Chapter 14 - The Duke's Wrath

39.4K 6K 131
                                    


"Dari saat kamu tengah mengandung Cyzar sampai Cyzar terlahir dan berumur satu tahun. Apa kamu tahu dimana Rhetha berada?" Pertanyaan dari sang suami berhasil membuat Sienes menekuk kedua alisnya.

"Ada apa? Mengapa tiba-tiba kamu menanyakan hal itu kepadaku?"

Galton memotong daging diatas piringnya dengan rapih. "Apa kamu tahu bahwa Rhetha memiliki seorang putri? Satu tahun lebih muda dibandingkan Cyzar."

"Apa??!" Segera Sienes membulatkan kedua bola matanya. "Apa maksud ucapan kamu barusan? Rhetha dan Hadeon memiliki seorang putri?!" Pekiknya terkejut.

Galton mengangguk sekali, lalu memasukkan sepotong kecil daging steak yang telah ia potong kedalam mulutnya. Selepas mengunyah dan menelannya, Galton kembali membuka mulutnya untuk berujar.

"Putrinya itu bernama Madelaine Zestasia Vyacheslav, berumur sekitar 17 tahun. Dia belum debut, tapi sebentar lagi cepat atau lambat dia pasti akan debut."

Sienes tidak bisa berkata-kata, wanita itu hanya terdiam sembari meraih segelas wine dan meminumnya sedikit demi sedikit.

"Makanya aku bertanya kepadamu, apa kamu benar-benar tidak tahu tentang hal ini? Kemana dia saat tengah mengandung putrinya? Kalian kan dekat."

Sienes menatap kearah suaminya dengan ragu, "Aku tidak begitu mengingatnya, aku hanya ingat saat-saat Rhetha mengandung Dixon. Aku sering sekali berkunjung ke kediaman milik keluarga itu untuk membawakan buah-buahan khas daerah utara yang memiliki khasiat bagus untuk ibu hamil. Akan tetapi.. Aku tidak pernah melihat putri sulungnya, jika memang benar perempuan muda itu adalah putri Rhetha."

Galton terdiam sejenak.

"Lagipula.. Mengapa Rhetha tidak mengatakan kepada kita bahwa dia memiliki seorang putri? Hadeon juga pasti tidak akan menyembunyikan hal ini tanpa alasan."

"Putrinya itu unik." Balas Galton, cepat.

"Hah? Apa maksudmu dengan unik?" Tanya Sienes tidak mengerti.

"Dia cantik nyaris seperti perpaduan sempurna antara pesona Rhetha dan juga Hadeon."

"Benarkah?" Kedua iris berwarna hijau gelap milik Sienes tampak berbinar-binar antusias.

Galton mengangguk. "Kulitnya seputih salju, hidungnya lancip, wajahnya kecil, kedua matanya indah namun juga tegas, bulu matanya lentik, bibirnya kecil, tubuhnya juga ideal, bahkan sikapnya sangatlah sopan. Seolah-olah perempuan itu telah menjalani kelas khusus tata krama para bangsawan."

"Dia terdengar sangat menawan, jadi mengapa yang mulia Duke menyembunyikannya?"

Pertanyaan dari Sienes membuat Galton langsung memejamkan kedua kelopak matanya rapat-rapat.

"Kedua iris matanya dan warna rambutnya adalah biru, sebiru samudra. Bukan biru biasa.. Itu lebih seperti, sebuah berlian sapphire? Tidak cerah, tidak gelap."

Secara tiba-tiba saja Sienes kembali membulatkan kedua matanya. "B-biru?"

"Iya, biru."

"Hah! Bukankah itu aneh?"

"Kamu benar, padahal aku yakin sekali dia adalah putri Hadeon dan juga Rhetha."

"Dari mana kamu tahu semua itu?? Bisa saja kamu keliru? Mungkin kamu tidak melihatnya dengan jelas! Tapi Rhetha itu memiliki rambut cokelat tua nyaris hitam dan mata berwarna hijau lumut! Sedangkan Hadeon memiliki rambut seputih perak dan iris kuning seperti bongkahan emas. Jadi.. Bagaimana bisa putri mereka memiliki rambut dan iris yang biru?" Sienes berceloteh panjang lembar.

Sementara Galton hanya mengangguk singkat.

"Aku juga memikirkan hal itu. Selepas selesai bertemu dengan kaisar, aku memutuskan untuk mampir ke kediaman Duke. Awalnya saat aku tengah ngobrol, aku tidak sengaja melihat perempuan itu. Dan ternyata, Duke sendiri yang mengenalkan perempuan itu kepadaku dengan berkata 'Dia adalah putriku..' " Ujar Galton sembari berusaha meniru nada bicara dan ekspresi datar Hadeon.

BEYOND THE HORIZONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang