19π • LuJ

26 13 7
                                    

Bab 19
-Best friend forever?-

π

Ps: Kelakuan Langit di part ini harap jangan ditiru, apalagi dijadikan inspirasi ya kawan, kawan><

Enjoy the story!

π

"Bentar lagi bel masuk, kita mau ngumpet di sini sampe kapan?"

"Sampe bel."

Jingga mengangkat alisnya dengan tatapan tak habis pikir. Mereka sudah menunggu di sini sejak lima belas menit lalu usai makan bakso di kantin. Bersembunyi di balik dinding dekat pintu masuk ruang guru tanpa Jingga ketahui apa yang sedang Langit coba lakukan.

"Lo mau ngapain, sih sebenernya?" tanya Jingga lagi.

Langit berdecak. "Lo liat aja nanti."

Detik setelahnya suara bel masuk berdentang keras, dan dipastikan hanya satu-satunya guru yang bergegas keluar dari ruang guru tepat saat bel ialah Bu Aini. Bahkan suara ketukan sepatunya mulai terdengar mendekat ke pintu.

Ceklek

"Aaaaa!"

Tepat ketika pintu terbuka, Bu Aini sontak berteriak ketakutan karena Langit menarik tali yang terhubung di atas pintu, yang ujungnya terdapat cicak mainan.

Langit tertawa keras ketika niat jahilnya tepat sasaran. Dia tahu pasti, guru matematika yang terkenal sangar itu sangat anti dengan cicak.

Mendengar tawa Langit yang mudah dikenali, Bu Aini segera mengetahui bahwa dia sedang dikerjai. "Lah bocah iki toh! LUCAS!!!!"

Sebelum tertangkap, Langit menarik Jingga untuk meloloskan diri dengan berlari. Berhenti di lorong kelas sebelas, di tengah napasnya yang masih terengah, Langit menyempatkan diri melanjutkan tawanya.

"Lo gila ya? Bisa-bisanya ngerjain Bu Aini, nanti kena hukum lagi loh!" peringat Jingga setelah melepaskan tangan Langit yang masih memegang pergelangan tangannya.

"Lo nggak liat ekspresinya Bu Aini tadi? Lucu loh sampe megap-megap kayak ikan koi! Hahaha!"

Jingga bersidekap dada menatap heran Langit yang berdiri di hadapannya. "Sumpah ya, lo ngapain, sih sebenernya? Nyulik gue, terus ngerjain guru," ujarnya.

Cowok itu meredakan tawanya, berusaha tak mengingat wajah Bu Aini yang mengundang tawanya kembali.

"Lo lupa sama isi list-nya? Yang pertama 'kan kita mau ngerjain orang-orang di sekolah, gimana, sih?" ujar Langit, lalu menjepit hidung Jingga dengan kedua jarinya.

"List pembolosan itu?" Jingga menghembuskan kasar napasnya sebelum melanjutkan kalimatnya. "Lang, gue kan udah bilang, gue nggak mau!"

"Jigong, jigong. Mau nggak mau, sekarang lo udah bolos kelas selama-" Langit melirik jam tangan di lengan kirinya, "lima menit."

Jingga menghela napasnya pasrah. "Terus lo mau apa lagi abis ini?"

Senyum jahil itu kembali mengembang di wajah Langit, dan detik selanjutnya ia menggenggam tangan Jingga lalu menariknya kembali beranjak dari tempat berpijak sekarang.

Langit Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang