29π • LuJ

26 13 4
                                    

Bab 29
-Don't believe me-

π

Perasaan yang berkecamuk atas kejadian yang membuatnya harus dihukum, tak mudah selesai sejak Bu Neni mengeluarkan surat hukuman setelah beberapa saat ia dijatuhi hukuman skors.

Marah, kecewa, juga rasa cemas akan reaksi kedua orang tuanya itu yang terus saja menyelimuti dirinya. Entah bagaimana ia mengatasi semua itu sampai seminggu kedepan.

Dan kini, gadis itu menjajaki langkah demi langkah menuju ruang kelasnya. Namun suara bel yang berdentang dengan kuat di seluruh penjuru membuatnya terinterupsi. Bukan, sepertinya bukan suara bel yang menghentikan langkahnya. Melainkan secara serentak siswa siswi yang mendiami kelas atas, tiba-tiba saja keluar kelas dan berkumpul di balkon untuk menatap ke bawah, ke tempat Jingga berdiri sendirian.

Tatapan mereka yang aneh membuat Jingga mengernyit curiga. Dan kecurigaannya terbukti di detik selanjutnya.

"ITS TIME TO TOMATOS PARTY!"

Bug! Splash!

Semua orang mengeluarkan beberapa buah tomat dan melemparinya ke arah Jingga. Gadis itu jelas terkejut, dan kontan bergegas berlari pergi menjauh dari kawasan yang telah rimbun oleh sampah buah tomat.

Namun di sepanjang jalan tidaklah semulus yang dia kira. Semua orang meneriakinya, memakinya dengan kata-kata kasar dan menyelipkan nama 'Hanna' sebagai sebab mereka semua mengamuk padanya.

Semua keberanian yang dia punya, entah berada di mana sekarang. Karena rasa takutnya kali ini menyerang jauh lebih besar dalam dirinya. Hingga bahkan dia tak sempat bertanya, membela diri, apalagi melawan mereka semua seorang diri.

Dia berlari sekuat tenaga, dan hanya terlintas satu tempat. Dan sekarang, di toilet siswi-lah ia berada. Di saat mengatur pernapasannya lekas lari-larian tadi, Jingga mendengar suara dari luar bilik toilet yang ditempatinya. Suara yang semakin gencar membuatnya kehilangan keberanian.

"Jingga, oh jingga! Apa lo ada di dalem toilet?"

Satu persatu pintu bilik toilet terdengar dentum di buka paksa. Dia merapal doa dalam hatinya, sambil menggigit bibir bawahnya juga meremas ujung rok rempelnya. Ia hanya berharap saat itu bisa menghilang, setidaknya diberikan kekuatan untuk menghadang semua orang yang memojokinya.

Brak!

Suara itu semakin mendekat, dan jantungnya dibuat berdebar kencang ketakutan. Ia hanya bisa memejamkan mata, membiarkan apa pun terjadi setelah ini.

"Eh! Lo dipanggil Bu Neni noh! Ngebandel lo ya? Pasti ini mah. Udah lebih pasti lagi lo dihukum, sih."

"Hah? Yang bener lo!?"

"Ck, bener! Buru Sono samperin! Keburu makin marah, ntar nambah lagi hukuman lo."

Tak butuh waktu lama untuk percaya, siswi-siswi yang mencari Jingga itu kini dapat gadis itu dengar mengenai langkahnya yang menjauh pergi.

Sekarang, Jingga bisa menghela napasnya sangat lega, setelah sebelumnya tertahan di tenggorokan. Memang tidak sepenuhnya rasa takut itu hilang, tapi setidaknya dia bisa menarik napas dari para pembela Hanna yang fanatik.

"Et! Mau ngapain?"

Dahi Jingga kembali berkerut. Beberapa langkah kembali mendatangi tempatnya bersembunyi. Namun yang ia dengar, seseorang kembali menghadang, mencegah mereka masuk.

Sial, siapa lagi, sih? Mau hidup tenang damai aja susah banget, huh!

"Mau masuk ke dalem lah!"

Langit Untuk JinggaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant