🏘Keluarga Angin Topan-4🏘

9.3K 2K 84
                                    

Hola, chap KAT sampai 10 aja ya😾❤

Tapi tekan vote dan ramaikan komentar yaaa❤

~~~~~

Rumi menggeliat pelan saat dirasa ada banyak bibir yang tengah menciumi wajahnya, perlahan wanita 32 tahun itu membuka matanya pelan.

"Ah..kalian udah pulang. Mandi gih, bau anyir kalian." gumam Rumi sembari memeluk Jhoni yang ada di dekatnya.

"Iya, mandi abis tu main ya?" tanya Jale.

"Aish..oke-oke. Mandi sana."

Semua langsung bergera cepat keluar dari kamar guna mencar ke kamar mandi rumah, Rumi sendiri beranjak bangun guna turun ke dapur.

Dia harus memasakan sesuatu untuk mereka. "Mereka habis bunuh orang." gumam Rumi tak habis pikir, ini yang membuat Rumi tak mau menambah masalah.

Tapi yaudalah, udah lewat juga.

Saat Rumi berjalan melewati kamar Arian, Rumi mendengar isak tangis lirih milik putra manisnya itu.

Dengan cepat Rumi masuk ke kamar Arian yang tak terkunci, masuk dan melihat si bungsu menangis ditengah kasur.

Dengan guling kecil dipelukannya.

"Hiks..huuu..hiks..Ma..miiii..hiks..huhuuu..hiks.." hati Rumi sedikit sakit mendengar tangisan Arian, dengan perlahan dia menggendong Arian dan menenangkannya.

"Mami disini nak, mimpi buruk ya?"

Arian mengangguk diceruk leher Rumi.

"Mim..pi..hiks..Maa..mi..hiks..gak..sa..yang..hiks..I..an..la..gi..hiks.."

"Ey gak mungkin, Mami selalu sayang Arian kok."

"Hiks.."

Rumi memilih mengambil 1 kain gendongan khusu untuk orang dewasa, lalu memakaikan benda itu ke tubuhnya agar nantinya menggendong Arian tidak sulit.

Setelah selesai, Rumi keluar dari kamar dengan Arian yang digendong ala koala.

Nampaknya ngasih jatah untuk Mas suami bakalan gagal lagi deh, soalnya mereka juga udah jarang main karena Arian atau anak mereka yang lain mengganggu.

Entah si Devid yang ngompol, atau si Bara yang sleep walking sampai ketiduran di kamar mandi.

Rumi memasakan nasi goreng pedas untuk Mas Suami, dengan Arian yang masih digendongannya.

"Rum-"

"Sst, Ian baru tidur."

Yah..gagal dapat jatah..

Raut wajah ke 15 nya langsung lesu, mereka menunduk dan memilih untuk duduk di kuris makan masing-masing.

"Gagal lagi..." lirih Samudra nelangsa.

"Huum, gagal mulu.." sahut Fael.

"Yah, terima nasib aja, namanya juga udah punya buntut banyak." celetuk Evan tenang walau dia sama kecewanya.

Tapi mereka memang harus menerima fakta jika tak bisa sesering dulu dalam meminta jatahnya hehe.

....

"RUMI LIHAT JASON! RUMI LIHAT DIA NYEMBUNYIIN DASI AKUUU AKHH RUMIII LIHAAAAT." jeritan Fael memecah keheningan di pagi minggu ini.

Semua langsung berhamburan keluar kamar, masalahnya urusan mencuci dasi dan kemeja itu urusan Fael adooh.

"JASON JANGAN GANGGUIN PAPI!" teriak Rumi menggema ke seluruh rumah.

Jason yang tadinya lagi berlarian sontak berhenti, takut dia sama Maminya. Dengan cepat Jason meletakan kembali dasi itu ke jemuran.

"AYAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!"

"APA LAGI SIH JHON!?"

"DIMANA SEPATU DANCE AKU!?"

"DIATAS LEMARI KAMAR!!"

Rumi kembali fokus pada pekerjaanya, yaitu memasakan sarapan untuk semuanya.

"Hiks..HUAAAAAAA RUMIIIIIIII."

"KENAPA LAGI!?"

"BARA NYOLONG BUKU GAMBAR ILOOOOO AAAAA RUMIII HUAAAAA."

"ASTAGFIRULLAH HALLAZIM ALLAHU AKBAR! BARA JANGAN GANGGUIN PAPI KAMU!!"

Napas Rumi sampai ngos-ngosan, Bara takut, dia langsung meletakan benda itu dan lari sembunyi ke kamar.

"Mami, ini minum dulu. Jangan teriak-teriak terus, nanti tenggorokan mami sakit." ujar Jangga sembari memberikan air dingin pada Rumi.

"Makasih nak.."

Jangga mengangguk, dia menggendong Arian menuju meja makan, guna bergabung bersama yang lain.

"Raif, bau jigong mu parah banget sih, menusuk sampai ke tulang tau gak!" sentak Eraga kesal.

"Enak aja!"

"Emang kenyataannya kayak gitu!!"

"PAPI RAFA LIAT ERAGA! DIA EJEK RAIF!"

"PAPI EVAN LIHAT RAIF PAPII, BAU JIGONGNYA PARAH BANGET!"

PRANG!!

Semua memandang kearah Rumi yang baru saja membanting piring di dapur. "Sayang-"

"Diam, aku capek. Kalian urus diri masing-masing aja. Capek aku serius."

Rumi pergi dari dapur menuju kamarnya di lantai 2, dia merasa sangat lelah, teriakan yang membuat kepalanya pusing.

Rasanya kepala Rumi bisa pecah.

"Ma..mi.." lirih Arian yang sedih melihat Mami nya pergi.

Dia berjalan cepat menyusul maminya, hanya Arian yang bisa meredakan amarah Rumi.

Yang lain hanya mampu menunduk merasa bersalah, kali ini kemarahan Rumi gak main-main.

®^^®

Bersambung😾

Kost 10 [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora