12π • LuJ

38 13 18
                                    

Bab 12
-Rebut-

π

Suasana love park yang penuh riuh dengan aura positif membuat Jingga perlahan-lahan bisa mengurangi kekakuan yang sejak tadi menjadi benteng di antara percakapan keduanya.

Mata gadis itu berbinar melihat lingkungan sekitar yang nampak menyenangkan. Memandangi anak-anak main kejar-kejaran, bermain lempar tangkap, termasuk remaja seumuran maupun di bawah umurnya yang asik berbincang sambil menikmati cilok bumbu, cilok kuah, dan percilokan lainnya disertai tawa bersama teman, atau pun pasangan.

Jemari kanannya masih menggenggam cone berisikan ice cream vanila, sementara baik bibir atau lidahnya asik menikmati kudapan dingin tersebut.

"Lo suka ice cream?"

Pandangan gadis itu beralih sepenuhnya pada cowok di sisi kirinya yang juga melakukan kegiatan serupa.

Jingga menggeleng. "Nggak begitu, ini juga nyobain karna lo ngasih. Nggak suka makanan manis soalnya."

"Kalo manisnya dalam bentuk perbuatan, suka nggak?" Fajar menaikkan alisnya, menunggu jawaban.

Jingga berdeham sejenak sambil memutar-mutar arah matanya seolah berpikir. "Eum, mungkin."

"Berarti gue harus bersikap manis."

Kerutan itu terlihat di antara kedua alis Jingga. "Kenapa gitu?"

"Biar lo suka."

"Eh—" Melihat tatapan teduh Fajar juga senyuman cowok itu membuat Jingga tak tahan untuk lebih lama lagi menatap wajahnya. Lantas memalingkan muka kembali ke arah depan.

Fajar terkekeh melihat reaksi Jingga yang salah tingkah akibat ulahnya. Setelah itu dia memudarkan senyum namun tak berpaling menatap gadis itu yang menyibukkan diri memakan ice cream lagi, membiarkan beberapa helai rambutnya bergerak tertiup angin.

Dia menggelengkan kepala, menepis pikiran selain tujuan utamanya.

Cowok itu membuka ransel hitamnya, merogoh seisinya dengan gegabah setelah tidak menemukan sesuatu yang dia cari. Menyadari bahwa Fajar kesulitan, terlihat dari raut wajah panik dengan alis yang bertaut, juga tangan yang mengacak seisi tas membuat Jingga bergeming.

Jingga melongok penasaran. "Cari apa, sih?"

Fajar menghentikan pencariannya, lantas mendongak pada gadis yang baru saja bertanya. "Gue boleh minta tolong?"

Jingga lebih dulu menyelesaikan penghabisan ice creamnya sebelum menanggapi permulaan permintaan laki-laki yang detik ini tengah bersamanya.

Gadis itu mengelap sisa-sisa ice cream yang mungkin mengotori tepi bibirnya, lalu mengangkat alis. "Minta tolong?"

"Jadi," ada jeda beberapa detik sebelum Fajar melanjutkan kalimatnya. "Gue ... ada hilang barang.  Kalo lo liat atau ketemu barangnya, atau bahkan nggak sengaja nyimpen, boleh tolong kasih tau gue?"

Jingga berdeham sejenak dengan mimik penuh keraguan. "Boleh, sih ... tapi gue 'kan nggak tau barangnya itu apa, dan gimana bentuknya?"

Fajar terkekeh geli. "Oh iya juga," lantas mengarahkan bola mata ke kanan atas dengan alis yang bertaut, menunjukkan ekspresi berpikir. "Barangnya itu pouch serut warna navy blue, dan ada isinya penting banget."

Langit Untuk JinggaWhere stories live. Discover now