Arba'atun (Dunia Menghujat)

8.5K 489 4
                                    

Pagi yang mendung menyambut hariku.

UN

Katanya sih penentu kelulusan.

Kata singkat yang mengikat di otak agar kita semangat berkutat pada buku.

Hmm... Aku pengen banget jadi dokter tapi gimana coba, belajar aja males malesan binti gak suka. Kata mama sih "Seiring berjalannya waktu kamu pasti akan menyukai hal yang kamu tidak sukai sebelumnya". Iya sih.... Tapi kapan cuy?.

Berjuang untuk hari ini.

Somebody help me !!! How to wear 'peniti'.

Memakai peniti itu susah banget kalo masih awal awal. Namun, akhirnya sih bisa setelah 15 menit berjuang. Dilanjutkan dengan mengaitkan bros tengkorak (satu satunya bros yang kupunya) yang ku kait ditengah tengah agar tetap menutup dada.

Setelah itu satu persatu anak tangga kupijak ,mengingat kamarku ada dilantai 2. Semua anggota keluargaku sudah berkumpul untuk sarapan ternyata.

"Subhanallah!" Sahut kak Daisam yang matanya terjurus padaku yang tiba tiba melontarkan kata itu dengan lantang.

"Tobat juga lu akhirnya" Kak Haidar berkata slow dan tetap membuang nasi goreng kedalam mulutnya.

Mamah dan Papah tak berkutik dan hanya memandangiku lalu membuang pandangannya.

Gilee.. Gue hidup di keluarga super duper cuek.. Cuih.

"Gitu doang? Kasih pujian kek! Cantik kek atau badai atau whatever!!" Gaya sok british-ku mulai tampak. Well, tampak menjijikan.

Aku duduk diatas bangku kosong disebelah mama dan menyantap sarapanku.

"Dek... Selamat ya atas hidayah dari Allah. Oiya, make hijab itu bukan berarti untuk penampilan mewah (tabarruj) demi memungut perhatian orang lain, tapi semua itu KARENA ALLAH demi mendapat keridha-an ALLAH". seperti biasa kata kata bijak dari mama yang dapat dicerna matang matang.

"Ohh iya mah... Adek bakal berusah melakukan apapun karena Allah". Ucapku yang tersenyum riang.

"Musik tetep jalan kan dek?" Tanya papa yang memutus pembicaraan kami. Wajahnya terlihat khawatir, mungkin obsesi papa untuk mempunyai anak perempuan dengan notabenenya anak band takut pupus.

"Ofcourse... That's been flew on my blood Daddy". Oke gaya alay british gagal.

Setelah kami selesai, aku dan kak Haidar berangkat ke sekolah bersama. Aku diboncengi dengan Kak Haidar dengan motor ninja warna merahnya karena punyaku sedang dalam tahap servis.

Tanpa disangka ditengah jalan hujan turus begitu deras dan gaada jas hujan dan mau gamau harus hujan hujanan 'dikit' nih.

Jijik deh takut disangka kayak pacaran pas nyampe di sekolah.

Dan disekolah ternyata bener, orang orang ngeliat gue dengan tampak jijik minta digampol. Begitu juga dengan lelaki tanpa nama yang mempesona itu yang kebetulan ketemu di parkiran. Ughh... Rasanya pengen gua ajak tapak suci bareng nih ahelah bete. Abis itu gua rajam bareng bareng lu pada. Tatapan mereka itu lhoo... Freak and very annoying entah karena gua diboncengi sama kak Haidar atau karena gue pake hijab dan hijab gua penyok kayak nax alay gara gara keujanan?. Oke fix gua emosian plus lebay binggow.

Seperti biasa hari hari berjalan begitu begitu aja. Gapernah ada yang menarik.

Sampai akhirnya gue udah pulang dan kebetulan ketemu Izz, balikin bukunya ah.

"Izz ini makasih ya". Ucapku singkat san segera mengembalikannya.

"Iya sama-sama. Wah pengaruh buku ini kuat ya hihi. Langsung hidayahnya pleng ke kamu" Guraunya yang tidak menimbulkan sedikit tawa manis dari mulut jijikku ini.

"Hehe iya nih alhamdulillah yaudah ya aku duluan ... Dahh".

Kebiasaanku tidak mau bicara terlalu panjang karena aku sedikit malas bicara sambil berdiri.

Pegel.

Ditengah berjalan gontai ditengah koridor yang terbilang sudah sepi ada sekumpulan cewek alay yang hobinya ngehujat dan menjatuhkan orang lain jumlahnya sekitar 6 orang namanya Hotty Girls (gue tau kok maksudnya mereka itu cabe, yaaa cewe cewe cabe) . Dengan lihainya mereka mengepungku dan melihatku dengan tatapan tak wajar dari ujung kaki sampai ubun ubun.

"Waw sok alim lo, najis. Munafik!" Hujat seseorang dari mereka, tepatnya ketuanya yaitu Preila.

"Penampilan bagus, hati busuk!" Sambung yang lain yang tidak ku perdulikan nama mereka.

Kali ini lebih baik aku diam dan bersabar.

"Gausah deh sok nutupin gini!" Mereka menarik narik hijabku seakan ingin melepasnya. Aku terus menahan posisi hijabku agar tetap membalut auratku.

Dua dari mereka menyiapkan terigu dan telur seakan akan mereka ingin menlemparkannya padaku.

Aw!

Satu telur terlontar dan pecah diwajahku. Taburan terigu melumuri sekujur pakaianku.

"April mop baby..." Kata mereka

Perasaan ini udah pertengahan April.

Lemparan itu seketika berkurang, aku membuka mataku perlahan yang sudah terlumuri terigu bagaikan udang yang siap digoreng.

Sesosok pria dengan badan tegapnya melindungiku dan berdiri tepat didepanku, kini dialah yang terkena imbasnya aku tidak terima jika orang lain menderita karenaku.

Aku tidak boleh diam, mungkin sedikit gertakan diperlukan disini.

Aku menampar mereka satu persatu, dan menjambak rambut mereka yang sejatinya sangat wangi. Dan mereka langsung ngibrit begitu saja.

"Pecundang!" Sorakku yang puas telah menghabisi mereka.

Aku mulai menenangkan diri.

Lelaki itu masih membelakangiku, ada apa? Mungkin dia kelilipan.

Tampaknya aku kenal dia deh.

"Terimakasih ya, maaf merepotkan" Ucapku samar samar dari belakang.

Lelaki itu membalikkan badannya.

Yapp... Dia cowok kalem itu. Ganyangka dia bisa baik gini.

"Iya sama sama" senyum tipisnya tampak terbentuk dan memberikan hawa tenang.

"By the way, kenalin. Gue Arshiya"

Aku menyodorkan tanganku

"Gue Agha"

Ia tidak menyodorkan tangannya, melainkan hanya mempertemukan kedua tangannya dan ia letakan didepan dada.

Baru inget gue ,cewe cowo yang buka mahrom gaboleh sentuhan.

"Bersihinnya di wastafel aja yuk" ucapku yang berusaha lemah lembut karena aku tau suaraku berat.

Yaa kami membersihkan diri kami masing-masing seadanya. Sampai akhirnya Agha pamit duluan katanya ada keperluan.

Tiba-tiba kak Haidar datang menghampiriku.

"Amis lu!!!" "Abis ditelen lele lu?" Ucapnya sengit sambil menutup hidung.

"Cot, ah. Udahh . Gue abis di-bully okay? Sekarang mending pulang yok!"

"Ogah! Sayang motor gue! Ntar jalanan terkontaminasi sama lo juga lagi.. Gamau ah!" Tolak kak Haidar mentah-mentah.

"Sial nih cowok. Kakak macem apa lu, setdeh. Udah ah jangan banyak laga deh !".

Akhirnya mau juga nih kaka tercayang ini pulang dengan tubuh gua yang bau amis stadium 4.

★★★

~Leave comment or vote if you want, if you don't ,it doesn't matter~

Afwan yaa kalo banyak typo. Hope you'll enjoy the next parts of this ordinary story.

Cheers, ✨

ativnez ♥

Because AllahWhere stories live. Discover now