Chapter 53 - Little Boy With Pink Eyes

23.1K 4.6K 745
                                    


Dengan wajah yang memerah, Dixon melepaskan dekapannya kepada tubuh Madelaine. Pria tampan bersurai perak dengan kedua iris kuning emas itu berdehem singkat, sebelum pada akhirnya berujar dengan tenang. "Apa yang terjadi kepada kakak?" Tanyanya.

Madelaine mengerjap sekali. "Tidak ada apa-apa yang terjadi kepadaku tuh.. ?"

Dixon reflek bersungut sebal. "Apanya yang tidak ada?!" Kesal pria itu. "Kakak menghilang sejak kemarin sore tahu! Kakak bahkan belum kembali ke tenda hingga saat ini." Dixon menunjuk langit menggunakan jari telunjuknya. "Kakak lihat tidak? Nyaris pagi! Ayah pasti sangat mengkhawatirkan kakak. Apa kakak tidak tahu?? Hutan Erensia itu adalah tempat yang sangat berbahaya dan dipenuhi dengan berbagai macam jenis monster—"

"Aku baik-baik saja Dixon, aku bersama dengan Kai—maksudku yang mulia Putra Mahkota." Madelaine menukas diselingi iris yang bergerak mengarah kepada sosok Kairos didepan sana.

Cepat-cepat Dixon menolehkan wajahnya dan memandang lurus kearah seorang pria tampan bersurai kuning emas yang Madelaine maksud.

Dixon terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya membelalak. "APA???!" Kejutnya tiba-tiba. "APA KAKAK MENGHABISKAN MALAM BERSAMA DENGAN PRIA ITU???!" Ucapan yang Dixon lontarkan membuat Madelaine sedikit terkejut—Oh, tidak hanya Madelaine.

Tetapi seluruh Kesatria dibelakang sana pun juga turut membulatkan kedua mata mereka. Yah, tentu saja mereka terkejut. Sebab Dixon baru saja memanggil seorang Putra Mahkota—orang terpenting setelah Kaisar di Kekaisaran—dengan sebutan Pria itu. Tidak sopan sekali kau, Dixion Dollares Vyacheslav!

"Dixon—"

"Kakak! Apa kakak baik-baik saja? Apa yang pria itu lakukan terhadap kakak?? Dia tidak melakukan hal-hal aneh yang mencurigakan bukan?? Dia tidak menyentuh kakak kan?? Dia tidak—"

"Dixon hentikan." Tukas Madelaine dengan wajah yang memerah seperti sebuah tomat.

Astaga, kata-kata Dixon itu benar-benar membuatnya begitu kelabakan. Terdapat sebuah gejolak aneh didalam dada Madelaine—terlebih ketika ia mengingat Kairos yang melepaskan pakaiannya. Ah entah perasaan aneh macam apa ini sebenarnya.

Madelaine sendiri pun tidak tahu.

Berdehem ringkas, lantas Madelaine memutuskan untuk segera bersuara sebelum Dixon kembali membuka mulutnya. "Yang mulia Putra Mahkota lah yang telah menjaga diriku semalaman, bahkan beliau yang telah menyelamatkan diriku dari berbagai macam hal-hal berbahaya. Beliau mengeluarkan diriku dari dalam situasi yang berbahaya, seperti—"

"Tetapi bersama dengannya adalah situasi yang membahayakan!" Sungut Dixon tidak terima, pria itu tampak begitu kesal. "Kakak semalaman bersama dengannya, dia bahkan jauh lebih buruk dibandingkan dengan monster."

Kalimat yang Dixon lontarkan, bukankah itu termasuk kedalam penghinaan terhadap Kairos?

Ya tuhan, Madelaine harus segera menghentikan semua ini sebelum menjadi begitu rumit!

Lantas pada akhirnya Madelaine tersenyum tipis. "Mari kembali Dixon, aku lelah."

Itu aneh. Ketika Dixon yang tengah marah besar, secara tiba-tiba saja langsung merubah air wajahnya menjadi begitu hangat tatkala mendapati Madelaine kelelahan. Dixon bahkan memperlihatkan sikap penuh perhatiannya, dan memberikan seluruh atensinya kepada perempuan bersurai biru itu.

"Ayo kak, kita harus segera kembali, kakak pasti lelah."

Manakala Dixon hendak menuntun Madelaine naik keatas seekor kuda, kemunculan sosok seorang pria bersurai merah dihadapannya berhasil membuat kedua alis Madelaine terangkat dengan skeptis.

BEYOND THE HORIZONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang