Chapter 41 - Terrible Fear And Anxiety

24.6K 5.2K 457
                                    


"Apakah ada lagi yang harus saya jelaskan kepada anda yang mulia?" Madelaine menatap lurus kearah sosok Hadeon yang saat ini tengah duduk diatas kursi kebesarannya.

Pria tampan berparuh baya dengan surai perak dan iris kuning emas itu masih saja memicingkan kedua matanya seraya menatap tajam kearah Madelaine.

"Jadi, kalian dekat?" Bariton yang dingin dan juga datar. Sebenarnya, apa yang membuat pria itu sampai setidak suka ini?

Madelaine berusaha untuk tetap terlihat tenang, dan merespon se-alami mungkin. "Ya." Madelaine menganggukkan kepalanya sekali. "Kami memang dekat, sebagai seorang teman." Ungkap Madelaine yang sama sekali tidak berkeinginan untuk mengelak.

Lagipula, Kairos sendiri sebelumnya juga sudah mengatakan bahwa keduanya saling mengenal. Lantas, seumpama Madelaine saat ini mengelak, hal itu justru malah akan terlihat mencurigakan bukan?

Hadeon memandang waspada. "Teman?"

"Yang mulia Putra Mahkota dan saya berteman, bahkan sebelum saya mengetahui fakta bahwa beliau ternyata adalah seorang Pangeran—"

"Apa maksudmu sekarang kau sudah pernah bertemu dengannya selain hari ini?" Tukas Hadeon.

Madelaine tampak sedikit kelabakan. Apa ada yang salah dari itu?

Terlepas dari itu semua, tidakkah sudah terlihat jelas? Memangnya bagaimana caranya Madelaine dapat saling mengenal dan dekat bahkan sampai menganggap satu sama lain teman jika tidak pernah bertemu sebelumnya? Ada-ada saja pertanyaan pria itu.

"Ya."

"Apa?"

"Saya bertemu beberapa kali dengannya—"

"Kapan?"

"Apa?"

Hadeon melemparkan tatapan penuh tanda tanyanya, dan oh, tatapan itu tampak begitu menggelap seolah-olah dipenuhi antipati. "Apa kau sering berpergian keluar dari mansion ini tanpa sepengetahuan siapapun?" Pertanyaan yang Hadeon ajukan tentu saja tepat sasaran, jawabannya adalah benar.

Madelaine kan memang kerap sering kali keluar dari dalam mansion ini secara diam-diam, bahkan sampai menyamar menjadi seorang pelayan.

Akan tetapi, tentu saja Madelaine tidak dapat mengatakan hal tersebut secara terang-terangan.

Memikirkan Shula diluar sana tengah melambaikan bendera putih, sembari merengek. 'Selamat tinggal nona, semoga kita bertemu lagi dikehidupan selanjutnya.' Yah, Madelaine tidak dapat membiarkan hal itu terjadi kepada satu-satunya pelayan yang paling ia sayangi.

Namun, jika dipikir-pikir kembali, apa yang saat ini harus Madelaine katakan sebagai sebuah jawaban agar dapat membuat pria dihadapannya itu puas?

Madelaine benar-benar frustasi.

Lantas pada akhirnya Madelaine memutuskan untuk membalas dengan cuek. "Apakah itu semua ada sangkut pautnya dengan urusan anda yang mulia?" Balasan bernada dingin itu membuat gurat wajah Hadeon langsung berubah. "A-Apa?"

Madelaine menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebelum kemudian melemparkan sebuah tatapan yang begitu datar dan juga dingin kearah Hadeon. "Semua ini, untuk apa saya menjawabnya? Anda kan tidak pernah menganggap eksistensi saya didalam kediaman ini, memangnya mau saya kerap sering kali melarikan diri secara diam-diam dari dalam mansion ini pun akan merugikan anda? Toh diluar sana tidak ada yang mengetahui bahwa saya adalah Putri dari keluarga Vyacheslav, dan seterusnya pun jika memungkinkan saya tetap ingin seperti ini." Kata-kata yang diselingi dengan tatapan penuh ketidak acuhan itu membuat hati Hadeon sedikit mencelos.

BEYOND THE HORIZONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang