17π • LuJ

24 13 7
                                    

Bab 17
-Casting-

π

Raut wajah Jingga sepanjang hari ini nampak tegang, seperti ada hal yang dia cemaskan. Dia terus tak fokus dalam pelajaran, tak bisa menyimak apa yang orang lain katakan. Dan terus terkejut ketika disadarkan dengan tepukan atau teriakan.

Sesuatu mengenai mimpinya-lah yang membuat dia begitu cemas. Tentang pria yang sekarat dan kemungkinan meninggal tanpa sempat ditolong.

"Apa mungkin om itu meninggal karena gue nggak tolong, dan dia berusaha bikin hidup gue nggak tenang lewat mimpi?"

"Apa bener semua mimpi yang awalnya tanpa visual itu sebenernya ingatan gue?"

"Kenapa gue nggak tolong dia? Kenapa gue biarin dia meninggal?"

"Mungkin kalo saat itu gue cepet-cepet tolong, mungkin om itu masih hidup sekarang."

"Jadi, secara nggak langsung, gue udah bunuh dia?"

"Gue pembunuh?"

Sebuah tepukan di bahunya membuatnya kembali tersadar. Dia menoleh cepat ke sembarang arah, menemukan sosok gadis dengan rambut kuncir kuda menatapnya heran.

"Lo pucet banget hari ini, lo sakit?"

Jingga menghela napasnya panjang, menggeleng setelahnya. "Enggak, Liv. Aman."

"Lo tau nggak sih Jing? Setiap ditabok pundak lo, lo tuh kaget ketakutan kayak ketemu setan," ujar Grey yang baru datang seraya menarik kursi di sekitarnya untuk duduk dekat kedua temannya. "Lo abis nonton horor apa gimana? Parno amat."

"Soalnya gue emang ketemu setan ini," balasnya seraya mengedikkan dagu bergantian kepada kedua temannya.

"Yee!!"

Grey menoyor dahi Jingga diikuti oleh Oliv yang melakukan hal sama. Jingga hanya merengut sebal menatap keduanya.

"Lo berdua ikut audisi drama pas pulang sekolah?" tanya Oliv tiba-tiba.

Jingga terbeliak. "Hari ini audisinya?"

Pertanyaan Jingga dijawab anggukan oleh Oliv. "Kalo gue nggak ikut ah, males. Lo ikut nggak?"

"Yah Lip, Jingga lo tanya. Ya pasti ikut lah," sahut Grey. "Kalo gue sih pasti nggak ikut. Karna gue yakin itu drama pasti menye-menye. Ih! Gak banget!"

"Kali aja lo dapet peran yang nggak menye-menye, Ge. Bagian keamanan contohnya, atau jadi pohon gitu yang ketiup angin," ujar Oliv yang kemudian tertawa geli. "Bagus tuh, sepanjang drama lo muncul terus kalo jadi properti."

Grey menempeleng kepala Oliv dengan asal, dia mendengus kasar setelahnya. "Yeu, elo aja sono! Lo 'kan mirip properti, disenggol tumbang."

Adu mulut antara Grey dan Oliv berlangsung setelahnya, tanpa sedikit pun Jingga menyimak perdebatan keduanya. Karena mendengar perihal audisi yang diadakan pulang nanti, gadis itu perlu menyadarkan dirinya sepenuhnya. Setidaknya melupakan kecemasannya sejenak agar tak mengacaukan audisinya.

Dia menghirup udara banyak-banyak, kemudian menghela napasnya cukup panjang. Berusaha menghilangkan semua pikiran yang mengganggunya.

"Kalo gitu nanti kalian pulang duluan aja ya?"

Langit Untuk JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang