26π • LuJ

25 13 5
                                    

Bab 26
-Kesepakatan-

π

Di lorong area loker-loker para siswa ditempatkan, gadis itu tengah berdiam diri sejak lima menit lalu dengan keadaan kepala yang masuk ke dalam lokernya yang terbuka.

Sembari menggumamkan hafalan pelajaran yang akan diujikan hari ini, mengingat ini hari pertama tryout terakhir di sekolah bagi anak kelas dua belas sepertinya.

Tentu saja dia yakin dengan hasilnya, tapi kali ini kepalanya penuh dengan semua hal yang berkaitan dengan Hanna, dan itu cukup mengganggu. Terkait akan sesuatu yang anak pemilik sekolah itu lakukan kali ini. Sementara ia hanya memiliki keberanian dan kemampuan, tapi tidak dengan kekuasaan.

"Wah, makasih!"

Suara itu membuat Jingga menghentikan kegiatan meracaunya, ia berdiam sejenak hingga rasa keingintahuannya membuat ia menarik keluar kepalanya untuk melongok ke arah loker tetangga.

Sembari menutup perlahan lokernya yang terbuka, Jingga tak mengalihkan pandang dari sosok gadis primadona yang sedang dikerubungi para penggemarnya, tak lupa dengan hadiah-hadiah yang mereka bawa untuknya. Hadiah yang biasa diberikan penggemar sebagai penyemangat melakukan ujian.

Gadis itu menghela napasnya dan berbalik ke arah berlawanan untuk cepat-cepat pergi sebab tak tahan melihat kepalsuan sikap ramah Hanna.

"Dor!"

Jingga berjengit kaget lantas mengelus dada. "Serius, lo kayaknya emang pengen bikin gue jantungan."

Laki-laki itu tertawa dengan khasnya, lalu menyodorkan plastik bening yang dapat terlihat berisi cilok bumbu. "Amunisi biar nggak salah ngisi."

"Lo ngasih Hanna cilok juga?" tanya Jingga setelah mengambil alih bungkus makanan itu dan menatap lekat cilok berbalut bumbu kacang.

"Cokelat."

"Kok gue-"

"Karena lo nggak suka makanan manis Jigong, kalo suka juga gue nggak beliin," potong Langit yang kemudian menyengir kuda. "Tekor kalo beli dua cokelat."

Jingga memukul lengan atas Langit dengan bungkus cilok dalam genggamannya. "Hu, sialan lo, gue dihargain sebatas cilok."

Ekspresi Langit tiba-tiba saja berubah ketika tak sengaja melihat ke arah belakang Jingga, lalu ia menepuk bahu gadis itu beberapa kali. "Ada si Hanna, gue cabut dulu, dah!"

"Hah?"

Gadis itu memberi tatapan tak mengerti pada Langit yang bergegas pergi, ia mengernyit sampai orang yang cowok itu maksud telah berdiri di belakangnya.

"Hai, Jingga."

Yang di sapa pun segera berbalik dan berhadapan dengan gadis cantik berambut cokelat gelombang yang digerai sepunggung. Seulas senyum dari gadis itu di tunjukkan untuknya.

"Kejar sana cowok lo, dia kabur tuh ngeliat lo kayak hantu," ujar Jingga acuh seraya mengedikkan dagu ke arah Langit pergi.

Hanna terkekeh sambil menggeleng kecil. "Gue nggak cari Lucas kok."

"Dan gue, nggak mau ngomong apa pun sama lo," ketus Jingga dengan raut wajah yang begitu tidak bersahabat.

"Gue nggak bakal ngomong banyak kok, cuma mau ingetin aja," Hanna mengibaskan tangan di atas bahu Jingga dan segera ditepis oleh empunya. "Kalo yang kali ini lo nggak akan menang."

Langit Untuk JinggaWhere stories live. Discover now