🏘Keluarga Angin Topan-6🏘

8.3K 1.8K 151
                                    

Yang pada minta kacang buncis Up, LIAT SYARATNYA TEMBUS 100 KOMEN TANPA SPAM BARU UP! Percuma kalian komen nexxtt kaaaaak, kacang buncis kok gak up?

MATA KOE DIPAKE, 100 komen baru up! Hadeh, gedek saia.

~~~~~

Masih ingat sama sosok roh yang pernah buat si Cica ketakutan gara-gara gelas di kamarnya disenggol hantu?

Nah, itu dia.

Duda yang bernama Deril itu adalah roh yang memang suka sama Rumi sama seperti Adrian, sayangnya Deril ini koma saat dia sendiri sudah menikah.

Saat dia bangun dari koma, istrinya sudah meninggal, bahkan putri mereka masih berusia 3 tahun kala itu.

"Arian, ayo pulang. Papi kamu udah menggila di rumah." Arian yang tadinya tengah bermain dengan Elia, sontak berdiri dan berlari kearah Rumi.

"Bo..bok..Mi.." bisiknya sembaru mengucek matanya pelan.

Rumi menggendong putra bungsunya itu menggunakan gendongan khusus, karena mereka kan naik motor sementara sekarang sudah mulai gelap.

"Hati-hati Tante." cetus Elia sopan.

"Makasih Lia."

Deril nampak ingin mengatakan sesuatu tapi enggan. "Kalau tak masalah, naik mobil aja sama kami."

Rumi menggeleng pelan, dia ini sudah menikah dan tak wajar jika dia satu mobil dengan pria lain. "Makasih, tapi saya naik motor saja, permisi."

Tanpa menanti balasan, Rumi berjalan menjauhi keduanya menuju parkiran motor, tak mau perduli soal pria lain.

Karena firasatnya mengatakan jika suaminya di rumah udah kerasukan reog.

"Ma..mi.."

"Kenapa sayang?"

Arian menangkup wajah Rumi dan menciumi pipi Rumi.

"Ma...mi..ja..ngan..ma..r..ah..sa..ma..Pa...pi..d..an..a..bang.." cicitnya sedih dengan bibir yang mengerucut pelan.

Rumi terkekeh pelan, wajah Arian mirip sekali dengan Adrian, lucu dan ternyata sisi cantik ada di wajah putra kesayangannya itu.

"Iya nak Mami gak marah, sekarang bobok aja ya. Perjalanan kita lama loh ini."

"Heem,"

Rumi mencium pelipis Arian pelan baru setelahnya mengusap pelan rambut belakang Arian agar putranya ini tidur.

....

Keadaan rumah kacau, para anak yang sakit secara bersamaan membuat para Papi kalut.

Mau dibawah ke rumah sakit tapi merekanya nangis terus, yang ada malah mengusik pasiena lain.

"Ma..mi..hiks..MAU MAMIII..hiks..HUAAAAAAAA JINGGA MAU MAMIIII!!"

"MAMIIIII HUAAAAAA ERAGA MAU PELUK MAMIIIII HUAAAAAAAA."

"Hiks..mami..hiks..sakit kepala Bara..hiks.."

"Hoeeeek!..hiks..maamiii..hiks..hoeek"

"Huhuuuu..hiks..mau mamii..hiks..mamiiii..hiks..huaaaaa"

Ke 15 nya kalut, mereka sudah memberi obat dan menyuapi mereka bubur ayam, tapi demamnya tak kunjung reda dan malah semakin panas.

Bahkan Devilo, Jale dan Jerri ikutan sakit, wajar mereka yang termuda, masih 30 tahun umur mereka diantara yang lainnya.

"Hiks..Ilo kangen mbak Rumi..hiks..mau mbak Rumi..hiks.."

"Mbak..hiks..maafin Jale..hiks..mbak pulang mbak..hiks..huhuuu."

"Teteh..hiks...teteh Rumiii puuulaaaang..hiks..huaaaaaa."

Memang kalau mereka sakit, panggilan terhadap Rumi kembali seperti awal sebelum menikah.

"Ugh..ini udah jam 11 malam. Rumi kemana sih?" keluh Jhoni lesu.

Tak ada yang menjawab, tapi Jepri malah berlari kearah pintu rumah, disusul yang lainnya.

Ternyata Rumi sudah pulang, dengan Arian yang tidur digendongannya.

"Dek..hiks..mas khawatir tau.." isak Jepri lirih sembari memeluk Rumi dan menciumi dahinya.

Rumi diam saja, bahkan ketika semua memeluknya sambil menangis, Rumi masih diam.

Biarkan saja mereka menangis, biarkan saja.

®^^®

Bersambung😾

Kost 10 [Selesai]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن