Isna 'Asyaro ١٢

5.9K 324 6
                                    

Mulmed: rumah keluarga Yumna

Semester 8 (Tahun ke-4)

Agha udah mau lulus lulusan tahun ini. Begitu juga aku, setelah itu aku akan lanjut sekolah selama 2 tahun.

Sudah setahun ini aku lostcontact sama dia. Sempat ada rasa benci dan ingin melupakannya, tapi malah terngiang ngiang tentangnya melulu.
Teman-temanku juga tidak mengetahui keberadaan Agha.

Dia lenyap.

Hampir setiap malam gue nangisin lo Gha. Gajelas emang. Bahkan lo gapantes gue tangisin 'kan. Tapi semua terserah air mata gue. Toh mereka emang lagi pengen keluar kali. Mungkin mereka lelah di dalam.

Hari ini kampus libur. Teman-temanku berencana main kesini. Aku sedang menunggu mereka. Lama sekali, kuharap mereka tidak berdandan dahulu.

"ARSHIYAA!!!" Teriakan cempreng nan keras itu membisingkan telinga. Ditambah lagi pencetan bel yang bertubi-tubi.

"Sabar woy!" Teriakku.

Pencitraan turun drastis nih didepan om sama tante.

Ampuni hamba yaAllah atas perilaku teman hamba.

Aku segera menyambut mereka, Rumi, Monica dan Gisane. Saat mereka masuk rumah ini, mereka sangat takjub seperti pertama kali aku masuk sini. Tapi apalah arti rumah kalau ujung ujungnya gabakal di bawa mati. Lebih baik ngumpulin amal biar bisa bangun kemewahan di surga.

Alim mode on

Sementara Monica dan Gisane asyik berenang, aku dan Rumi hanya memandangi mereka dari atas balkon kamarku. Multifungsi emang balkon ini.

"Ars, gue sering liat akhir-akhir ini lo sedih, mata lo suka bengkak kalo ke kampus. Ceritain lah sama gue" Gue ganyangka ada orang yang nyadar sama kesedihan gue.

"Gue ada masalah perasaan sama seorang cowok, dia gantungin gue selama setahun. Bahkan sekarang gue gatau kabar dia"

"Oh masalah cowok. Nih ya jangan biarin cowok itu menyelimuti kesedihan lo, kalo lo emang cinta sama dia, lo cari tau tentang dia. Kalo dia ganggu lo, lupain dia dan kembali sama Allah. Kalo niat lo cuma pacaran sama dia, mending gausah deh Ars. Allah kan gapernah nganjurin pacaran. Lagian kalo lo pacaran biasanya ujung-ujungnya putus. Pacaran juga agak 'nyiksa' sebenernya"

Bener juga kata Rumi. Kok dia kayak master ya. Lagian kalo gue sama Agha jodoh, pasti kita bisa bersatu suatu saat mungkin di pernikahan yang sah. Mungkin semua ini rencana Allah. Gue jalani aja.

"Gue ngomong gini karena gue pernah ngalamin paitnya pacaran yang gajelas. Gue suka sama dia kita pacaran bertahun tahun dari SMP dan dia selingkuh sama gue pas gue udah SMA terus dia juga psycho ternyata. Gue sampe cinta buta sama dia dan akhirnya gue mutusin dia gara gara nasehat seorang ustadzah dan dia masih ngejar-ngejar gue dan ngeteror gue. Itu makanya kenapa gue jadi alim dan tobat berpakaian tertutup dan gue milih kuliah di luar negeri biar gue bisa ngelupain sebagian memori jelek sama dia dan ngehindar teror teror ancaman dia itu" . Ucapnya dengan tetesan air mata harunya akan kejadian masa lalunya. Aku segera memeluk dan menenangkannya.

"Gue turut sedih. Btw makasih udah mau sharing sama gue". Aku melepaskan pelukannya perlahan.

Dua orang , Nelo dan Rumi. Udah cerita ke gue tentang pahitnya kisah mereka selama berpacaran yang ujung-ujungnya ditinggal. Gue sadar gue ga perlu pacaran. Gue mau jadi orang yang lebih baik dari ini. Tapi, bukan berarti gue harus ngelupain Agha 'kan?.

Agha? Apa dia udah membutakan perasaan gue?. Semoga nggak.
Agha? Apa dia cowok baik-baik?. Semoga iya.

Setelah kami menghabiskan waktu bermain kami, kami menuju studio di rumah ini. Siapa sangka kalau Rumi mantan drummer. Gisane vokalis dan Monica pemain bass.

Because AllahWhere stories live. Discover now