37π • LUJ

15 2 5
                                    

Bab 37
-Unexpected-

π

"Skakmat!"

Seulas senyum bangga akan kemenangan itu tercetak jelas di bibir Langit. Laki-laki itu bersidekap dada memberikan tatapan meledek pada salah satu penjaga yang menjadi lawan mainnya dalam permainan catur ini.

Pria itu menepuk dahinya sambil meratapi kekalahan—memandangi papan catur yang terbentang di antara keduanya.

"Bapak nggak percaya sih, gini-gini saya atlet catur nih pak!" ujar Langit bernada meledek, meski pernyataannya tidak mengandung kebenaran.

KRIINGGGG!!!!!

Sontak suara alarm darurat yang berdentang kuat tiada henti menyita perhatian ketiganya, yang langsung reflek menoleh ke arah sumber suara secara bersamaan.

Mereka masih terdiam dengan pandangan yang tak lepas sedikit pun. Hingga beberapa detik setelahnya, kejadian tak terduga berhasil membuat bola mata mereka membulat bersamaan. Karena tiba-tiba saja sekumpulan orang mulai berlarian keluar dari pintu utama.

"Monitor!"

Baru saja hendak bangkit dan mencari tahu alasan atas insiden ini, walkie talkie milik salah satu penjaga berbunyi, seseorang mulai berbicara dari sana seberang sana.

"Yak, masuk!"

"Ada penyusup di unit lantai atas, tolong urus pengamanan orang-orang, kasih tau mereka kalau nggak ada hal darurat, bilang alarmnya rusak."

Mendengar itu, kontan Langit terbelalak terkejut bukan main. Karena itu pertanda bahwa Jingga sedang dalam bahaya, situasi yang terjadi tak lagi aman untuk gadis itu.

Keterkejutannya itu teralihkan oleh suara dering ponselnya. Buru-buru ia mengambil benda pipih itu dari saku, lantas menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

"LANG, GUE KETAUAN! TOLONGIN GUE!"

Dan benar saja, Jingga tidak dalam situasi aman.

"Oke, lo sekarang di mana? Biar gue ke sana," sambar Langit yang mencoba berbisik agar suaranya tak terdengar oleh kedua penjaga yang masih berdiri di dekatnya.

"Gue lagi lari turun lewat tangga darurat, huhhhh, gue nggak tau harus kemana!"

"Lantai berapa?"

"Baru turun dua lantai dari 50. Nggak ada jalan lain!"

Langit terdiam sejenak menjauhkan ponsel dari telinganya, kemudian disuguhi tatapan penuh kecurigaan dari kedua penjaga tadi.

"Lang!"

"Lang!"

"Lang, gimana ini?!"

Langit menelan ludah, ia melirik kesana kemari dengan cepat, berusaha berpikir keras bagaimana caranya masuk ke sana di saat dua penjaga itu masih ada di hadapannya.

Cowok itu menepuk-nepu bahu salah satu penjaga kemudian mengarahkan telunjuknya ke arah gerbang depan yang hampir dipenuhi massa. "Pak, pak, itu ada ibu-ibu keselek jambu!"

Bodohnya, kedua penjaga itu reflek mengikuti arah pandang Langit dan mencari tahu apa yang cowok itu maksud.

Sebelum menyadari bahwa yang Langit lakukan ialah pengalihan semata, cowok itu segera angkat kaki dengan berlari kilat memasuki gerbang pintu samping yang jauh dari penjagaan.

Langit Untuk JinggaWhere stories live. Discover now