🏘Keluarga Angin Topan-1🏘

10.3K 2.1K 303
                                    

Holaaa, aku kembali kesinii, kalian masih belum move on dari Kost 25 dan Kost 10 nih kayaknya. Jadi aku buat chapter tambahan lagi. Yaitu Keluarga Angin Topan yuhuuu.

Syarat update gampang sih, tekan vote dan tembuskan 150 komen ya🖐

Kalau rame banget, chapter KAT bakalan sampai 10 atau 20 chapter gitu deh. Hehe, soalnya aku gabut, syarat-syarat di book lain lama terpenuhi, jadi aku nyasar kesini kan mana tau kalian nembusin komennya cepet.

~~~~~~

"MAMI AKHH MAMI LIAT KELAKUAN JOSSIE MAMIII AKHHH KOLOR AKU DIBUANG DIA MAMIIIIII." Rumi yang tadinya sedang menyiapkan sarapan di meja makan sontak menghela napas.

"Jhon, urus anak kamu." titah Rumi.

Jhoni mengangguk patuh, dia menyempatkan diri untuk mencium pipi Rumi sebelum lari menuju lantai 2.

Mereka sudah pindah ke rumah yang lebih besar lagi, 3 lantai. Karena anak mereka banyak bro, ada 15 hehe.

2 tahun sejak kelahiran 6 putra pertama, Rumi hamil dan parahnya ada 9 janin, untung gak mati Rumi nya.

Setelah kelahiran terakhir, rahim Rumi diangkat, untuk mencegah kehamilan selanjutnya.

"KYAAAAA MAMIIII SEVAN NYURI SEPATU AKU MAMIIIII." helaan napas kembali Rumi berikan.

"Seron, urus anak kamu."

Dengan sigap Seron langsung berdiri dan berlari menuju lantai 2, gila emang ini anaknya, pagi-pagi udah cari masalah aja sama saudaranya.

"Mami, mau peanut." pinta Alezio, sembari menjulurkan piring kosong kearah Rumi.

"Ilo juga mauuu." sahut Devilo sembari menyodorkan piringnya juga.

Jadi posisinya, mereka masing-masing duduk sebelahan, ayah anak-ayah anak gitu deh.

"Gimana sekolah kamu? Lancar?" tanya Jepri pada putra tampan yang memang wajahnya mirip Jepri, fixs ini hasil spremanya.

Jason mengangguk pelan. "Lancar Papi, santai aja." sahut bocah berusia 10 tahun itu.

Jepri mengusap gemas rambut putranya itu, memang bisa diandalkan sekali Jason, dewasa dan mau mengalah, persis seperti Jepri.

Rumi selesai dengan sarapan, dia mendongak melihat Seron sudah menggendong bocah 8 tahun yang nangis sesenggukan, Seron juga lagi ngomel sama anaknya.

"Udah Papi bilang kan, jangan usil sama saudara kamu!"

"Huuu..hiks..MAMIIII PAPI MARAHIN SEVAAAAN AAAAAAA."

"Mami gamau nolong kamu, nakal sih."

Sevan makin kejer. Sementara Jhoni tengah mengelus pelan punggung putranya yang cengeng ini. "Udah Papi bilang kan, jangan buang kolor abang Bara." Jossie sesenggukan sudah.

"Papi, mereka cengeng." celetuk Devid pada Davin.

Davin menjitak kepala putranya pelan. "Kamu juga cengeng." cibirnya.

"Dih, mana ada!"

"Dih, mini idi."

"Udahan, mana yang lainnya?" tanta Rumi.

"Jale dan Jake masih tidur karena semalam lembur, kalau Jangga dan Jingga juga masih tidur. Anak sama ayah sama-sama kebo." celetuk Rafa santai.

"Dih, Papi juga kebo!" sindir Raif, Rafa mendelik sebal. "Lambe mu mau Papi jepit pakai karet bh!?" solot Rafa.

Raif menggeleng. "Papi Rafa kebo, sama sih kayak Papi Fael, sama-sama kebo." celetuk Farel santai.

Fael menjitak kepala anaknya sebal. "Diam!"

"Ih, Mami liat Papi, Farel dijitak."

"Fael."

"Dia duluan Rum, kok aku yang salah."

"Ngalah sama anak."

"Isshh, gak asik."

Rumi menggeleng pelan, ayola mereka semua sudah kepala 3, masih aja kekanakan.

"Adrian, nanti bawa Arian berobat ya sama aku." Adrian mengangguk pelan, putranya yang bernama Arian sedikit kekurangan daripada yang lain.

Dan Arian sendiri adalah sibungsu, dia normal hanya saja cara bicaranya lambat. Dia terkena speech delay, tapi masih bisa diobati kok.

"Maaa..miii,"

"Kenapa Ian?"

Arian menunjuk kearah susu yang tak jauh dari depannya. "Ma...u..su..su." pintanya semangat.

Seulas senyum lembut Rumi berikan.

"Ini nak, minumnya pelan-pelan." ujar Samudra yang kebetulan jaraknya antara susu tadi dekat.

"Ma..ka..sih..Paa..pii."

"Sama-sama sayang."

Kan sudah dibilang, mau siapapun bapak asli anak mereka, semua diperlakukan sama rata dan tak dibeda-bedakan.

"MAMIIIIIIII ABANG WAYAN NGOMPOL MAMII, AIR KENCINGNYA KENA MUKA BANG JECKYYY MAMI TOLONG MAMIII."

Jerri dan Wahyu dengan sigap berdiri dan berlari menuju lantai 3, mereka sadar diri sebelum Rumi yang nyuruh mereka.

Memang, kediaman mereka berisik sekali.

Untungnya tetangga mereka gak masalah. Ada Klara Arez beserta putra mereka, dan ada Bunda Amaya beserta dua anaknya.

Setidaknya, tak pernah ada yang protes pada mereka soal kebisingan ini.

®^^®

Bersambung😾

Kost 10 [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora