baik?"

Si manis hanya mengangguk sebagai jawaban. Jisung mengambilkan tisue untuk mengelap wajah cantik itu. Di usapnya dengan telaten, walau jujur tangannya sangat gemetar saat ini. Ia tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya dan juga ia tak pernah sedekat ini, apa ia masih di alam mimpi?

"Mas"

"Hm? Ya?" Jisung tersadar dalam lamunannya lalu menghentikan aktifitasnya dan sedikit menjaga jaraknya

"Maaf, dapurnya aku berantakin" cicit Chenle.

"....."

"Mas, mas marah ya?"
"Maaf :(" ucap Chenle lalu mencebikkan bibirnya.

"Eh, eh, engga ma-mas ngga marah, cuma"
"Ini ngga mimpi kan? Jujur kalau ini mimpi mas ngga mau bangun"

"Mimpi gimana sih, orang aku udah mau ngebakar dapur masa di kata mimpi"

"Be-beneran bukan mimpi?"
"Haha, se-semalam juga bukan mimpi?"
"Ka-kamu beneran pulang ke mas sayang?"
"Hm? Kamu beneran pulang?" Pertanyaan bertubi tubi terus Jisung lontarkan dengan matanya yang berkaca kaca. Jisung mengira saat Chenle menangis tadi malam adalah mimpi, tapi ternyata tidak. Pantas saja tidurnya terasa sangat nyenyak, Chenle tertidur dalam dekapannya semalam.

"Maas~~" Chenle langsung memeluk suaminya, ia lagi lagi merasa bersalah. Ia tak menyangka kepulangannya amat sangat di tunggu oleh Jisung.
"Mas nangis?" Cicit Chenle sembari mendongakkan kepalanya.

"Mas seneng, seneng banget, mas bahagia sampe mas nangis, maaf ya" Jisung langsung menghapus air matanya dan balas memeluk Chenle. Pelukan yang akhirnya ia rasakan setelah meunggu lama. Bibirnya yang bergetar ia arahkan untuk mengecup pucuk kepala Chenle dengan sayang, serta mengutarakan ucapan terimakasih pada tuhan dan berdoa semoga Chenle benar benar pulang selamanya.

"Maaf" cicit Chenle. Chenle semakin membenamkan tubuhnya, kemana saja ia selama ini? Kenapa ia bermain terlalu lama disaat rumahmu bisa memberimu pelukan senyaman ini dan rasanya tak ingin kemana mana lagi. Betapa bodohnya ia menyia nyiakan pria hangat ini.

Chenle rasanya tak ingin melepaskan pelukan itu sampai suara perutnya bergejolak.

"Eh, maaf maaf, kamu udah laper? Bentar mas bikinin sarapan dulu ya?" Ujar Jisung setelah melepas pelukannya.

Namun betapa terkejutnya Jisung saat melihat area kompornya yang sangat amat kacau. Beberapa cangkang telur yang berada di atas kompor, teflon putihnya yang berubah menjadi hitam, spatula karetnya yang ikut meleleh disana. Serta telur goreng berwarna hitam pekat.

"I-itu, tadi aku co-coba bikin telor goreng tapi, hehe"
"Maaf ya, nanti aku bersihin kok" ujar Chenle yang memberi Jisung pelukan lagi.

Jika ini sikap asli Chenle, mungkin lama lama Jisung akan diabetes tanpa mengonsumbi gula.

just you ✅Where stories live. Discover now