Sab'ata 'Asyaro ١٧

5.1K 296 0
                                    

Aku sudah sangat tidak sabar untuk sampai ke rumah. Aku memilih naik taksi dan tidak bilang ke keluargaku kalau aku akan pulang. Aku ingin membuat kejutan pada mereka.

"Pak, langsung ke alamat ini ya". Aku menunjukkan alamat rumahku pada sang supir.

Aku mengambil hp-ku untuk memberi kabar pada temanku saja, tepatnya Punch Mon' Key.

Arshiya : Guyss!! Gue udah di Indonesia looooo...

Belom ada yang nge-read.

Read by 3

Keela : DEMI APA ARS?!!!

Eza : DEMI APA ARS?!!! (2)

Hendry : DEMI APA ARS?!!! (3)

Arshiya : Heeh

Keela : Gasabar ketemu lo, pasti gue bakal ikut terkenal kayak lo kalo main sama lo lagi

Arshiya : Ahh elu mah... Jadi enak wkwk. Gue juga gatau bisa 'terkenal' gini.

Eza : Iya dah yang terkenal. Masih anggep kita sahabat kan?

Arshiya : Yaiyalah .-. Itu mah udah mutlak.

Hendry : Gue gamau tau kita harus ketemuan secepetnya! Gasabar gue ngeliat Arshiya langsung, udah kayak gimana.

Eza : Cieee

Keela : Cieee (2)

Arshiya : Gue? Kayak Cara Delevingne dong pastinya "،"

Keela : (muntah bekicot)

Tak terasa taksi ini sudah parkir tepat di depan rumahku. Sang supir segera mengeluarkan isi bagasi yang berisi koperku.

"Makasih ya pak" Sambil menyerahkan tarif taksi.

"Home sweet home". Aku membuka gerbang rumahku, sudah sangat lama. Apa kabar ya mamah dan papah.

Semuanya masih terlihat sama, taman di depan masih subur bahkan lebih indah. Yang berbeda, suasana rumah sangat sepi. Mungkin karena tidak ada diriku.

"Ngapain lo?! Maling ya?!" Sesosok ibu-ibu keluar dari pintu rumah ini. Sambil membawa raket nyamuk ia mencercaku.

"Lah, ini kan rumah saya bu" Protesku.

"Saya udah tinggal disini 30 tahun yang lalu!". Teriaknya sampai sampai suaranya melengking.

Aku diam sejenak. Dan melihat dinding rumah ini, aku mendapati.

Nomor 15.
Kan rumah gue nomor 14.
Mati, salah rumah.

"Oh iya maaf bu salah alamat". Aku ngacir dengan cepat dan menutup gerbang rumah tersebut. Aku berlari ke rumah sebelah, yaitu rumahku yang sebenarnya.

Napasku terpenggal-penggal karena berlari terlalu kencang, ditambah lagi pake highheels, makin pegel.

"Bisa-bisanya gue salah rumah!" Aku menepuk dahiku sambil melangkah ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" Sahutku sambil mengetuk pintu rumah.

Pintu pun terbuka perlahan, aku mendapati sosok lelaki bertubuh tinggi dan kekar dengan potongan rambut yang hanya berkisar 3-5 cm panjang helainya, kulitnya tampak lebih hitam dari sebelumnya.

"Arshiya?!!!" Serunya dengan ekspresi girang bukan main.

"Kak Haidar?!" Seruku pula dan menjatuhkan koperku kegirangan.

Because AllahWhere stories live. Discover now