40π • LUJ

17 2 2
                                    

Bab 40
-Inspection-

π

Plak!

Plak!

Plak!

Satu persatu tamparan yang melayang dari tangan pria paruh baya itu mendarat tanpa ampun. Tak ada suara apa pun di dalam ruangan hening itu kecuali suara tamparan keras yang terdengar begitu renyah.

Orang-orang yang berbaris itu menerima tamparan tanpa berani protes sepatah kata, bahkan untuk mengelak pun tak ada kuasa.

"Bodoh!"

Napas pria itu memburu, setelah menyelesaikan hukuman tamparan pada masing-masing staffnya, ia berhenti di hadapan mereka, menatap satu-persatu dengan tatap menyalang.

"Perempuan kayak gitu aja nggak bisa kalian handle?! Dia sendiri! Gimana kalau banyak!? Kalian yang menang kubu, bisa-bisanya kesulitan nangkap satu perempuan!" Bentaknya kasar. "Dasar, bodoh!"

Salah satunya mendongak, berusaha menyanggah. "Ibarat belut, dia licin banget pak! Ada aja akalnya buat kabur!"

Plak!

Satu tamparan lagi sebagai bonus atas sanggahan tak bermutu. Herman mengacungkan telunjuknya pada staff cowok yang baru saja angkat suara. "Berarti kamu mengakui kalo dia pinter dan kalian bodoh!? Gitu!? Emang kalian nggak bisa diandelin!"

Herman menendang perut staff itu, yang membuatnya terjungkal ke belakang, kemudian segera dibantu berdiri oleh sesama rekan.

"Baru saya tinggal sebentar, kalian udah kewalahan sama satu penyusup! Gimana saya tinggal lama? Yang ada habis seisi unit ini beserta sertifikatnya! Dasar nggak berguna!"

Mereka menunduk, entah karena menyesal, atau lebih banyak rasa takut yang menggebu dalam diri. Entah pula rasa takut itu karena rasa rendah diri, atau hanya takut ditelantarkan di jalan karena dipecat tanpa pesangon.

Herman memijit pelipis, ia sudah kehabisan kesabaran. Emosi yang membumbung di kepalanya, membuat darah hangat berdesir naik dalam tubuhnya.

"Pak,"

Herman menoleh ketika seorang wanita berambut pendek dengan jas hitam juga celana panjang hitam senada melekat ditubuhnya, datang dan berdiri di sisi kanannya.

"Saya udah cek, tidak ada barang yang hilang, semuanya masih pada tempatnya, sepertinya dia belum sempat mengambil apa-pun sampai lebih dulu dipergoki," jelas wanita berumur tiga puluhan awal itu yang memberi informasi. "Tapi dia sudah mengetahui ruang rahasia pak, saran saya, kita pindah ruang rahasia atau ganti kuncinya dengan yang lebih aman, seperti face atau voice detect."

Herman menghela napasnya gusar. "Iya, itu biar urusan saya nanti."

"Oh iya pak, tadi saya temuin ini di dekat pintu lift basement, waktu saya sama Adi lagi cek TKP terakhir."

"Oh iya, tadi saya lihat cewek itu pake topi!" sahut salah satu staff dalam barisan.

Tangan wanita itu mengulurkan sebuah topi berwarna hitam, dan langsung disambar Herman untuk menelisik benda itu, berpikir keras mengenai bagaimana cara menemukan penyusup itu dari topi yang tertinggal.

Karena ini hanya sebuah topi, hampir tidak mungkin penyusup itu akan kembali hanya untuk mencari topinya yang hilang. Kecuali jika benda itu memang sangat berharga untuknya.

"Apa yang kamu inget lagi tentang cewek itu?" tanya Herman yang menurunkan nada bicara setelah semula ia naik oktaf marah-marah.

"Dia pake atasan hitam, pake rok selutut," tambah staff itu, lagi.

Langit Untuk JinggaWhere stories live. Discover now