"Yang mulia, bagaimana dengan batu---""Aku berhasil mendapatkannya."
Felipe langsung mendesah lega. Pria tampan yang merupakan seorang tuan muda dari keluarga Marquiss itu tampak terdiam sejenak, sebelum kemudian kembali menatap kearah sang atasan dengan dahi yang berkerut penuh tanda tanya. "Akan tetapi, dari pada itu semua bagaimana anda dapat berakhir bersama dengan yang mulia Duke?"
Pertanyaan yang Felipe ajukan membuat Kairos terdiam, lantaran mengingat kembali kejadian mengerikan yang sebelumnya merundung dirinya. Nyaris membuatnya mati, dengan cara yang paling menyesakkan.
Kairos melirik kearah sebuah kotak kecil berisikan batu 'kehidupan' yang berada didalam genggaman tangan kirinya.
"Felipe, jika aku mengatakan bahwa aku telah terjun kedalam sesuatu yang sangat berbahaya, apa yang akan kau lakukan?" Bariton milik Kairos menyeruak dengan begitu datar.
"Apa yang akan saya lakukan?" Felipe melirik kearah Kairos dengan sebal. "Yang mulia, memangnya selama ini yang anda lakukan bukanlah hal yang berbahaya ya? Bukankah anda itu adalah seseorang yang terkenal selalu berjalan beriringan bersama dengan kematian?" Sindir Felipe secara terang-terangan.
Detik itu juga Kairos tampak menyungging sebuah senyuman tipis. "Kau benar, bukankah selama ini aku selalu dekat dengan kematian?" Setelah berujar seperti itu, Kairos tampak meremat erat-erat kotak kecil yang berada didalam genggaman tangannya. "Kalau begitu, siapa ya kira-kira yang nantinya akan menyelamatkanku dari kematian yang selama ini selalu berjalan disisiku?"
Felipe sedikit tersentak. "Tuan..."
"Jangan khawatir, aku hanya bercanda." Kairos mengakhiri ucapannya dengan memutar tubuhnya memunggungi Felipe. Setelahnya Kairos pun segera melangkahkan kedua kakinya untuk menjauh meninggalkan Felipe seorang diri.
******
Alih-alih dapat beristirahat dan tidur dengan nyenyak. Semalam, Madelaine justru malah dihadapkan dengan Dixon yang mengunjungi kamarnya secara tiba-tiba. Pria itu tidak hanya menatapnya dengan kedua mata yang membengkak lantaran telah menangis sepanjang hari, akan tetapi pria satu itu juga turut melemparkan sebuah tatapan memelas yang begitu mengejutkan bagi Madelaine.
Madelaine sungguh syok berat.
Bagaimana bisa seseorang yang sebelumnya selalu bersikap dingin dan menatapnya dengan sorot yang begitu tidak bersahabat, secara tiba-tiba saja berubah menjadi seperti se-ekor anak anjing yang begitu manja?
Madelaine bahkan masih mengingatnya dengan jelas ketika Dixon bergumam ragu-ragu. 'Aku ingin mengobrol bersama kakak lebih lama.. Memangnya itu salah?' Dengan kedua cuping telinga yang memerah. Dixon benar-benar terlihat seperti se-ekor anak anjing yang basah kuyup dan meminta untuk segera dikeringkan.
Sebenarnya Madelaine tidak begitu nyaman dengan perubahan sikap Dixon yang terlalu tiba-tiba itu, akan tetapi karena Madelaine menyadari bahwa Violetta tengah memata-matai dirinya. Lantas pada akhirnya Madelaine memutuskan untuk menggunakan kesempatan tersebut agar hati Violetta memanas.
Hah, bukankah kalau begini sia-sia sudah upaya nekat yang ia lakukan? Terjatuh dari atas tangga dengan disengaja? Kasihan sekali perempuan satu itu.
Yah, Madelaine tidak berharap banyak dengan situasi tersebut sebenarnya.
Ia pikir dirinya akan kembali mendapatkan cercaan dingin dari Dixon.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEYOND THE HORIZON
Fantasy• AVAILABLE ON E-BOOK VER (ORDER AT IG!) • Madelaine Vyacheslav menjalani kehidupan sebagai putri buangan yang tidak dianggap, ironisnya Madelaine pun juga harus mengalami kematian yang mengenaskan. Tepat setelah pengeksekusiannya selesai, Madelaine...